CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

26 Maret 2009

17. Dentuman Besar: Penafsiran Ilmiah dan Teologis

Teori tentang Dentuman Besar mendapat reaksi negatif dan sambutan positif dari kalangan Kristen dan Yahudi. Apa pertimbangan ilmiah dan teologis golongan yang menentang dan mendukung teori ini?

Kontra Teori Dentuman Besar

Kelompok Kristen yang menolak teori Dentuman Besar mengatakan teori ini bermasalah. Ia bermasalah dari segi ilmiah dan teologis Kristen, seperti yang mereka pahami dan tafsirkan.

Apakah masalah-masalah itu?

  1. Teori ini, termasuk ramalannya, belum mendapatkan konfirmasi ilmiah.
  2. Secara filsafati, teori ini tidak bisa diterima karena ia terlalu sederhana, sangat tidak memuaskan.
  3. Asal-usul materi dari ketiadaan atau kekosongan tidak logis. Materi yang dibentuk dalam ketiadaan atau kekosongan menunjukkan swa-penciptaan (self-creation). Ini berlawanan dengan hukum termodinamika pertama tentang kekekalan energi: energi tidak bisa diciptakan atau dihancurkan, tapi hanya bisa diubah dari satu bentuk ke bentuk lain.
  4. Tidak masuk di akal teori bahwa Dentuman Besar melalui ledakan, kekacauan, menghasilkan ketertiban yang bertambah dalam alam semesta. Ledakan yang seharusnya menimbulkan kekacauan tapi oleh teori Dentuman Besar malah menghasilkan ketertiban sebenarnya bukan ledakan.
  5. Ledakan Dentuman Besar sebenarnya menghasilkan kekacauan. Ini bertentangan dengan ketertiban yang ada dalam alam di sekitar kita, seperti otak manusia seberat 3 pon itu. Ledakan ini yang menghasilkan kekacauan tidak mungkin menghasilkan ketertiban dalam otak manusia berupa 120 triliun hubungan neuron dengan sekitar 10 ribu neuron lain.
  6. Teori Dentuman Besar tidak alkitabiah karena bertentangan dengan Kejadian 1:1. Bumi kita tidak dihasilkan melalui suatu ledakan yang mengakibatkan ia menjadi bola api yang berpijar-pijar. Bumi, sesuai Kejadian 1:1, diciptakan di awal dengan suatu permukaan yang ditutupi air.
  7. Penciptaan alam semesta, terang, dan hidup itu sendiri melalui serangkaian perintah Allah. Tapi Dentuman Besar mengatakan, sesudah ledakan awal, pekerjaan Allah menjadi sedikit. Tidak terlibatnya Allah dalam penciptaan berlawanan dengan Alkitab.
  8. Ciptaan Allah terjadi serempak (Mazmur 33:6, 9). Teori Dentuman Besar adalah suatu penjelasan mekanistik atau alami dari ciptaan. Ia menyiratkan teori evolusi. Ia, karena itu, anti alkitabiah.
  9. Ada terlalu banyak masalah lain yang mengakibatkan teori Dentuman Besar bertentangan dengan sains dan Alkitab. Beberapa contoh. Teori ini berdasarkan asumsi bahwa ada konsentrasi awal energi. Dari mana asalnya fluktuasi energi dalam kekosongan? Kemudian, ada eksperimen yang mengatakan alam semesta tidak berusia 15 miliar tahun tapi hanya 10 ribu tahun. Akhirnya, alam semesta yang berkembang mestinya berisi kehidupan di mana-mana. Mana kehidupan itu?

Tentang penciptaan alam semesta dari ketiadaan atau kekosongan, kita sudah tahu dari tulisan sebelumnya bahwa ini mendapat dukungan alkitabiah. Tohu atau penciptaan ex nihilio, penciptaan alam semesta dari blok-blok bangunan dasar materi, dikukuhkan dalam Kejadian 1. Pengukuhan ini diketahui melalui penafsiran yang cermat dari bacaan ini.

Pro Teori Dentuman Besar

Ahli-ahli lain yang tidak tahu masalah-masalah tadi memberi tanggapan ilmiah dan teologis atas teori Dentuman Besar yang menjawab sebagian pertanyaan itu. Steven Ball, Chuck Missler, Hugh Ross, dan Peter Zoeller-Greer dari kalangan Kristen dan Gerald L. Schroeder dari kalangan Yahudi memberi penafsiran ilmiah dan teologis yang akan menjawab pertanyaan-pertanyaan selebihnya.

Steven Ball: Takut ada teori evolusi Darwin

Steven Ball, Ph.D. adalah seroang fisikawan dan juga seorang Kristen asal Amerika Serikat. Dia bekerja pada NASA, lembaga penerbangan ruang angkasa tenar asal AS itu.

Apa sebabnya ada kelompok Kristen yang menentang teori Dentuman Besar? Menurut Dr. Steven Ball, mereka takut ada teori evolusi Darwin di balik teori Dentuman Besar. Jangan-jangan teori Dentuman Besar suatu alat lain dari ilmuwan evolusioner untuk menolak Allah sebagai Pencipta alam semesta dan isinya.

Padahal, menurut Ball, bukti-bukti ilmiah menyingkapkan suatu alam semesta yang ajek (consistent) dengan kisah Kejadian dalam Alkitab. Kisah ini bisa diverisifikasi oleh sains modern.

Para ilmuwan, termasuk ahli kosmologi dan ahli biologi evolusioner, sudah secara sukses menantang asumsi bahwa teori Dentuman Besar sebenarnya adalah suatu teori evolusioner yang lain. Teori terjadinya alam semesta ini tidak menopang teori evolusi Darwin karena kerumitan yang luar biasa dari kehidupan bertentangan dengan asal-usul yang sederhana dari teori evolusi. Kemudian, upaya untuk meniadakan Allah sebagai Sumber ciri-ciri hebat alam semesta kita tidak menemukan banyak dukungan dan bukti ilmiah.

Dukungan dan bukti itu bisa diamati dari penemuan kosmologi modern. Sains ini mendukung pernyataan teologis bahwa Allah yang Mahatahu dan Mahakuasa menciptakan alam semesta dari suatu awal. Teori Dentuman Besar yang dihasilkan kosmologi modern hanyalah suatu pembahasan ilmiah tentang cara alam semesta berubah secara hebat sejak awal. Ia, misalnya, didukung penemuan Radiasi Latar Belakang Mikrogelombang Kosmik tahun 1965 yang menunjukkan bahwa alam semesta memiliki suatu awal yang sangat panas dan eksplosif. Semua materi, ruang, dan waktu diciptakan dari awal. Meskipun teori Dentuman Besar suatu pembahasan ilmiah, ia malah menyiratkan sang Pencipta alam semesta dari suatu awal. Sesungguhnya, bukti-bukti kosmologi modern mengacu pada sang Pencipta yang memiliki hikmat pengetahuan yang tak terkira, hikmat pengetahuan yang melampaui alam semesta itu sendiri.

Argumen Dr. Ball sejauh ini sekaligus membantah beberapa kritik kelompok Kristen di awal tulisan ini yang menentang teori Dentuman Besar. Pertama, Allah memang Sumber terciptanya alam semesta. Kedua, ada awal Penciptaan alam semesta dan Allah yang di luar ruangwaktu adala Sumber awal Penciptaan ini.

Selanjutnya, teori Dentuman Besar bisa diandalkan oleh orang Kristen karena ia memiliki suatu landasan ilmiah yang baik. Mengapa begitu? Pertama, bukti empiris yang dikemukakan teori ini adalah alasan utama penerimaannya yang makin berkembang. Bukti empiris ini jauh lebih berharga daripada kerangka tafsiran atau pandangan filsafati yang berat sebelah karena bukti tidak menghormati siapa pun. Ia tidak bisa dipaksa agar sesuai dengan teori favorit seseorang. Bukti empiris ini membela dirinya sendiri. Kedua, ia sudah lolos ujian yang ketat bahkan oleh para pengecamnya yang paling tangguh sekalipun. Ketiga, teori Dentuman Besar adalah salah satu prestasi ilmiah paling hebat masa kini. Ia salah satu saksi paling kuat dari validitas kisah Kejadian karena ia jelas mengatakan ada suatu awal. Keempat, teori ini memiliki suatu kekuatan prediktif yang mengesankan dan, karena itu, memenuhi suatu kriterium sains yang baik.

Kalau teori Dentuman Besar memiliki bobot seperti ini, mengapa ada orang Kristen yang menolaknya? Ia ditolak mereka yang mengatakan ada konflik antara teori ini dengan kisah Kejadian tentang asal usul alam semesta. Kelompok Kristen yang menolak teori ini beralasan bahwa ia terlalu sederhana, belum mendapat konfirmasi ilmiah, dan bertentangan dengan Kejadian 1:1. Mereka juga beralasan bahwa alam semesta jauh lebih muda usianya (10.000 tahun) daripada usia 15 miliar tahun dan bahwa ketertiban tidak mungkin dihasilkan kekacauan yang timbul di alam semesta karena ledakan yang berasal dari Detuman Besar. Terhadap penolakan ini, Dr. Steven Ball mengatakan asal usul ini bukan suatu tema yang dirinci dalam Alkitab. Karena itu, kita harus hati-hati untuk tidak membaca terlalu banyak berdasarkan pandangan yang kita sukai, pandangan yang dipengaruhi banyak fakta di luar Alkitab.

Meskipun demikian, Alkitab memang tampak sepakat dengan beberapa pokok yang disiratkan teori Dentuman Besar. Pokok-pokok apa? Dr. Steven Ball menjawab pertanyan ini dengan memperjelas dukungan dan bukti ilmiah terhadap faktor Allah dalam Penciptaan.

Pertama, selain mengatakan ada awal mula Penciptaan, Alkitab mendapat dukungan teori ini karena Alkitab menunjukkan bahwa semua materi di alam semesta sekarang diciptakan dalam satu saat oleh Pencipta yang ada di luar ruangwaktu. Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat (Ibrani 11:3).

Kedua, Alkitab tidak merinci cara dan waktu Allah membentuk alam semesta dan bumi seperti yang kita lihat sekarang. Pada awal mula, bumi sangat kacau balau. Lalu, Allah memulai suatu proses pengalihragaman kekosongan tanpa bentuk menjadi suatu tempat tinggal yang cocok untuk kehidupan. Proses penciptaan ini terjadi dalam “enam hari” penciptaan. Tidak jelas kerangka waktu apakah yang diacu oleh “hari”: apakah ini 24 jam atau masa yang lebih lama? Apa pun juga, ada proses penciptaan oleh Allah yang di dalamnya kekacauan diubah menjadi ketertiban yang menunjang kehidupan di bumi.

Apa yang disebut “proses” oleh Ball disebut “waktu kosmik” oleh Dr. Gerald L. Schroeder. Akan tetapi, rincian pandangan Schroeder tentang proses atau waktu ini akan dikemukakan sebentar lagi.

Ketiga, teori Dentuman Besar menyatakan sesuatu tentang proses ini. Bumi baru cocok untuk kehidupan sesudah mengalami suatu proses persiapan selama miliaran tahun.

Keempat, kendati proses persiapan yang panjang untuk menunjang kehidupan ini, Bumi terkena dampak entropi dari hukum termodinamika kedua. Kehidupan dan segala sesuatu yang lain mengalami entropi dalam sistem terbuka dan tertutup yang sudah dijelaskan dalam tulisan sebelumnya.

Kelima, ketika mengkritik teori Dentuman Besar, orang harus hati-hati untuk tidak mencampuradukkan fokus teori ini dengan fokus kisah penciptaan langit dan bumi. Fokus teori Dentuman Besar pada kelahiran dan perkembangan alam semesta; fokus kisah Kejadian dalam Alkitab pada bumi. Karena itu, kita sulit memakai kisah Kejadian sebagai suatu dasar untuk menilai apakah teori Dentuman Besar sesuai atau bertentangan dengan Alkitab.

Keenam, untuk memahami kisah penciptaan dalam Alkitab dan teori Dentuman Besar, para peneliti harus memahami konsep astronomi zaman kuno dari Perjanjian Lama sebelum mereka mencoba mengaitkan kisah penciptaan alkitabiah dengan konsep astronomi modern. Penulis kisah penciptaan langit dan bumi dalam Kejadian 1 dipengaruhi oleh konsep astronomi zaman sebelum Masehi. Sementara itu, astronomi modern mulai 400 tahun yang lalu. Meskipun Kejadian sebagai suatu kitab suci itu benar karena penulisnya diilhami Roh Kudus, konsep astronomi kuno yang dipakainya tanpa banyak dukungan sains modern. Tidak banyak juga dukungan sains modern pada beberapa orang penulis Perjanjian Lama lainnya yang memakai astronomi kuno untuk memerikan alam semesta ciptaan Allah.

Ketujuh, meskipun demikian, acuan-acuan alkitabiah pada astronomi kuno tentang proses yang dipakai Allah dalam penciptaan langit sangat mirip dengan yang diperikan teori Dentuman Besar. Ada 10 kali dalam Perjanjian Lama – termasuk, dalam 5 kitab PL yang terpisah – kita menemukan acuan astronomi kuno tentang penciptaan yang di dalamnya Allah “membentangkan langit".

Beginilah firman Allah, TUHAN, yang menciptakan langit dan membentangkannya, . . . (Yesaya 42:5).

Dia yang bertakhta di atas bulatan bumi yang penduduknya seperti belalang; Dia yang membentangkan langit seperti kain dan memasangnya seperti kemah kediaman (Yesaya 40:22)

Sangat menarik bahwa ayat kedua memerikan bumi sebagai bulatan. Dari mana penulisnya tahu bumi itu bulatan? Umumnya, orang zaman itu percaya bumi datar. Lalu, gagasan bahwa bumi adalah suatu bulatan yang beredar keliling titik-titik yang pasti dalam ruang dikemukakan pertama kali dalam zaman kuno oleh Pythagoras, seorang filsuf Yunani Kuno yang hidup antara kira-kira tahun 582 dan 507 s.M. Gagasan ini dia kemukakan sekitar tahun 530 s.M. Sementara itu, Yesaya – seorang nabi besar Israel kuno – yang aktif sebagai nabi antara tahun 791 dan 688 s.M. jelas mesti hidup, sekurang-kurangnya, lebih dari seabad sebelum Pythagoras. Bagaimanakah Yesaya mengetahui bahwa bumi suatu bulatan tanpa sekalipun membaca hasil pemikiran Pythagoras? Yesaya pasti dilhami secara ilahi ketika dia menulis bahwa bumi adalah suatu bulatan ketika kebanyakan orang pada zaman itu percaya bumi datar.

Selanjutnya, pokok tentang bentangan langit muncul juga dalam Mazmur 104:1b-2. Mazmur ini berbicara tentang kebesaran TUHAN dalam segala ciptaan-Nya. Engkau yang berpakaian keagungan dan semarak, yang berselimutkan terang seperti kain, yang membentangkan langit seperti tenda.

Yeremia 10:2 pun memerikan bentangan langit ini. TUHANLAH yang menjadikan bumi dengan kekuatan-Nya, yang menegakkan dunia dengan kebijaksanaan-Nya, dan yang membentangkan langit dengan akal budi-Nya.

Ada ayat-ayat serupa yang memerikan juga bentangan langit. Itu ada dalam Ayub 9:8 dan Zakharia 12:1.

t045753a

Galaksi Bima Sakti mencakup tata surya tempat Bumi kita berada. Pusat Bumi Sakti  terletak sejauh 30.000 tahun cahaya dari Bumi kita.  Menurut kesaksian alkitabiah, Allah membentangkan langit yang mencakup galaksi Bima Sakti.

Proses penciptaan bentangan langit tadi menunjukkan bahasa yang berbeda dengan bahasa sains modern. Meskipun demikian, proses penciptaan ini tampaknya mirip dengan apa yang kita pahami masa kini tentang ekspansi alam semesta. Lebih dari 2000 tahun yang lalu, Alkitab sudah berbicara tentang bentangan langit, yaitu, tentang ekspansi alam semesta yang ditemukan sains modern 80 tahun terakhir.

Jadi, bukti alam semesta fisikal mendukung kecermatan Alkitab. Kedua-duanya berbicara tentang suatu saat penciptaan semua materi, ruang dan waktu. Ini suatu proses persiapan yang perlu bagi planet Bumi agar ia menjadi suatu tempat yang cocok bagi kehidupan. Terbentangnya langit yang kita pahami sekarang sebagai pengembangan alam semesta memberi kesaksian yang menggenapi suatu nubuat dalam Mazmur 19:1-4. Mazmur ini dikutip dalam bentuk liriknya untuk suatu lagu mazmur, demikian:

Angkasa yang megah

penuh ceritera

Pencipta yang kudus:

siang pewarta-Nya,

malam pengkhotbah-Nya,

bergilir ganti t’rus,

tiada suaranya,

namun beritanya

sampai ke ujung bumi,

hingga karunia

hikmat Penciptanya

selalu dimaklumi!

(terbitan Yamuger. Jakarta:

BPK Gunung Mulia, 1986

halaman 24-25)

 

Chuck Missler: Keretakan dasa dimensi karena dosa Adam dan Hawa

Angkasa yang megah penuh cerita Pencipta, seperti yang dijelaskan teori Dentuman Besar yang mendapat sambutan positif di kalangan Kristen, tidak saja dijelaskan secara ilmiah dan teologis oleh Dr. Steven Ball. Chuck Missler, seorang ahli teologia Kristen asal Amerika Serikat, juga mendukung teori Dentuman Besar. Tapi dia membatasi perhatiannya pada dasa dimensi dan penafsirannya berdasarkan Alkitab.

Gagasan tentang dasa dimensi yang ada sebelum Dentuman Besar bukan hal baru. Nahmanides, seorang sarjana Ibrani kuno yang menulis dalam abad ke-12, menyimpulkan adanya dasa dimensi sesudah dia meneliti naskah kitab Kejadian. Menurut tafsirannya, alam semesta memiliki sepuluh dimensi, empat diketahui sementara enam di luar pengetahuan kita.

Apa penyebab dasa dimensi itu terpisah menjadi dua bagian? Berbeda dengan penjelasan teori Dentuman Besar, Missler menjawab keretakan dasa dimensi itu diakibatkan kejatuhan Adam dan Hawa ke dalam dosa, seperti yang dikisahkan dalam Kejadian 3 Perjanjian Lama! Kekacauan yang timbul sebagai akibat kejatuhan itu memisahkan dasa dimensi asli di Taman Eden atau Firdaus menjadi “dunia jasmani” dan “dunia rohani”, lanjut Missler.

Tampaknya, ada suatu dasar alkitabiah bagi suatu ikatan erat asli antara dunia jasmani dan rohani. Dasar ini ada dalam Kejadian 1:31: Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam. Menurut suatu terjemahan lain, frasa “sungguh amat baik” diterjemahkan sebagai “. . . itu suatu ketertiban yang menyatu.” Dasa dimensi yang adalah kesatuan dunia jasmani dan rohani dalam arti teologis tersirat dari frasa “itu suatu ketertiban yang menyatu” dalam ayat ini.

Diduga ilmu fisika modern diakibatkan kejatuhan manusia ke dalam dosa, kata Chuck Missler. Termasuk di dalam ilmu ini adalah entropi, suatu bagian dari hukum termodinamika kedua (dalam arti luas). Entropi menunjukkan bahwa alam semesta yang sebelumnya utuh kemudian menuju kehancuran.

Keutuhannya menunjukkan pengurangan entropi dan bertambahnya ketertiban (informasi). Kondisi asli Penciptaan ini diperikan dalam Kejadian 1 sebagai suatu rangkaian enam tahap. Istilah-istilah Ibrani kuno yang dipakai untuk mengartikan pengurangan entropi (kekacaubalauan) adalah erey dan boker. Dalam Kejadian 1, setiap istilah ini diterjemahkan berturut-turut sebagai “petang” dan “pagi".

Erey artinya keadaan acak-acakan yang gelap, kabur – entropi maksimum. Ketika kegelapan menutupi pandangan kita, kita kehilangan kemampuan mengenali ketertiban atau pola. Kegelapan itu “belum berbentuk dan kosong".

Boker adalah munculnya terang ketika hal-hal mulai bisa dikenal dan dilihat. Ketertiban mulai muncul.

Dari penjelasan Chuck Missler tadi, kita menyimak bahwa terpisahnya dasa dimensi mengakibatkan realitas terbelah menjadi realitas jasmani dan rohani sesudah kejatuhan manusia ke dalam dosa. Mengingat retaknya dasa dimensi secara fisikal terjadi sekitar 15 miliar tahun yang lalu sementara Adam dan Hawa dijadikan barangkali 6000 tahun atau jutaan tahun yang lalu, kita menemukan ketidakcocokan penafsiran Missler tentang waktu kejatuhan manusia ke dalam dosa dengan usia terpisahnya dasa dimensi. Agar cocok dengan momen terbelahnya dasa dimensi, Adam dan Hawa harus mengalami juga kejatuhannya ke dalam dosa 15 miliar tahun yang lalu. Tapi Bumi baru ada sekitar 4.5 miliar tahun yang lalu dan Taman Eden yang mencakup fauna dan flora yang lengkap dan sempurna dan pasangan manusia pertama ciptaan Allah, Adam dan Hawa, mesti ada selambat-lambatnya 11.000 tahun yang lalu, yaitu, pada zaman geologis Holosin (Holocene) Pada zaman ini, spesis tanaman dan hewan masa kini berkembang, dan manusia modern mengembangkan peradaban dan menguasai Bumi. Pendek kata, “teori” Chuck Missler tentang waktu terpisahnya dasa dimensi secara fisikal tanpa dukungan kosmologi dan paleontologi modern.

Akan tetapi, penafsiran Chuck Missler benar kalau gagasannya tentang pemisahan antara dunia jasmani dan dunia rohani sesudah Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa dan waktu pemisahan dikukuhkan Alkitab. Timbulnya entropi sebagai akibat timbulnya dosa di Eden dan pemisahan antara dunia jasmani dan rohani adalah suatu penafsiran yang tampaknya sesuai dengan Alkitab. Kapan pemisahan dan entropi ini mulai di Taman Eden? Missler tidak menjelaskannya. Schroeder mengatakan kejatuhan Adam dan Hawa ke dalam dosa terjadi sekitar 6.000 tahun yang lalu. (Alasannya akan dijelaskan sebentar.) Kalau jangka waktu ini kita terima sebagai benar, maka perpisahan antara dunia jasmani caturdimensional dan dunia rohani saddimensional itu dan entropi yang memasuki dunia mesti terjadi pertama kali, dalam arti teologis, sekitar 6 milenium yang lalu.

Hugh Ross: Penciptaan melampaui dimensi dan hakekat alam semesta

Cendekiawan Kristen lain yang menanggapi teori Dentuman Besar secara positif adalah Hugh Ross, Ph.D. dari Amerika Serikat. Dia juga mencoba menjelaskan dimensi-dimensi ruang hiper dari sudut-pandang alkitabiah.

Dia sepakat dengan teori Dentuman Besar tentang awal penciptaan dan usia alam semesta. Mengukuhkan pernyataan alkitabiah, Dr. Ross mengatakan waktu penciptaan alam semesta mempunyai suatu awal. Dia menerima pernyataan kosmologi bahwa alam semesta berusia 15 miliar tahun.

Tapi Dr. Hugh Ross mengatakan kisah Penciptaan melampaui penjelasan ilmiah tentang penciptaan alam semesta. Sementara mengakui teori ilmu fisika modern tentang asal usul umum materi, energi, ruang, dan waktu, dia menambahkan bahwa asal usul ini membuktikan bahwa Penciptaan itu melampaui dimensi dan hakekat alam semesta. Penemuan ilmiah tentang asal usul alam semesta yang memperkuat dan yang diperluas kisah Kejadian dalam Alkitab adalah “suatu argumen yang kuat bagi doktrin alkitabiah tentang Allah".

Apakah Allah? Ross menjawab Allah kekal. Allah yang berada di luar ruangwaktu menciptakan alam semesta. Dia akan tetap ada sesudah alam semesta berakhir.

Allah yang kekal ini menunjukkan hakekat dan karya tangan-Nya dalam kosmos. Pernyataan-pernyataan alkitabiah manakah tentang hakekat dan karya-Nya yang relevan dengan kosmologi modern, termasuk yang relevan dengan ruang hiper? Dr. Hugh Ross menjawab dengan memberikan beberapa catatan:

  1. Allah ada sebelum alam semesta ada. Dia ada di luar namun hadir di mana-mana dalam alam semesta.
  2. Waktu mempunyai suatu awal. Keberadaan Allah mendahului waktu.
  3. Yesus Kristus menciptakan alam semesta. Dia tanpa awal dan tidak diciptakan.
  4. Allah menciptakan alam semesta dari apa yang tidak bisa dideteksi oleh pancaindera.
  5. Sesudah kebangkitan Yesus dari maut, Dia bisa melewati tembok-tembok dengan tubuh jasmani-Nya, suatu bukti dari ekstradimensionalitas-Nya, dari penguasaan-Nya akan ruang hiper atau ruang multidimensional.
  6. Allah sangat dekat, namun kita tidak bisa melihat-Nya. Ini suatu bukti lain dari ekstradimensionalitas-Nya.
  7. Allah merancang alam semesta begitu rupa sehingga ia bisa menunjang kehidupan manusia. Ini hasil kosmologi baru.
  8. Alkitab berisi berbagai doktrin paradoksikal seperti Trinitas, kehendak bebas dan masa depan yang sudah ditentukan sebelumnya, rasa aman kekal, baptisan dalam Roh Kudus, sorga, neraka, dan karunia-karunia Roh. Semua doktrin paradoksikal ini bisa dijelaskan dan dipahami di dalam batas realitas ekstradimensional, dengan kata lain, di dalam batas ruang hiper atau ruang super hiper.

Pokok tujuh yang dikemukakan Dr. Ross membantah alasan lain kelompok Kristen bahwa kehidupan di alam semesta tidak ada. Bumi, secara khusus, menunjang kehidupan yang rumit dan berlimpah-limpah. Kehidupan diduga berkembang juga pada planet-planet tertentu di galaksi asalkan ada sekurang-kurangnya air cair dan atmosfir penunjangnya di sana.

Peter Zoeller-Greet: Allah ahli matematika dan ilmu fisika kuantum

Berbeda dengan ketiga sumber Kristen yang menyoroti dan menafsirkan teori Dentuman Besar, Peter Zoeller-Greer, seorang cendekiawan Kristen yang lain, mengagumi kemahatahuan Allah. Para ahli ilmu fisika modern heran mengapa ilmu yang digelutinya bisa dijelaskan dengan begitu baik dan benar melalui ilmu matematika. Mereka pun kaget dan terganggu logikanya dengan penemuan keanehan dan paradoks dalam dunia kuantum. Peter Zoeller-Greer yang tampaknya sudah tahu tentang sikap para ahli ilmu fisika modern bertindak lebih jauh. Dia melihat di dalam sikap ini suatu pengakuan taklangsung tentang keagungan ciptaan Allah yang mahatahu. Baginya, Allah bukan saja seorang ahli matematika; Dia juga seorang ahli ilmu fisika kuantum. Ini dua sisi dari kemahatahuan-Nya.

Gerald L. Schroeder: Waktu pra-Adam dan pasca-Adam

Akhirnya, apa pandangan cendekiawan Yahudi tentang Dentuman Besar? Mewakili golongan Yahudi, Dr. Gerald L. Schroeder akan menjawab pertanyaan ini. Ini kita awali dengan ringkasan penjelasan Schroeder tentang bohu.

Dari tulisan sebelumnya, kita sudah tahu bahwa “kosong” dalam Kejadian 1:2a aslinya adalah bohu dalam bahasa Ibrani kuno. Kita juga sudah tahu bahwa bohu sebenarnya berarti diisi dengan blok-blok bangunan dasar materi.

Kapan bohu dalam Alkitab mulai? Ia mulai sesaat sesudah Dentuman Besar ketika materi stabil seperti yang kita tahu dibentuk dari energi. Waktu alkitabiah terjadi dengan munculmya materi; karena itu, jam alkitabiah mulai pada bohu. Sebagai akibatnya, usia semua materi di alam semesta mulai dari bohu, dari bumi yang kosong. Inilah saat kuark-kuark menjadi terkurung dan tidak bisa lagi bergerak bebas, yaitu, sebelum 3 menit pertama sesudah Dentuman Besar atau antara 10-33 dan 10-10 detik sesudah Dentuman Besar.

Sebelum kita beranjak lebih jauh, kita perlu mengingat kembali konsep waktu Penciptaan menurut tradisi Ibrani kuno. Kalender alkitabiah dibagi dalam keenam hari pertama Kejadian dan semua waktu sesudah keenam hari pertama itu.

Seluruh enam hari itu mengacu pada suatu masa yang mencakup seluruh alam semesta. Masa ini tidak berdasarkan perspektif Bumi karena Bumi belum tercipta dalam dua hari pertama dari keenam hari Penciptaan itu. Masa enam hari ini bisa dibayangkan sebagai jam Alkitab prapenciptaan Adam, suatu jam kosmik yang berlaku untuk semua lokasi, yang melihat ke arah depan dalam waktu sejak penciptaan alam semesta. Seluruh sejarah alam semesta bisa dipadatkan dalam masa enam hari itu.

Perspektif Alkitab yang melihat ke depan dari awal kita tahu dari naskah Kejadian 1 yang mencatat hari pertama sebagai hari satu, bukan hari pertama. Bentuk ordinal komparatif dari angka dipakai untuk hari kedua, ketiga, dan seterusnya, tapi Kejadian 1 memakai bentuk kardinal mutlak untuk hari satu. Mengapa? Kitab ini tengah melihat waktu dari awalnya, suatu perspektif yang tidak ada bandingannya dengan waktu lain.

Semua waktu sesudah keenam hari pertama mengacu pada kalender alkitabiah yang berlaku sesudah Adam diciptakan dan jatuh ke dalam dosa. Itulah waktu berdasarkan perspektif Bumi, waktu yang dikukuhkan oleh arkeologi tentang sejarah dalam Perjanjian Lama. Periode pasca-Adam ini mencakup Zaman Perunggu awal, awal tulisan, dan pertempuran di Yerikho yang sangat cocok dengan tanggal-tanggal yang ditelusuri pada kalender alkitabiah untuk peristiwa-peristiwa ini. Dalam waktu pasca-Adam atau waktu berdasarkan perspektif Bumi, kita melihat ke belakang dan menemukan bahwa alam semesta berusia 15 miliar tahun. Kurun ini cocok dengan jam lokal kita dan tidak bisa dipadatkan menjadi waktu pra-Adam.

Alkitab tidak hanya mengatakan ada enam hari yang berlalu antara penciptaan alam semesta dan penciptaan Adam. Ia juga mencatat peristiwa-peristiwa kunci yang terjadi setiap hari. Peristiwa-peristiwa kunci dalam Alkitab ini lalu dibandingkan dengan peristiwa-peristiwa kunci yang terjadi menurut sains. Ternyata ada kecocokan di antara kedua sumber perbandingan ini.

Tapi kecocokan ini harus dipahami dalam dua macam waktu: waktu pra-Adam, yaitu masa enam hari, dan waktu pasca-Adam. Waktu pasca-Adam sudah kita tahu karena sudah kita ukur. Tapi bagaimana kita mengetahui waktu pra-Adam dan menetapkannya?

t026023a

Adam dan Hawa, menurut lukisan Albert Durer (1504), seorang seniman Jerman. Dr. Gerald L. Schroeder memakai tokoh Adam sebelum dia diciptakan Allah (menurut kisah Kejadian dalam Alkitab) melalui istilah "waktu pra-Adam"  untuk mengidentifikasi waktu kosmik.

Kita perlu menetapkan penunjuk jam kosmik kita, yaitu jam pra-Adam. Penunjuknya adalah cahaya sebagai gelombang. Keenam hari pertama bisa diukur dari sudut-pandang suatu jam penunjuk waktu berdasarkan panjang gelombang cahaya yang dimulai dari Dentuman Besar. Durasi ini cocok sekali dengan usia alam semesta yang diukur berdasarkan waktu Bumi, yaitu, 15 miliar tahun.

Suatu sumber radiasi kosmik yang berasal dari Dentuman Besar dan masih tersisa sebagai suatu gaung Dentuman Besar di alam semesta ditemukan 1965. Sumber ini disebut Radiasi Latar Belakang Kosmik; dalam bahasa Inggris disebut Cosmic Background Radiation, disingkat CBR.

Menurut Schroeder, frekuensi CBR membentuk dasar waktu kosmik yang cocok. Ia adalah jam Alkitab dari kisah Kejadian 1.

Jam kosmik Kejadian 1 berdasarkan panjang gelombang, frekuensi, dan suhu CBR. Seorang pengamat bisa mencatat ciri-ciri ini hanya kalau dia menerima radiasi CBR. Pengembangan alam semesta ikut merentangkan ruang angkasa; perentangan ini bisa mengubah ciri-ciri CBR secara luar biasa dari kondisinya di masa lampau ketika ia dipancarkan pertama kali. Kalau frekuensi yang diterima (jumlah siklus gelombang per detik) diambil untuk mewakili tingkat “detikan” jam Kejadian 1, maka meningkatkan panjang gelombang dan frekuensi gelombang yang lebih rendah, yang disebabkan perentangan ruang angkasa, menunjukkan suatu perlambatan jam Kejadian 1 dan karena itu suatu perubahan persepsi waktu ketika melihat peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau yang jauh.

Asas persepsi waktu yang berubah ini bisa diperjelas melalui suatu contoh. Bayangkan Anda berada pada zaman ayah atau kakekmu menerima kiriman pos melalui tukang pos yang bersepeda. Anda menerima sepucuk surat dari Timo, seorang sahabatmu. Di dalam suratnya, dia berjanji akan mengirim surat lain dalam waktu enam hari. Tanpa Anda tahu, dia bersepeda selama enam hari berturut-turut menjauh dari rumahmu. Seperti yang dijanjikannya, dia mengirimkan surat kedua pada hari keenam. Tapi sekarang, karena perjalanannya yang makin jauh dari rumahmu, pengiriman suratnya membutuhkan enam hari tambahan. Ini mengakibatkan surat temanmu tiba di tanganmu dua belas hari sesudah surat pertama. Kalau jangka waktu antara kedua surat itu menandakan aliran waktu, Anda akan menganggap bahwa dua belas hari yang Anda alami sama dengan enam hari dari Timo. Persepsi yang timbul ialah bahwa waktu Timo berlalu separuh dari waktumu.

Dalam surat kedua, Timo menulis bahwa dia sekarang akan mengirim surat setiap hari. Tanpa Anda tahu, dia kembali dari perjalanannya dan tengah menuju Anda dengan bersepeda bersama surat yang akan dikirimnya. Setiap hari sesuai janjinya, temanmu mengirimkan sepucuk surat. Karena dia tengah melakukan perjalanan balik menuju Anda, setiap surat membutuhkan sehari yang berkurang dari hari surat sebelumnya tiba. Ini berarti, keenam surat yang dikirimnya tiba satu demi satu, dengan selang waktu sekian menit. Anda hanya bisa menganggap bahwa waktunya selama enam hari yang lewat berlalu lebih cepat daripada waktu yang Anda alami. Persepsimu adalah bahwa suatu hari penuh sudah berlalu dalam beberapa menit baginya, yaitu, waktu antara tibanya setiap surat. Kalau surat-surat itu adalah satu-satunya hubungan antara dia dan Anda, Anda tidak akan mungkin untuk tahu apakah tingkat yang berubah dari aliran waktu benar-benar terjadi atau hanyalah persepsi. Kita tahu hanya karena kita melihat Timo dan Anda, sesuatu yang dia dan Anda tidak bisa lakukan.

Sekarang, gagasan ini kita hubungkan dengan CBR yang berubah. Alih-alih surat-surat Timo (pengirim surat) yang bepergian, kita akan memakai suatu radiasi pemancar, dan sebagai pengganti Anda (penerima surat) kita akan memakai seorang pengamat radiasi. Frekuensi radiasi dan suhu radiasi berhubungan langsung; karena itu, kita akan mengacu pada suhu seakan-akan ia frekuensi. Anggaplah bahwa CBR dipancarkan pada 3 x 1012 oK (suhu CBR kira-kira ketika kuark terkurung oleh proton dan neutron). Sementara merambat melewati ruang dan waktu, CBR diamati jauh kemudian pada 3 oK, suhu CBR masa kini. Pemancar memberitahu pada kita bahwa dia mengirimkan 3 x 1012 gelombang per detik, tapi pengamat menerima hanya 3 gelombang per detik, atau sejuta juta kali lebih kecil daripada yang dikleim. Sejuta juta detik pengamatan dibutuhkan untuk menerima informasi yang oleh pemancar dikleim sudah dikirim dalam satu detik, dan enam juta juta hari bagi informasi yang dikirim dalam enam hari. Enam juta-juta hari sama dengan 16 miliar tahun (perkiraan usia alam semesta)! Akibat pengembangan alam semesta pada radiasi ialah bahwa faktor pengembangan yang sama berlaku untuk mengamati tingkat peristiwa-peristiwa di masa lampau.

Sesungguhnya, berlalunya waktu lokal yang cocok bisa sama dalam kedua era tadi. Tapi karena perentangan ruang angkasa ketika informasi lalu-lalang di antara kedua era itu (dikenal sebagai ingsutan merah ketika mengacu pada frekuensi radiasi), persepsi waktu relatif menjadi sangat berbeda.

Istilah “ingsutan merah” berkaitan dengan CBR. CBR adalah jam kosmik. Frekuensi gelombang CBR adalah tingkat tempat jam kosmik berdetik. Koordinat yang bisa diukur secara langsung sepanjang garis penampakan ke dalam ruang angkasa bukanlah waktu melainkan ingsutan merah yang ditandai huruf z. Ingsutan merah (redshift dalam bahasa Inggris) adalah rasio frekuensi CBR pada suatu jarak di masa lampau relatif dengan frekuensi CBR yang diamati masa kini. Segera sesudah Dentuman Besar, ketika alam semesta masih sangat padat, semua radiasi yang menyebar ke alam semesta yang sangat luas masa kini dipres di dalam suatu ruang primordial yang kecil. Konsentrasi energi yang hebat ini mengakibatkan suhu dan frekuensi gelombang CBR berjuta-juta kali lebih besar daripada suhu ruang angkasa masa kini, yaitu 2.73 oK (sekitar minus 270oC). Waktu itu, jam kosmik “berdetik” jauh lebih cepat daripada detikannya sekarang.

t014334a

Spektrum Matahari

Ahli astronomi memakai suatu alat bernama spektometer  untuk memisahkan cahaya Matahari, suatu bintang, menjadi panjang gelombangnya . Spektrum Matahari menunjukkan garis-garis hitam yang disebabkan penyerapan cahaya oleh unsur-unsur kimia. Spektrum A berwarna sangat merah sementara sprektrum B dan C masing-masing berwarna merah. Semua warna ini disebabkan oleh oksigen ruang angkasa. Selain Matahari, bintang-bintang lain dan galaksi-galaksi juga mempunyai spektrum-spektrum.  Para ahli astronomi bisa memakai garis-garis hitam dalam spketrum-spektrum galaksi sebagai penanda untuk melihat sejauh mana cahaya galaksi beringsut. Ingsutan spektrum galaksi menunjukkan bahwa galaksi itu tengah bergerak dalam hubungan dengan Bumi. Ingsutan merah yang berkaitan dengan CBR adalah jam kosmik sebagai petunjuk waktu pra-Adam.

Perentangan radiasi kosmik karena pengembangan alam semesta sejuta juta kali lipat sejak bohu menimbulkan rasio sejuta-juta banding satu dalam persepsi waktu ini. CBR sebagau jam kosmik mencatat berlalunya satu menit sementara kita di Bumi mengalami sejuta-juta menit. Dinosaurus menguasai Bumi selama 120 juta tahun, sebagaimana yang kita ukur melalui perspesi waktu kita. Periode dinosaurus diukur melalui rerasan nuklida radioaktif di Bumi dan jam itu cocok untuk sistem kita di bumi. Tapi untuk mengetahui waktu kosmik, kita harus membagi waktu bumi dengan sejuta juta. Dengan rasio sejuta juta banding satu ini, 120 juta tahun Bumi berlangsung selama beberapa jam saja.

Dalam hubungan dengan teologia modern, apa arti rasio tadi bagi usia alam semesta? Usia ini mencakup hari, tahun, dan milenium. Masa ini dicakup dalam perentangan persepsi kosmik dari waktu, yaitu, 15 miliar tahun usia alam semesta, oleh suatu faktor dari sejuta juta. Pembagian 15 miliar tahun dengan sejuta-juta mengurangi 15 miliar tahun itu menjadi enam hari!

Jadi, kisah Kejadian dan sains sama-sama benar. Apakah munculnya umat manusia di Bumi sesudah enam hari Penciptaan atau sesudah penciptaan alam semesta 15 miliar tahun yang lalu? Umat manusia muncul sesudah kedua masa tadi!

Tabel berikut meringkaskan perbandingan masa penciptaan enam hari dalam Kejadian dan masa 15 miliar tahun dari kosmologi modern. Rasio masa ciptaannya adalah sejuta-juta banding satu.

PERBANDINGAN

WAKTU PENCIPTAAN ENAM HARI DAN 15 MILIAR TAHUN

Jam Alkitab sejak hari satu ke masa depan Jam Bumi sejak hari ini ke masa lampau

Ingsutan merah (z)

Perspektif Alkitab sejak hari satu

Perkiraan tahun pra-Adam sejak setiap hari

Hari satu 24 jam

8 miliar tahun

1

15.75 miliar tahun

Hari dua 24 jam

4 miliar tahun

2.0 x 1012

7.75 miliar tahun

Hari tiga 24 jam

2 miliar tahun

3.0 x 1012

3.75 miliar tahun

Hari empat 24 jam

1 miliar tahun

3.5 x 1012

1.75 miliar tahun

Hari lima 24 jam

0.5 miliar tahun

3.7 x 1012

0.75 miliar tahun

Hari enam 24 jam

o.25 miliar tahun

3.9 x 1012

0.25 miliar tahun

Menjelang akhir hari enam

4.0 x 1012

Total enam hari yang masing-masing berlangsung 24 jam

15-15.75 miliar tahun

 

Di samping menyediakan suatu masa yang diperhitungkan dari alam semesta, kita sudah menetapkan suatu kurun untuk setiap hari. Periode ini memampukan kita membandingkan urutan pengamatan ilmiah tentang kosmologi dan paleontologi dengan peristiwa-peristiwa seitap hari yang diperikan dalam Kejadian 1. Kecocokannya, hari demi hari, antara pemerian alkitabiah tentang kejadian kosmik kita dan pemerian yang disediakan sains luar biasa. Kecocokan ini diringkaskan dalam tabel berikut.

KECOCOKAN PEMERIAN MASA PENCIPTAAN ANTARA ALKITAB DAN SAINS

Jumlah hari

Awal hari (tahun BP*)

Akhir hari (tahun BP*)

Peristiwa utama setiap hari:

pemerian

alkitabiah

Peristiwa utama setiap hari:

pemerian

ilmiah

Satu

15.750.000.000

7.750.000.000

Penciptaan alam semesta; terang dipisahkan dari gelap (Kej 1:1-5).

Dentuman Besar menandakan penciptaan alam semesta; terang terlepas ketika elektron mengikatkan diri pada inti atom; galaksi mulai terbentuk.

Dua

7.750.000.000

3.750.000.000

Cakrawala terbentuk (Kej 1:6-8).

Cakram Bima Sakti terbentuk; Matahari, sebuah bintang urutan utama, terbentuk.

Tiga

3.750.000.000

1.750.000.000

Samudra dan daratan muncul; hidup pertama, tanaman, muncul (Kej 1:9-13); kabalah, suatu sumber literer Yahudi, menyatakan ini menandakan hanya awal kehidupan tanaman, yang kemudian berkembang pada hari-hari berikutnya.

Bumi sudah mendingin dan air cair muncul 3.8 miliar tahun yang lalu diikuti hampir secara serempak oleh bentuk pertama hidup: bakteri dan ganggang fotosintetik.

Empat

1.750.000.000

750.000.000

Matahari, Bulan, dan bintang-bintang tampak di langit (Kej 1:14-19).

Atmosfir Bumi menjadi tembus-pandang; fotosintesis menghasilkan atmosfir yang kaya akan oksigen.

Lima

750.000.000

250.000.000

Kehidupan hewan pertama berleriapan secara melimpah dalam air; diikuti oleh binatang melata dan binatang bersayap (Kej 1:20-23).

Binatang multiseluler pertama; perairan berkeriapan dengan kehidupan binatang yang mermiliki rancangan tubuh dasar untuk semua binatang masa depan; serangga bersayap muncul.

Enam

250.000.000 sekitar 6.000 Hewan darat; mamalia; umat manusia (Kej 1:24-31). Kepunahan masif menghancurkan lebih daripada 90% kehidupan. Tanah dihuni kembali: hominid kemudian manusia.

* Jumlah tahun yang disebutkan dalam tabel ini dihitung dari masa kini ke masa lampau. Istilah yang digunakan Gerald L. Schroeder untuk menandakan kurun masa kini ke masa lampau adalah Before Present, disingkat BP.

Bagaimanakah memahami rentangan waktu dalam tabel kedua tadi kalau ini dibandingkan dengan ke delapan tahap kelahiran alam semesta melalui Dentuman Besar, seperti yang dijelaskan dalam tulisan sebelumnya? Ke delapan tahap itu sebenarnya meringkaskan tahapan kelahiran alam semesta yang lebih rinci.

Tapi untuk kebutuhan pemahaman Anda sekarang ini, ke delapan tahap itu dirasa memadai untuk memahami tahap-tahap terjadinya alam semeata masa kini. Mengingat akan ringkasan tahap-tahap yang rinci ini, perbandingan antara kedua-duanya menghasilkan perkiraan saja, seperti berikut:

  • Hari satu. Kurun 7 miliar tahun (antara 15.750.000 dan 7.750.000.000 tahun yang lalu) berlangsung antara tahap pertama dan sebelum tahap ketujuh.
  • Hari dua. Kurun 4 miliar tahun (antara 7.750.000.000 dan 3.750.000.000 tahun yang lalu) berlangsung antara pra tahap ke tujuh dan tahap ke tujuh.
  • Hari tiga. Kurun 2 miliar tahun (antara 3.750.000.000 dan 1.750.000.000 tahun yang lalu) berlangsung antara tahap ke tujuh dan ke delapan.
  • Hari empat: Kurun 1 miliar tahun (antara 1.750.000.00 dan 750.000.000 tahun yang lalu) berlangsung antara tahap ke tujuh dan ke delapan.
  • Hari lima: Kurun 500.000 tahun (antara 750.000.000 dan 250.000.000 tahun yang lalu) berlangsung antara tahap ke tujuh dan ke delapan.
  • Hari enam: Kurun sekitar 250.000 tahun (antara 250.000 dan sekitar 6.000 tahun yang lalu) berlangsung antara tahap ke tujuh dan ke delapan.

Pemerian ilmiah dalam tabel tadi menyinggung juga usia geologis dalam paleontologi. Misalnya, munculnya bentuk hidup pertama – bakteri dan ganggang fotosintetik – menunjukkan kurun geologis antara 4.6 miliar dan 2.5 miliar tahun yang lalu di bumi. Contoh-contoh ini dan contoh-contoh lain tentang berkembangnya kehidupan di bumi dan kondisi yang menunjangnya dalam tabel tersebut tentu kurang lengkap. Anda yang ingin mengetahui zaman geologis yang lengkap dianjurkan membaca acuan khusus tentang jangka waktu ini.

0 komentar: