Pengantar: Karena tulisan ini melibatkan teori mekanika kuantum, Anda yang belum memahaminya secara mendasar dipersilahkan membaca Fisikawan Yahudi di Balik Ilmu Fisika Kuantum dan Fisikawan Yahudi di Balik Teori Segala Sesuatu dalam http://yahudidiaspora.blogspot.com (Oktober 2008) dan tulisan nomor 19 sebelum membaca tulisan ini. Pemahamanmu akan mempermudah Anda mengikuti tulisan ini.
Dalam suatu eksperimen di dalam sebuah laboratorium, seorang wanita muda diperintahkan untuk menembak mati seorang lelaki tua, dengan menembakkan peluru dari sebuah senapan mesin. Senapan itu diletakkan di tengah-tengah lantai laboratorium. Wanita itu berada pada panel kontrol, dan siap menekan sebuah tombol merah. Tapi senapan mesin itu disetel begitu rupa sehingga setiap kali tombol merah itu ditekan, senapan itu entah menembak atau entah tidak menembak lelaki tua itu. Bunyi tembakan terdengar kalau senapan mesin itu menembak sementara bunyi klik terdengar bila senapan itu gagal menembak. Entah menembak atau entah tidak, peluang wanita muda itu untuk menembak mati atau tidak menembak mati lelaki tua itu ditetapkan secara acak.
"Saya Abadi!"
Jari-jari wanita muda itu gemetar karena dia tidak ingin membunuh lelaki tua yang juga tegang menjalani eksperimen itu. Sambil menggigit bibirnya dan hampir takut melihat wajah lelaki tua itu, dia memaksa dirinya menekan tombol merah itu. Hasil menekan pertama dan kedua: senapan mesin itu mengeluarkan bunyi klik. Ini dari sudut-pandang wanita itu. Dari sudut-pandang lelaki tua itu, dia pun mendengar bunyi klik itu. Tapi pada percobaan menekan yang ketiga, senapan itu meletus, sekali lagi dari sudut-pandang wanita muda itu. Dia pun menjerit dan berlari ke arah lelaki tua itu, sekarang tewas dan bersimbah darah. Dari sudut-pandang korban yang tertembak? Dia hanya mendengar bunyi klik berkali-kali. Tapi pada bunyi klik yang keseratus, suatu insiden yang membuat wanita muda itu melongo sambil membelalakkan matanya terjadi. Lelaki tua itu keluar dari jalur penembakan, tersenyum sebagai tanda kemenangan dan memeluk asistennya. “Benar ‘kan teoriku,” katanya. “Saya abadi!”
Realitas yang Beraneka Ragam
Meskipun adegan tadi suatu eksperimen pikiran, Anda mungkin bingung. Tidak masuk di akal, katamu. Dari sudut-pandang wanita itu, atasannya sudah ditembak mati ketika dia menekan tombol merah itu pada percobaan yang ketiga. Tapi dari sudut-pandang lelaki itu, dia mendengar untuk keseratus kalinya rentetan bunyi klik yang tidak berbahaya dan keluar dari jalur penembakan tanpa terluka sedikit pun. Bagaimana mungkin lelaki tua itu bisa tewas dan tidak tewas sekaligus? “Hanya ada satu cara [untuk menjawab pertanyaan ini]: kalau ada lebih daripada satu realitas,” kata Marcus Chown, penulis buku The Universe Next Door (Kent: Review, 2003).
Chown adalah Konsultan Kosmologi untuk majalah New Scientist. Dia seorang fisikawan tamatan Universitas London dan ahli astrofisika tamatan Institut Teknologi Kalifornia, AS.
Anggap saja bahwa setiap kali senapan mesin itu akan menembakkan sebuah peluru, peluru itu ditembakkan dan tidak ditembakkan. Dengan kata lain, alam semesta terbelah menjadi dua realitas yang sama sekali terpisah. Dalam realitas pertama, wanita itu melihat lelaki itu tertembak. Dalam realitas lain, suatu versi dari wanita yang sama melihat bahwa suatu versi dari lelaki yang sama hidup. Kali berikut ketika senapan itu akan menembak lagi, peluru ditembakkan dan tidak ditembakkan lagi, dan alam semesta terbelah menjadi dua realitas lagi, dengan dua versi lagi dari lelaki dan wanita itu. Rangkaian ini berlangsung terus-menerus.
Percobaan laboratorium tadi dilakukan untuk menguji kepercayaan lelaki itu bahwa ada realitas yang beraneka ragam. Kalau dia keliru dan hanya ada satu realitas, dia tentu melakukan tindakan bunuh diri ketika senapan mesin itu menembaknya dan menewaskannya. Akan tetapi, kalau dia benar dan realitas yang beraneka ragam ada, selalu akan ada realitas yang di dalamnya suatu versi dari dirinya sendiri tidak mendengar bunyi tembakan apa pun kecuali bunyi klik yang buram, sebanyak apa pun senapan itu menembaknya.
Jadi, apakah realitas yang beraneka ragam (multiple realities) memang ada? Sejak 1999, makin banyak fisikawan percaya bahwa ia ada. Mereka menerima penafsiran tentang Banyak Dunia yang digagaskan Hugh Everett III pada tahun 1957.
Alasan mereka? Realitas yang beraneka ragam ini bisa menjelaskan salah satu misteri paling besar dari sains masa kini, yaitu, perilaku atom yang menantang logika manusia. Mengapa dunia atom berperilaku sangat berbeda dengan dunia sehari-hari yang berisi orang-orang, pepohonan dan meja-meja? Mengapa satu atom individual yang ditembakkan melalui suatu celah ganda bisa muncul pada dua tempat sekaligus sementara seseorang, sebatang pohon, atau sebuah meja tidak bisa muncul dengan cara demikian?
Seperti yang sudah dijelaskan, sebuah atom bisa muncul pada dua tempat sekaligus karena ia terisolasi dari pengaruh lingkungan di sekitarnya. Sementara itu, benda-benda yang besar seperti seseorang, sebatang pohon, atau sebuah meja tidak bisa berada pada dua tempat sekaligus karena ada pengaruh lingkungan di sekitarnya, ada dekoherens.
Teori dekoherens tidak berasal dari Everett III. Ia digagaskan tahun 1970-an dan 1980-an oleh Heinz-Dieter Zeh dari Universitas Heidelberg di Jerman dan Wojciech Zurek dari Laboratorium Nasional Los Alamos di New Nexico, Amerika Serikat.
Para fisikawan yang menerima interpretasi Banyak Dunia menyatakan “ada realitas yang tidak habis-habisnya yang saling bertumpuk-tumpuk seperti halaman-halaman sebuah buku yang tidak pernah selesai dibuka,” tulis Marcus Chown. “Jadi ada sejumlah versi yang tak terhitung banyaknya dari Anda yang tengah menjalani sejumlah yang terhitung banyaknya dari kehidupan yang berbeda-beda dalam sejumlah yang tak terhitung banyaknya dari realitas-realitas paralel. Dalam beberapa dari realitas ini, Anda tidak pernah membuka buku ini, tidak pernah mulai membaca kata-kata ini. Dalam realitas lain, Anda punya pendidikan yang sama sekali berbeda, mengembangkan minat yang berbeda secara radikal, memperoleh sahabat-sahabat yang sama sekali berbeda.”
Realitas yang berdekatan dan berjauhan
Selanjutnya, ada realitas yang saling berdekatan. Realitas ini mirip sekali satu dengan yang lainnya. Sejarah kedua realitas ini sama.
Akan tetapi, ada juga realitas yang saling berjauhan. Realitas-realitas macam ini bisa sangat berbeda satu dengan yang lainnya. Dalam realitas tertentu yang tak terhitung banyaknya, ada, misalnya, Bumi-Bumi yang tidak dihancurkan oleh suatu dampak komet 65 juta tahun yang lalu dan mengakibatkan dinosaurus-dinosaurus berkembang menjadi makhluk-mahkluk yang cerdas. Ada Bumi-Bumi tempat Revolusi Industri mulai di Cina dan bukan di Inggris. Di tempat-tempat ini juga, Marilyn Monroe, bintang film cantik asal AS tahun 1950-an dan 1960-an, menikahi Albert Einstein dan Jerman Nazi berjaya dalam Perang Dunia Kedua.
Dalam hubungan dengan usia manusia, realitas yang beraneka ragam bisa memberi pengaruh yang berbeda-beda. Dalam beberapa realitas, Anda bisa hidup abadi sementara dalam realitas lain, orang mengalami kematian – seperti di Bumi kita.
Hasil pengembangan mekanika kuantum
Apakah kemungkinan-kemungkinan tadi bisa terjadi pada siapa saja di Bumi? Tidak. Kemungkinan-kemungkinan tadi – seperti lelaki tua yang mati dan hidup sekaligus dalam eksperimen di awal tulisan ini – terjadi sebagai hasil pengembangan teori tentang mekanika kuantum, khususnya tentang kemampuan satu atom individual untuk berada di dua tempat sekaligus. Di luar penjabaran teori kuantum macam ini, setiap orang yang akan mati mengalaminya secara bertahap, bukan seketika.
Tiga kriteria
Akan tetapi, kalau ada orang yang ingin mengalami kondisi hidup dan mati sekaligus berdasarkan teori kuantum, mereka harus memenuhi tiga kriteria. Pertama, proses menuju maut haruslah benar-benar suatu proses kuantum. Dengan menempuh proses ini, orang yang terlibat memasuki suatu superposisi atau kondisi berada di dua tempat sekaligus yang di dalamnya mereka mati dan hidup sekaligus. Kedua, orang itu harus dibunuh begitu cepat sehingga mereka tidak menyadari hasil dari taruhan kuantum dari kondisi mati atau hidup. Kalau tidak, selama satu atau dua detik, ada suatu versi yang sangat tidak bahagia tentang orang yang tahu pasti bahwa mereka akan mati. Ini merusak seluruh efek yang diinginkan. Ketiga, orang itu harus mengambil risiko kematian, bukan hanya mengalami cedera.
Manusia Mengalami Hanya Satu Realitas
Apakah spekulasi-spekulasi tentang realitas-realitas yang beraneka ragam disukai para fisikawan? Tidak. Mereka senang bahwa kita hidup dalam suatu alam semesta caturdimensional, yaitu alam semesta dengan kesatuan ruang tridimensional dan waktu. Otak manusia diketahui dilindungi terhadap superposisi; ini mengakibatkan manusia mempersepsi ruangwaktu yang wajar. Dengan mengakui kemungkinan akan adanya realitas yang beraneka ragam, para fisikawan mengatakan kita beruntung karena dekoherens menjamin bahwa kita mengalami berbagai realitas tidak secara serempak tapi secara berurutan. Dengan kata lain, akal budi kita terbiasa mengalami hanya satu realitas dari sekian banyak realitas yang ada.
Gagasan tentang multiverse – singkatan dari multi-universe – menunjukkan bahwa ada lebih daripada satu alam semesta. Alam semesta kita hanya salah satu dari sejumlah sangat besar dari alam-alam semesta yang lain. Bukti bahwa ada alam semesta yang beraneka ragam berasal dari hukum-hukum fundamental yang mengendalikan alam semesta. Salah satu hukum ini menyatakan bahwa alam semesta yang beraneka ragam tampak “disetel halus” supaya manusia, atau sekurang-kurangnya makhluk-mahkluk hidup, bisa berada.
Apakah semua multiverse mampu menunjang kehidupan? Max Tegmark, seorang fisikawan asal Swedia, berkesimpulan bahwa alam semesta kitalah yang ideal. “. . . hanya dalam suatu alam semesta dengan tiga dimensi ruang dan satu waktu itulah ilmu fisika bisa menyediakan tiga hal – kekayaan, prediktibilitas, dan stabilitas yang diperlukan untuk membangkitkan gejala menarik seperti hidup,” tulis Marcus Chown. Lanjutnya, prospek tentang ruangwaktu yang lain tampak cukup suram.
Uraian sejauh ini mengembangkan dua gagasan dasar dalam ilmu fisika modern. Pertama, gagasan tentang realitas yang beraneka ragam; dan, kedua, gagasan tentang multiverse.
Kedua gagasan dasar ini sama-sama menyatakan bahwa ada banyak realitas atau alam semesta – termasuk alam semesta paralel – di samping alam semesta yang kita alami. Alam semesta yang lain itu berisi Bumi-Bumi dengan setiap orang manusia di Bumi kita sebagai “salinan” yang mengalami sejarah perkembang-biakannya yang – meskipun sama dalam pokoknya – berbeda. Kalau bentuk-bentuk hidup ini adalah hasil dari penerapan hukum-hukum mekanika kuantum, maka bisa saja terjadi sejarah hidup yang berlawanan antara setiap individu asli di Bumi kita dengan “salinannya” dalam realitas yang lain. Misalnya, kalau seorang individu di Bumi mati, salinannya dalam realitas lain hidup atau sebaliknya.
Selanjutnya, kedua gagasan dasar tadi menunjang suatu konsep dasar bahwa alam semesta kitalah yang ideal bagi perkembangbiakan hidup kita. Manusia diciptakan untuk mengalami alam semesta caturdimensional yang mencakup kesatuan ruang dan waktu. Kemampuan kita berkembangbiak di Bumi kita dipenuhi oleh tiga persyaratan dasar: kekayaan, prediktabilitas, dan stabilitas. Selain itu, akal budi kita diciptakan untuk tidak mengalami sekian banyak realitas sekaligus tapi mengalaminya secara berurutan. Pengalaman akal budi ini mencegahnya dari kekacaubalauan pengalaman kalau superposisi atau kemampuan mengalami lebih daripada satu realitas secara serempak menerpanya secara konstan.
Realitas menurut Alkitab
Ringkasan dari uraian sejauh ini akan kita soroti lebih lanjut dengan membandingkannya dengan realitas atau alam semesta menurut pandangan alkitabiah. Michio Kaku berbicara tentang ruang hiper dan istilah ini boleh dikatakan adalah bagian dari realitas yang beraneka ragam, dari multiverse. Apakah pandangan alkitabiah tentang ruang hiper kalau ia memang ada?
Misteri bayangan pada Kain Kafan dari Turin
Wajah tridimensional pada Kain Kafan dari Turin, dipercaya jutaan orang Kristen di seluruh dunia sebagai wajah Yesus ketika dimakamkan sesudah dibungkus dengan kain kafan. Para ilmuwan belum mencapai kesepakatan tentang wajah siapakah yang ada pada kain kafan terkenal itu.
Salah satu jawaban terhadap pertanyaan ini bisa kita simak dari misteri suatu bayangan pada Kain Kafan dari Turin. Kain ini mengacu pada sehelai kain lenan berusia ratusan abad yang menampakkan bayangan seorang lelaki “misterius” dari Israel kuno. Bayangan itu menampakkan seorang lelaki dewasa yang mati karena penyaliban pada sehelai kain kafan yang masih disimpan pada sebuah gedung khusus di Turin, sebuah kota di Italia. Yang mencengangkan adalah bahwa bayangan itu tercetak seperti foto tridimensional.
Sejak 1898, kain kafan itu sudah menjadi obyek penelitian multidimensional dari berbagai pakar. Sesungguhnya, kain itu adalah satu-satunya artefak yang paling banyak dikaji dalam sejarah manusia. Kita sekarang mengetahui lebih banyak tentang kain itu daripada sebelumnya.
Apakah “cetakan” atau bayangan pada Kafan dari Turin itu adalah tubuh Yesus di kubur? Para ahli belum menenemukan suatu jawaban final, tapi jutaan orang Kristen percaya itulah kain yang dipakai untuk membungkus tubuh Yesus sebelum dimakamkan. Sampai sekarang, kontroversi seputar bayangan pada kain kafan itu masih berlanjut.
Kalau kain kafan dari lenan itu memang berasal dari kubur tempat Yesus dimakamkan, bagaimana bisa terjadi bayangan tubuh Yesus yang mati tercetak secara tridimensional pada kain itu? Dengan kata lain, bagaimanakah Sesuatu Yang Mati bisa memancarkan energi pada sehelai kain lenan dari Israel kuno dan membentuk suatu bayangan tridimensional?
Beberapa orang peneliti sepakat bahwa bayangan itu terbentuk oleh radiasi energi. Radiasi itu mirip kilatan cahaya foto pemotretan yang terjadi dalam sekejap waktu dan menyoroti setiap bagian tubuh yang mati pada kain kafan itu.
Dari mana sumber yang menghasilkan radiasi energi pada kain kafan itu? Sumber radiasi itu berasal dari transformasi yang terjadi pada saat kebangkitan Yesus dari maut. Dia berpindah dari satu medium ke medium yang lain. Dengan kata lain, Yesus – kalau bayangan itu memang dari tubuh-Nya – dibangkitkan dari kematian menuju dunia multidimensional yang disebut inspace oleh para ilmuwan.
Bayangan tridimensional pada Kain Kafan dari Turin dipotret secara lengkap.
Kalau bayangan itu nanti terbukti adalah hasil cetakan tubuh Yesus yang mati lalu bangkit dengan mengalami proses tadi, apa relevansinya dengan kedua gagasan dasar tadi? Pernyataan para ilmuwan tentang dunia multidimensional atau inspace itu menyiratkan pengakuan mereka akan realitas yang beraneka ragam atau multiverse.
Anda yang berminat mengetahui lebih jauh tentang misteri Kain Kafan dari Turin dipersilahkan membuka http://www.shroud.com dan membaca tulisan khusus tentang kain kafan ini.
Tapi apakah memang begitu cara Yesus bangkit dari maut? Apakah memang ada realitas yang multidimensional, menurut Alkitab? Kali ini, kita perlu menyoroti manifestasi kuasa kebangkitan-Nya, menurut kesaksian Perjanjian Baru.
Tubuh alamiah dan rohaniah
Perjanjian Baru berbicara tentang tubuh alamiah dan tubuh rohaniah. Ini kita tahu dari 1 Korintus 15:44-47: Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah. Jika ada tubuh alamiah, maka ada pula tubuh rohaniah. Seperti ada tertulis: “Manusia pertama, Adam menjadi makhluk yang hidup”, tetapi Adam yang akhir menjadi roh yang menghidupkan. Tetapi yang mula-mula datang bukanlah yang rohaniah, tetapi yang alamiah; kemudian barulah datang yang rohaniah. Manusia pertama berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani, manusia kedua berasal dari sorga.
Dalam salah satu surat Paulus tadi, Tuhan membedakan antara tubuh alamiah dan tubuh rohaniah. Tubuh alamiah adalah tubuh manusia normal yang dimiliki Adam dan semua orang. Tubuh rohaniah adalah tubuh kita yang mengalami kebangkitan dari maut di masa depan. Tubuh ini akan mirip dengan tubuh yang dipertunjukkan Yesus sesudah kebangkitan-Nya dari maut.
Yesus Sesudah Bangkit dari Maut
Lukisan ini menunjukkan kuasa kebangkitan Yesus dari maut; tubuh rohaniah-Nya berada di dalam dan di luar ruangwaktu.
Pada ayat-ayat lain, Paulus memperjelas ciri-ciri tubuh alamiah dan tubuh rohaniah ini. Tubuh alami kita di Bumi “dapat binasa”, tapi tubuh rohaniah kita yang diperoleh sesudah kita mengalami kebangkitan dari maut dan berada di sorga “dalam keadaan tidak dapat binasa . . .” Perubahan melalui kuasa ilahi ini akan terjadi karena “kita semua akan berubah” (1 Kor 15:52-54).
Alkitab jelas menjanjikan kepada kita tubuh rohaniah yang nyata dan kekal. Meskipun bersifat rohaniah, tubuh baru kita bersifat nyata. Tubuh sorgawi ini punya daging dan tulang dan keunikannya dan karena itu identitasnya sendiri. Selain itu, tubuh baru kita kekal: ia bebas dari maut, penyakit, dan kehancuran.
Enam ciri khas tubuh rohaniah Yesus
Contoh paling agung dari tubuh rohaniah kita adalah tubuh Yesus sesudah Dia bangkit dari maut. Sebelum wafat-Nya, Yesus menjanjikan kepada kita bahwa dalam kebangkitan kita dari maut, kita akan memiliki tubuh yang mirip tubuh-Nya yang akan bangkit dari maut.
Kita memerhatikan sekurang-kurangnya enam ciri khas tubuh rohaniah-Nya. Ciri-ciri ini menyiratkan realitas yang beraneka ragam dan bahkan tanpa dimensi (dimensionless reality).
Pertama, tubuh rohaniah-Nya kekal. Ini dibuktikan oleh kebangkitan Yesus dari maut. Kita pun yang diselamatkan-Nya akan memiliki tubuh yang kekal. Tubuh rohaniah yang kekal merujuk pada tubuh yang tidak dikuasai ruangwaktu, tubuh dari realitas tanpa dimensi.
Kedua, tubuh rohaniah-Nya punya ciri yang sulit dipastikan di awal kebangkitan-Nya. Ini mengakibatkan Maria Magdalena mula-mula tidak bisa mengenal-Nya. Sesudah berada bersama Dia selama beberapa saat, Dia lalu dikenal oleh Maria Magdalena yang sudah mengenal-Nya semasa Dia hidup.
Apakah awal kebangkitan kita dari maut akan menunjukkan ciri seperti ini? Mungkin tidak. Ada beda besar antara waktu kebangkitan Yesus dan waktu kebangkitan kita dari maut. Sesudah bangkit, Yesus masih ada di Bumi, khususnya di Israel kuno pada zaman-Nya, selama 40 hari sebelum Dia naik ke sorga. Penampakan-Nya pada berbagai orang dengan demikian terjadi di dunia. Barangkali, ketidakmampuan Maria Magdalena untuk mengenali kembali Yesus pada awal perjumpaan mereka terjadi karena dia dibatasi oleh tubuh alamiahnya untuk mengenal tubuh rohaniah Yesus secara langsung. Waktu kebangkitan kita dari maut akan terjadi di masa depan. Kita akan memiliki tubuh rohaniah, dan ketika itu kita akan terangkat ke sorga. Di sana, kita akan berjumpa dengan anggota-anggota keluarga, kerabat, dan sahabat-sahabat kita yang sudah mendahului kita. Karena kita semua memiliki tubuh rohaniah, kita mungkin akan saling mengenal secara langsung.
Ketiga, tubuh rohaniah-Nya berdaging dan bertulang. Ini tidak berarti tubuh-Nya sama dengan tubuh alamiah-Nya sebelum Dia bangkit dari maut. Ini juga tidak berarti tubuh rohaniah-Nya sama dengan “tubuh” hantu, suatu kepercayaan yang ada juga dalam ingatan kolektif orang-orang Yahudi zaman Yesus. Tubuh rohaniah-Nya mirip tapi berbeda dengan tubuh alamiah-Nya. Boleh dikatakan tubuh alamiah-Nya adalah tubuh baru yang memanifestasikan tubuh rohaniah-Nya.
Rincian tentang ciri khas ini dikisahkan dalam Lukas 24:36-43: Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: “Damai sejahtera bagi kamu.” Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu. Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di hati kamu? Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku.” Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka: “Adakah padamu makanan di sini?” Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng. Ia mengambilnya dan memakannya di depan mereka.
Rincian lain diberikan dalam Yohanes 20:19-29. Yohanes berkisah bahwa murid-murid Yesus berkumpul pada malam hari di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci. Mengapa terkunci? Mereka takut pada orang-orang Yahudi. Yesus datang tiba-tiba, mengucapkan damai sejahtera bagi mereka dan menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka. Ketika mereka mengenal Yesus, mereka semua bersukacita – kecuali Tomas. Dia tidak hadir waktu itu. Kisah hadirnya Yesus di tengah-tengah ke-11 murid itu tidak dipercayai Tomas. Dia baru percaya kalau dia sendiri menyentuh Yesus secara langsung. Delapan hari kemudian sesudah perjumpaan itu, Yesus muncul tiba-tiba di rumah yang sama dan bertemu murid-murid-Nya, kali ini bersama dengan Tomas. Yesus memenuhi keinginan Tomas: Dia menyuruhnya menyentuh bekas paku pada tangan-Nya dan bekas tusukan ujung tombak pada lambung-Nya. Barulah Tomas percaya. Lalu, Yesus mengucapkan kepada Tomas kalimat-Nya yang terkenal tentang makna percaya: "Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya” (Yoh 20:29).
Dari kedua kisah yang saling melengkapi informasi ini, kita mengamati bahwa tubuh Yesus kasatmata. Seperti Tomas, kita pun bisa menyentuhnya. Jadi, Dia memiliki daging dan tulang. Selain itu, Dia makan dan minum. Ini berarti tubuh rohaniah-Nya yang berdaging dan bertulang itu masih mengalami sensasi, termasuk citarasa. Serupa dengan Yesus, tubuh rohaniah kita pun akan memiliki daging dan tulang, dan mengalami sensasi.
Keempat, tubuh rohaniah Yesus menunjukkan rupa sebagai seorang lelaki. Ini berarti tubuh rohaniah kita pun akan menunjukkan rupa manusia, lelaki dan wanita.
Kenaikan Yesus ke Sorga
Pelukis Italia, Andreas Mantegna, melukiskan Yesus Kristus yang naik ke sorga. Lukisan ini dia selesaikan sekitar tahun 1464 dan ada di Galeri Uffizi di Florensia, Italia.
Kelima, tubuh rohaniah-Nya berada di dalam dan di luar ruang dan waktu. Ketika Yesus berada di tengah-tengah murid-murid-Nya, Dia berada di dalam ruang dan waktu. Ini berarti dia berada dalam dunia caturdimensional, kesatuan dari ruang tridimensional dan waktu. Akan tetapi, tubuh rohaniah-Nya juga berada di luar ruang dan waktu; ruang, waktu, dan materi tidak menghalangi-Nya. Dia berjalan menembus pintu-pintu yang tertutup tanpa mencederai Dirinya dan lenyap secara misterius dari satu tempat hanya untuk muncul di tempat lain. Sesudah berada di Israel selama 40 hari berturut-turut, tubuh rohaniah-Nya terangkat ke sorga. Kuasa adi alami ini jelas melawan hukum gravitasi. Dia terangkat ke sorga tanpa memakai sarana transportasi apa pun. Dia jelas punya kendali adi alami atas ruangwaktu dan materi dan, karena itu, punya kendali adi alami juga atas zarah-zarah atomik dan subatomik.
Unsur-Unsur Pokok Materi.
Materi terdiri dari zarah-zarah sangat kecil bernama kuark-kuark. Kuark-kuark muncul dalam enam macam variasi: up (u), down (d), strange (s), top (t), dan bottom (b). Kuark juga punya antimateri bernama antikuark. Kuark-kuark bergabung untuk membentuk partikel-partikel yang lebih besar yaitu baryon; kuark dan antikuark bergabung untuk membentuk meson. Proton dan neutron, partikel-partikel yang membentuk inti atom, adalah contoh baryon. Kaon positif dan negatif adalah contoh-contoh meson.
Yesus menunjukkan kendali atas zarah-zarah atomik dan subatomik, termasuk atas kuark-kuark, sejauh ini dipandang partikel paling kecil yang tidak bisa dibagi lagi.
Serupa dengan Yesus, tubuh rohaniah kita pun akan berada di dalam dan di luar ruang dan waktu. Kita pun akan diberi kuasa untuk mengendalikan ruangwaktu dan materi, mengendalikan gravitasi, dan memampukan kita melakukan “materialisasi” (penampakan secara jasmani) dan “dematerialisasi” (kemampuan menghilangkan penampakan secara jasmani) di mana pun dan kapan pun – sesuai kehendak Yesus!
Keenam, tubuh rohaniah Yesus memiliki kesadaran. Dia makan dan minum yang berarti Dia memiliki sensasi, berbicara kepada murid-murid-Nya, mendengarkan mereka, memahami jalan pikiran dan perasaan mereka, menanggapi ketakutan mereka, dan memberi mereka damai sejahtera dan sukacita. Serupa dengan Yesus, tubuh rohaniah kita pun akan memiliki kesadaran di sorga.
Dari uraian tentang tubuh alamiah dan rohaniah menurut Alkitab, kita mengamati bahwa ada ciri-ciri yang sama dan berbeda. Ringkasan persamaan dan perbedaannya demikian:
No. | Tubuh alamiah | Tubuh rohaniah |
1 | ditaburkan | dibangkitkan |
2 | Adam pertama: makhluk yang hidup | Adam terakhir: roh yang menghidupkan |
3 | berasal dari tanah, bersifat jasmani | berasal dari sorga |
4 | fana: bisa binasa | baka: tidak bisa binasa |
5* | berdaging, bertulang | berdaging, bertulang |
6* | memiliki sensasi | memiliki sensasi |
7+ | kasatmata | kasatmata dan tidak kasatmata |
8 | tidak mampu melakukan materialisasi dan dematerialisasi sekehendak hati | mampu melakukan materialisasi dan dematerialisasi sekehendak hati |
9* | rupa manusia | rupa manusia |
10+ | terikat pada ruangwaktu | mampu berada di dalam dan di luar ruangwaktu |
11* | memiliki kesadaran | memiliki kesadaran |
12 | bagian dari Bumi, dunia | bagian dari sorga |
Ringkasan dalam tabel tadi menunjukkan bahwa ada realitas yang sama dan berbeda yang dialami oleh tubuh alamiah dan tubuh rohaniah. Semua nomor yang diberi tanda bintang (*) menunjukkan persamaan ciri-ciri dari tubuh alamiah dan tubuh rohaniah. Kemudian, nomor yang diberi tanda palang (+) menunjukkan persamaan dan sekaligus perbedaan ciri-ciri antara kedua jenis tubuh ini. Akhirnya, nomor-nomor lain menunjukkan perbedaan ciri-ciri tubuh alamiah dan tubuh rohaniah. Kalau dunia dikenal melalui ciri-ciri tubuh alamiah sementara sorga dikenal melalui ciri-ciri tubuh rohaniah, maka jelas ada dua macam realitas yang sama dan berbeda, menurut pandangan alkitabiah: realitas duniawi dan realitas sorgawi.
Realitas duniawi kita tahu bersifat caturdimensional. Ada dimensi ruang dan waktu dari realitas duniawi.
Realitas sorgawi, sejauh yang kita pahami dari ciri-ciri khasnya tadi, menyiratkan bahwa realitas tidak hanya multidimensional. Ia juga kekal dan, karena itu, berada di luar ruang dan waktu, menunjukkan realitas tanpa dimensi. Jadi, realitas sorgawi adalah gabungan realitas multidimensional dan realitas tanpa dimensi, perpaduan ruang hiper dan ruang “super multidimensional” atau “super hiper.”
Kekekalan tubuh rohaniah Yesus dan kebakaan tubuh rohaniah manusia menunjukkan bahwa ada kedua macam realitas tadi di sorga. Kuasa Yesus untuk menembus pintu-pintu yang terkunci dan hadir secara utuh di suatu ruang caturdimensional dan kuasa-Nya untuk lenyap dari ruang yang satu kemudian muncul di ruang caturdimensional yang lain menunjukkan bahwa ada realitas multidimensional dengan hukum-hukumnya sendiri yang sudah dikuasai atau dikendalikan oleh Yesus melalui tubuh rohaniah-Nya. Dengan kata lain, tubuh rohaniah Yesus dan kita yang nanti memiliki tubuh rohaniah yang serupa dengan tubuh Yesus berada pada tingkat ruang hiper dan realitas tanpa dimensi. Adanya gabungan dimensi macam ini bisa kita lihat juga dari kuasa Yesus ketika Dia terangkat dalam tubuh rohaniah-Nya ke sorga tanpa pengaruh sedikit pun dari gaya tarik gravitasi di Bumi. Pendek kata, tubuh rohaniah Yesus dan tubuh kita yang sudah menjadi manusia baru mampu mengalami realitas yang beraneka ragam, suatu gabungan dari ruang hiper dan realitas tanpa dimensi.
Gabungan keduanya nyata secara khusus dari kuasa Yesus atas unsur-unsur subatomik dari dunia tridimensional kita. Kuasa adi alami-Nya untuk hadir dan lenyap pada suatu tempat dan waktu sesuai kehendak-Nya yang berdaulat menunjukkan penguasaan-Nya atas materi.
Materi pada skala mikroskopik dipahami lebih baik dalam ruang hiper. Untuk kebanyakan hal di alam semesta, seperti gerak planet Bumi dan planet lain, gerak bintang dan galaksi, empat dimensi (tiga dimensi spasial dan satu dimensi temporal) cukup. Tapi ruang caturdimensional tampaknya tidak memadai untuk menjelaskan perilaku atom-atom dan zarah-zarah subatomik. Perilakunya dipahami lebih baik dalam ruang hiper. Beberapa dari teori ilmu fisika modern yang paling menjanjikan mengharuskan adanya ruang berdimensi 7, 10 atau bahkan 26 untuk memahami perilaku zarah-zarah subatomik lebih baik.
Zarah-zarah subatomik dalam ruang hiper ini berada di bawah kuasa kreatif Yesus. Dia boleh dikatakan adalah Penguasa materi pada skala sangat kecil ini, materi yang sekaligus berada dalam ruang hiper. Sebagai Penguasa, dia “mengutak-atik” zarah-zarah subatomik “sesuka hati-Nya” untuk menciptakan berbagai mujizat di alam, seperti berjalan di atas air, meneduhkan angin ribut, dan membangkitkan Lazarus yang mati. Di samping itu, dia menciptakan mujizat-mujizat lain – seperti menyembuhkan orang sakit – dalam kehidupan sehari-hari. Pendek kata, mujizat-mujizat Yesus terjadi oleh kuasa-Nya atas materi subatomik dalam ruang hiper.
Meskipun demikian, kuasa-Nya atas materi subatomik melampaui batas-batas ruang hiper. Mujizat-mujizat-Nya menunjukkan bahwa ada realitas tanpa dimensi, realitas kekekalan, yang berada di luar ruangwaktu.
2 komentar:
bos, di teori multiverse sndiri apakah udh ada ktentuan tentang stiap kapankah universe itu bercabang??
di ilustrasi tebak menmbak di atas saya simpulkan bhwa di setiap penembakanlah(mencet tombol) tercipta semesta lain.tp yg mengganjal adalah, bknkah akan jadi lebih 'keren' gitu klo pencabangan semesta itu terjadi setiap detiknya/sepersekian detik setiap manusia dihadapkan dengan probabilita.
soalnya jdi bingung klo misalnya pncabangan trjadi saat penembakan. apa alasannya disitu terjadi pencabangan? saya asumsikan bahwa pencabangan terjadi berdasarkan parameter kualitas 'penting atau tidaknya' keputusan yang dilakukan. dlm hal ini nembak adalah penting.tp bagaimana dgn kedipan mata atau gerakan langkah kaki yg dilakukan sang penembak(keduanya terjadi diantara selang waktu tembakan satu dan yang lainnya).tidakkah terjadi pencabangan semesta disitu?karena menurut saya keputusan manusia menggerakkan langkah kaki itu penting.tidak kalah penting dengan keputusan untuk menembak.
enlighten dong bos jika berkenan..
dan saya ngebayangin klo paralelmultiverse itu memang beneran ada.dan universe itu diasumsikan adalah suatu file di sebuah harddisk.kasian bgt ya hardisknya..datanya nambaah terus,pdhl kan ga prnah nyolokin n mindahin data dr flash disk..apa karena virus ya bos?jadi si filenya ntu punya program copypaste dirinya sndiri?hehehe..bcanda bos ah.....
Dear Anonim,
Maafkan saya karena terlambat menanggapi komentar yang perseptif, kritis, dan berbobot dari Anda. Karena bobotnya, saya akan menanggapinya dalam suatu tulisan tersendiri. Salam. Seba Woseba
Posting Komentar