CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

30 Maret 2009

18. Info Ilmiah 2002 tentang Waktu

Beberapa nomor Scientific American terbitan tahun 2002 memberi uraian ilmiah tentang waktu. Kami meringkaskan uraian itu untuk Anda.

Apa Itu Waktu?

Waktu itu uang. Waktu diukur dan dihargai terus-menerus; hasilnya, waktu mendorong pertumbuhan ekonomi yang dibangun atas dasar terabyte dan gigabyte per detik. Terjadi komodifikasi waktu.. Ini beberapa dari sekian ciri waktu.

Sinkronisitas lewat Internet

Tapi waktu punya unsur lain: kronologi dan sinkronisitas. Kronologi berarti pengaturan peristiwa-peristiwa sesuai tanggal atau waktu kejadian. Tahun 2008 mendahului tahun 2009, Desember adalah bulan terakhir sementara Januari adalah bulan pertama kalender internasional, minggu pertama mendahului minggu keempat atau kelima dalam satu bulan, hari Kamis adalah hari sesudah Rabu, dan jam enam pagi mendahului jam dua belas siang adalah beberapa contoh kronologi. Waktu dibayangkan sebagai mengikuti suatu garis linear. Sementara itu, sinkronisitas berarti kejadian serempak dari perisitwa-peristiwa yang tampak berkaitan dan bermakna tapi yang tidak mempunyai hubungan sebab-akibat yang bisa ditemukan. Anita yang sudah tidak bertemu kembali dengan kakak perempuannya, Suzanna, selama tiga puluh tahun terakhir tiba-tiba rindu bertemu kembali dengan kakaknya. Tiba-tiba, tanpa Anita mengirimkan surat atau sms atau hp sebelumnya kepada kakaknya tentang kerinduannya, Suzanna datang ke rumahnya. Apa yang Anita dan Suzanna alami adalah suatu contoh dari sinkronisitas. Waktu bersifat ada bersama-sama, serempak.

Kronologi menjadi sinkronisitas

Di abad ke-20 dan awal abad ke-21 yang tengah kita jalani, Internet mengubah kronologi menjadi sinkronisitas. Dalam waktu digital Internet, segala sesuatu terjadi di mana-mana sekaligus. Para pengguna komputer yang saling terhubungkan bisa menyaksikan update suatu halaman Web pada saat yang sama di New York atau Jakarta.

t300545a

Topologi Internet. Jaringan Internet diciptakan dengan menghubungkan satu komputer individual dengan komputer individual yang lain. Ini mengakibatkan Internet membentuk serangkaian jaringan kerja yang saling terkait. Sinkronisitas waktu tercipta melalui jaringan kerja seperti ini.

Pada intinya, waktu dalam arti sinkronisitas sudah mengungguli ruang. Karena menyadari tren ini, Swatch, sebuah perusahaan pembuat jam di Swis, mencoba menghilangkan batas waktu yang memisahkan satu tempat dengan yang lain. Perusahaan ini menciptakan suatu standar pencatatan waktu Internet yang menghilangkan zona waktu. Caranya? Swatch membagi satu hari menjadi 1.000 bagian yang sama di mana pun di bumi, dengan meridian di Biel, lokasi markas besar Swatch di Swis..

Jam Internet digital itu masih berderap pada halaman Web dan di kantor perusahaan Swatch di Biel. Tapi prospeknya untuk diterima sebagai waktu standar universal belum begitu berhasil.

Meskipun demikian, dunia yang terhubungkan melalui kabel Internet memang melenyapkan halangan waktu. Prestasi ini bergantung pada suatu kemampuan yang tetap maju untuk mengukur waktu lebih tepat.

Jam-jam atomik dan detik yang diperkecil

Bukan cuma Internet yang menghasilkan penguasaan ruang oleh waktu. Waktu diukur lebih cermat daripada hal-hal fisikal yang lain. Dengan cara demikian, waktu yang lewat disusun untuk memperkirakan dimensi spasial. Masa kini para pembuat waktu standar mengukur panjangnya meteran yang sangat dihormati melalui jarak yang ditempuh cahaya dalam suatu ruang kosong dalam hitungan 1/299,792,458 dari satu detik.

00012d47

Jam atomik di AS. Pada tanggal 29 Desember 1999, Lembaga Nasional dari Standar dan Teknologi mengumumkan NIST-1, jam paling cermat di dunia. Ini suatu jam atomik yang begitu cermat sehingga ia bisa berfungsi selama hampir 20 juta tahun tahun menambah atau mengurangi satu detik!

Jam-jam atomik yang dipakai untuk membuat pengukuran tadi memainkan peranan juga dalam menilai lokasi. Dalam beberapa jam itu, frekuensi resonan dari atom-atom sesium tetap stabil secara mengherankan, dan menjadi suatu bandul semu yang mampu mempertahankan ketepatan waktu mendekati detiknano, sepermiliar dari satu detik.

Kemajuan dalam ketepatan penetapan waktu terus berlanjut. Para periset terus maju dengan memperkecil hitungan detik.

Sebuah tim dari Perancis dan Belanda membuat suatu rekor kecepatan yang baru karena memperkecil detik. Mereka melaporkan dalam tahun 2001 bahwa suatu cahaya stroba laser sudah memancarkan pulsa-pulsa selama 250 detikato – yaitu seperdua ratus lima puluh miliar dari sepermiliar dari satu detik. Stroba itu satu hari bisa disesuaikan pemakaiannya pada sebuah kamera yang bisa menelusuri gerak elektron-elektron individual. Metode-metode penanggalan radiometrik yang mengukur bermeter-meter “waktu dalam” menunjukkan berapa sesungguhnya usia bumi.

Kemampuan untuk mengatasi waktu dan ruang tanpa bersusah-susah – entah melalui Internet atau dengan mengemudikan pesawat terbang yang dituntun GPS – memampukan kita melakukan hal-hal lebih cepat. Sesi-sesi konperensi dan buku-buku populer mengutak-atik gagasan tentang kapal-kapal kosmik paling mutakhir, suatu sarana bepergian ke depan atau ke belakang dalam waktu

Satuan Waktu yang Luar Biasa

Masa kini, rentang kronologis yang kita sadari sangat luas. Satuan waktu yang kita sadari itu berkisar antara satuan yang luar biasa singkat sampai dengan yang luar biasa panjang.

Satuan waktu yang sangat singkat

Satuan waktu yang luar biasa singkat mencakup detikatto, detikfemto, detikpito, detiknano, detikmikro, detikmili, sepersepuluh dari satu detik, dan satu detik. Tabel berikut menunjukkan durasi dan ciri-ciri lainnya.

SATUAN WAKTU PALING SINGKAT

Nama satuan

Durasi

Durasi

Satu detikatto

Sepermiliar dari sepermiliar dari satu detik

Detikatto dipakai para ilmuwan untuk mengukur peristiwa-peristiwa yang berlalu paling cepat dalam waktu. Satu detikatto jauh lebih cepat dari waktu Planck (sekitar 10-43 detik) yang dipercaya adalah durasi paling singkat yang mungkin ada.

Satu detikfemto

Seperjuta dari sepermiliar dari satu detik

Sebuah atom dalam sebuah molekul menyelesaikan suatu getaran tunggal dalam 10-100 detikfemto. Interaksi cahaya dengan pigmen dalam retina – proses yang memampukan kita melihat – berlangsung sekitar 200 detikfemto.

Satu detikpiko

Seperseribu dari sepermiliar dari satu detik

Transistor-transistor paling cepat beroperasi dalam hitungan detikpito. Usia rata-rata suatu ikatan hidrogen antara molekul-molekul air pada suhu kamar adalah tiga detikpiko.

Satu detiknano

Sepermiliar dari satu detik

Suatu berkas cahaya yang bersinar melalui suatu ruang hampa akan merambat sejauh hanya 30 sentimeter dalam satu detiknano. Mikroprosesor dalam sebuah komputer pribadi membutuhkan antara dua dan empat detiknano untuk menjalankan suatu perintah tunggal, seperti menambahkan dua bilangan.

Satu detikmikro

Seperjuta dari satu detik

Berkas cahaya yang sama sekarang akan merambat sejauh 300 meter, sekitar ukuran panjang tiga lapangan bola kaki, dalam satu detikmikro. Tapi suatu gelombang bunyi di permukaan laut akan menyebar hanya sepertiga dari satu milimeter dalam satu detikmikro. Cahaya sebuah stroboskopa komersial berkecepatan tinggi berlangsung sekitar satu detikmikro. Dibutuhkan 24 detikmikro bagi sebatang dinamit untuk meledak sesudah sumbunya menyala.

Satu detikmili

Seperseribu dari satu detik

Satu detikmili adalah waktu pajanan (exposure) paling singkat dalam suatu kamera yang khas. Seekor lalat rumah mengepakkan sayapnya setiap tiga detikmili, seekor lebah madu melakukan hal yang sama setiap lima detikmili. Bulan mengitari Bumi dua detikmili lebih lambat setiap tahun ketika orbitnya berangsur-angsur melebar. Dalam ilmu komputer, suatu selang waktu sebesar 10 detikmili disebut sebuah jiffy.

Satu sepersepuluh dari satu detik

Lamanya satu “kedipan mata.” Telinga manusia membutuhkan waktu sebanyak ini untuk membedakan suatu gaung dengan suatu bunyi asli. Dalam satu sepersepuluh dari satu detik, seekor humming bird bisa mengepakkan sayapnya tujuh kali. Dalam durasi yang sama, sebuah penala yang tingginadanya A di atas C tengah bergetar empat kali.

Satu detik

Satu denyut jantung yang sehat dari seseorang berlangsung sekitar satu detik. Dalam satu detik, Bumi mengitari matahari sejauh 30 kilometer, sementara matahari bergerak cepat sejauh 274 kilometer dalam perjalanan panjangnya melalui galaksi. Secara tradisional, detik adalah bagian ke-60 dari bagian ke-4 dari satu hari, tapi sains sudah memberikan suatu definisi yang lebih tepat: satu detik adalah durasi dari siklus 9.192.631.770 dari radiasi yang dihasilkan sebuah sesium atom 133.

Satu menit

Otak seorang bayi yang baru lahir bertumbuh dari satu sampai dengan dua miligram dalam satu menit. Jantung seorang perempuan pemberang berdenyut 1.000 kali dalam satu menit. Dalam waktu yang sama, seorang rata-rata bisa mengucapkan 150 kata atau membaca sekitar 250 kata.

Satu jam

Sel-sel perkembang-biakan biasanya membutuhkan satu jam untuk membelah dirinya menjadi dua.

Satu hari

Bagi manusia, barangkali inilah satuan waktu paling alami, durasi rotasi Bumi. Durasi ini kini ditetapkan pada 23 jam, 56 menit dan 4,1 detik. Rotasi planet kita terus-menerus melambat karena tarikan gravitasional dari bulan dan pengaruh-pengaruh lain. Jantung manusia berdetak sekitar 100.000 kali sehari.

Satuan waktu yang sangat panjang

Selain itu, satuan waktu di luar yang disebutkan tadi mulai dari satu tahun sampai dengan triliunan tahun. Dalam satu tahun, Bumi membuat satu putaran keliling matahari dan berpusing-pusing pada sumbunya sebanyak 365,26 kali. Sekitar satu tahun, arus permukaan samudera mengelilingi Bumi. Dalam satu abad, bulan surut dari Bumi sebanyak 3,8 meter. CD dan CD-ROM baku diperkirakan akan merosot mutunya dalam satu abad, tapi CD recordable paling maju bisa dipakai selama lebih dari 200 tahun. Dalam satu juta tahun, sebuah kapal ruang angkasa yang melaju pada kecepatan cahaya (sekitar 300.000 kilometer per detik) belum mencapai separuh perjalanannya menuju galaksi Andromeda (yang jauhnya dari Bumi 2.3 juta tahun-cahaya). Dalam waktu sekitar satu miliar tahun, Bumi yang baru terbentuk menjadi sejuk, samudera berkembang, kehidupan bersel tunggal lahir dan menimbulkan pertukaran karbon-dioksida – atmosfir awal yang kaya bagi suatu atmosfir yang kaya akan oksigen. Para ahli kosmologi percaya alam semesta kita yang berusia antara 12 miliar dan 14 miliar tahun barangkali akan tetap mengembang tanpa akhir sampai bintang terakhir mati (100 triliun tahun dari sekarang) dan lubang hitam terakhir menguap (10100 tahun dari sekarang), Masa depan kita terentang lebih jauh ke depan dibanding masa lampau kita. (Sumber: David Labrador, “From Instantaneous to Eternal” dalam Scientific American September 2002 halaman 3-39)

Jam Biologis

Jam biologis menghitung menit, bulan atau tahun dan menolong membuat otak dan tubuh kita bekerja sesuai jadwal. Dalam otak manusia, sebuah “stopwatch” bisa mencatat detik, menit dan jam.

Sebuah jam lain di otak manusia, yang lebih mirip sebuah jam daripada sebuah stopwatch, mensinkronkan banyak fungsi tubuh dengan siang dan malam. Jam yang sama diduga menimbulkan kekacauan afektif musiman, suatu penyakit tahunan berupa depresi yang menyerang beberapa orang di musim dingin dan bisa disembuhkan dengan terapi cahaya – atau dengan hanya tidur sampai matahari terbit. Sebuah jam molekuler yang mengendalikan berapa kali sebuah sel bisa membelah diri diduga membatasi usia panjang. Para ilmuwan yang meneliti batas usia manusia biasanya mencari penyebabnya pada tingkat seluler dan menemukan apa yang disebut “jam mitotik”. Ini adalah jam biologis yang mencatat mitosis, yaitu, pembelahan sel. Pembelahan sel adalah proses yang di dalamnya sebuah sel membelah dirinya menjadi dua. Kebanyakan sel dalam tubuh manusia membelah dirinya dengan sangat lambat. Akhirnya, sesudah mencapai usia 70 tahun atau di atasnya, pembelahan sel menurun. Dengan kata lain, yang diperhitungkan sel-sel bukan waktu kronologis melainkan jumlah pembelahan sel-sel.

Menurut suatu laporan penelitian 1997, telomer, sejenis DNA, yang dipersingkat tidak punya kaitan dengan usia tua. Penelitian ini menunjukkan bahwa setiap kali suatu sel membelah diri, banyak telomernya hilang. Tapi penelitian ini belum memadai untuk membuktikan bahwa ada hubungan antara hilangnya telomer dengan usia tua. Kebanyakan sel tidak perlu membelah diri untuk melakukan tugasnya. Sel-sel darah putih yang memerangi infeksi dan pendahulu-pendahulu sperma adalah kekecualian. Kebanyakan orang usia lanjut mati karena infeksi sederhana yang bisa dilawan tubuh yang muda. Selain itu, hilangnya telomer hanya satu dari sekian kerugian yang ditanggung sel-sel ketika membelah diri. DNA sering rusak ketika ia diperbanyak selama pembelahan sel. Jadi, sel-sel yang membelah dirinya banyak kali punya peluang menyimpan kesalahan genetik dibanding sel-sel muda. Gen-gen yang berhubungan dengan usia tua pada manusia sering mencegah atau memperbaiki kesalahan itu.

Pembelahan sel adalah suatu bisnis yang sangat berisiko. Barangkali tidak mengherankan tubuh menaruh penutup di ujung mitosis. Mengakali sel supaya tetap membelah diri tidak akan membuat orang hidup terus. Begitu proses pembelahan sel berakhir, tidak ada cara untuk mengulanginya lagi. Sumber: “Times of Our Lives” oleh Karen Wright dalam Scientific American September 2002 halaman 41-47)

Waktu yang Misterius

Dari masa lampau yang pasti sampai dengan masa kini yang nyata dan masa depan yang tidak pasti, waktu terasa seakan mengalir terus. Tapi itni sebuah ilusi. Kesadaran manusia bisa melibatkan proses-proses thermodinamika atau kuantum yang menimbulkan kesan tentang hidup dari momen ke momen.

Sejujur-jujurnya, baik ilmuwan maupun filsuf tidak tahu apa itu waktu dan mengapa waktu itu ada. Hal terbaik yang bisa mereka katakan adalah bahwa waktu terkait (tapi tidak sama dengan) ruang. Misalnya, orbit dwidimensional dari bulan melalui ruang bisa kita bayangkan sebagai sebuah pembuka sumbat botol tridimensional melalui ruang-waktu.

Dua pandangan tentang waktu

Ada dua pandangan tentang waktu. Yang pertama disebut pandangan konvensional. Menurut pandangan ini, hanya waktu sekarang yang nyata. Ketika jam berdetik, momen berlalu dan momen lain datang – suatu proses yang kita sebut aliran waktu. Bulan, misalnya, berada pada hanya satu posisi dalam orbitnya keliling Bumi. Kemudian, posisi itu berhenti dan bulan ditemukan pada posisi lain. Yang kedua disebut alam semesta blok. Menurut pandangan ini, semua waktu sama-sama nyata. Kita tidak bisa memutlakkan suatu momen sekarang sebagai yang khusus ketika setiap momen itu menganggap dirinya sendiri khusus. Secara obyektif, masa lampau, kini, dan depan sama-sama nyata. Semua kekalan disusun dalam sebuah blok caturdimensional yang terdiri dari waktu dan tiga dimensi spasial.

Kebanyakan fisikawan mengatakan aliran waktu tidak nyata. Tapi waktu sendiri nyata seperti ruang.

Asimetri waktu

Peristiwa-peristiwa di dunia membentuk urutan satu arah. Misalnya, sebuah telor ayam dijatuhkan di lantai akan pecah dan berantakan. Tapi kita belum pernah menyaksikan telor berantakan itu mengalami proses kebalikannya – menjadi utuh. Ini sebuah contoh dari hukum kedua thermodinamika: entropi dari suatu sistem tertutup – kurang lebih, seberapa kacaunya sistem itu – akan cenderung meningkat bersama dengan waktu. Sebuah telor ayam yang utuh punya entropi yang lebih rendah dari telor ayam yang pecah berantakan. Singkat kata, hukum thermodinamika kedua mengatakan alam berlimpah-limpah dengan proses-proses fisikal yang tidak bisa dibalikkan.

Karena itu, dalam hubungan dengan waktu, hukum tadi memainkan suatu peranan kunci dalam menanamkan pada dunia suatu asimetri yang nyata antara arah masa lampau dan depan sepanjang sumbu waktu. Istilah “panah waktu” mengacu pada suatu urutan satu arah, seperti entropi yang meningkat. Label “masa lampau” dan “masa depan” secara sah bisa diterapkan pada arah temporal, tapi pembicaraan tentang masa lampau itu dan masa depan itu tidak bermakna.

Kita lebih mengingat masa lampau daripada masa depan. Ini bukan suatu pengamatan tentang berlalunya waktu melainkan tentang asimetri waktu. Yang mencatat aliran waktu adalah seorang pengamat yang sadar. Sebuah jam mengukur durasi di antara peristiwa-peristiwa, tapi ia tidak mengukur “kecepatan” dari satu saat yang menyusul saat yang lain. Karena itu, tampaknya aliran waktu itu bukan obyektif melainkan subyektif.

Waktu menjadi suatu ilusi. Penyebab kita mengalami waktu sebagai ilusi harus dicari pada psikologi, neuropsikologi, dan barangkali pada linguistik atau kebudayaan.

Dua sisi simetri waktu

Ada dua sisi asimetri waktu yang bisa menimbulkan kesan palsu bahwa waktu mengalir. Yang pertama, thermodinamika yang membedakan antara masa lampau dan masa depan. Para fisikawan sudah menyadari bahwa konsep entropi berkaitan erat dengan isi informasi dari suatu sistem. Karena alasan ini, pembentukan ingatan adalah suatu proses satu arah – ingatan baru menambah informasi baru dan menaikkan entropi otak. Kita bisa menganggap kesatuarahan ini sebagai aliran waktu.

Yang kedua, persepsi kita tentang aliran waktu mungkin berhubungan dengan mekanika kuantum. Pada masa awal pembentukan mekanika kuantum, waktu memasuki teori ini secara unik. Peranan khusus waktu adalah suatu alasan mengapa sulit menggabungkan mekanika kuantum dengan relativitas umum menjadi suatu teori baru. Menurut asas ketakpastian Heisenberg, alam secara inheren tidak bisa dipastikan. Ini berarti masa depan dan masa lampau terbuka. Indeterminisme ini muncul jelas pada skala ukuran atomik. Skala ini menyatakan bahwa sifat-sifat yang bisa diamati yang mencirikan suatu sistem fisikal umumnya tidak ditentukan dari satu momen ke momen lain.

Misalnya, sebuah elektron yang menabrak sebuah atom bisa melambung jauh ke satu dari banyak arah. Biasanya tidak mungkin meramalkan sebelumnya hasil lambungan itu dalam kasus tertentu apa pun. Indeterminisme kuantum menyatakan ada banyak (mungkin bersifat ananta) masa depan alternatif atau realitas potensial. Mekanika kuantum menyediakan probabilitas relatif untuk setiap hasil yang bisa diamati meskipun teori ini tidak mengatakan masa depan potensial apa yang ditetapkan untuk menjadi kenyataan.

Tapi ketika seorang pengamat manusia membuat suatu pengukuran, hanya satu hasil saja yang mereka peroleh. Misalnya, pantulan balik elektron akan ditemukan bergerak ke suatu arah tertentu. Dalam tindakan mengukur, suatu realitas tunggal yang khusus terproyeksi dari sederetan yang sangat luas dari kemungkinan-kemungkinan. Di dalam akal budi pengamat, salah satu kemungkinan itu membuat suatu peralihan ke apa yang aktual, masa depan yang terbuka ke masa lampau yang pasti – yang tepatnya apa yang kita sebut aliran waktu.

Tidak ada kesepakatan di kalangan fisikawan tentang bagaimana transisi ini berlangsung dari banyak realitas potensial menjadi suatu aktualitas tunggal. Banyak fisikawan berargumentasi bahwa itu ada kaitannya dengan kesadaran pengamat. Tindakan pengamatlah yang membuat alam membuat keputusannya. Sedikit periset menegaskan bahwa kesadaran – termasuk kesan tentang aliran waktu – bisa dihubungkan dengan proses-proses kuantum dalam otak.

Akibat menyingkapkan misteri waktu

Apa jadinya kalau para ilmuwan mampu menyingkapkan misteri aliran waktu? Barangkali kita perlu lagi bertengkar tentang masa depan atau merasa sedih tentang masa lampau. Kekuatiran tentang maut bisa menjadi tidak relevan seperti kekuatiran tentang kelahiran. Harapan dan nostalgia bisa berhenti menjadi bagian dari kosakata manusia. Yang paling penting, perasaan tentang keadaan mendesak yang terbawa oleh kegiatan manusia bisa lenyap. (Sumber: “That Mysterious Flow” oleh Paul Davies dalam Scientific American September 2002 halaman 24-29).

Mesin Waktu

Bepergian ke depan dalam waktu cukup mudah. Kalau Anda bergerak mendekati kecepatan cahaya atau duduk dalam suatu medan gravitasional yang kuat, Anda akan mengalami waktu lebih lambat daripada yang dialami orang lain. Kalau waktu Anda lebih lambat daripada waktu mereka, ini cara lain untuk mengatakan bahwa Anda bepergian ke masa depan mereka.

Bepergian ke masa lampau agak lebih rumit. Teori relativitas mengizinkan Anda bepergian ke masa lampau dalam konfigurasi ruang-waktu tertentu: sebuah alam semesta yang berputar, sebuah silinder yang berputar dan, yang paling terkenal, sebuah lubang cacing – sebuah terowongan menembus ruang dan waktu.

Bioritme

Bagi kebanyakan dari kita, waktu tidak hanya nyata. Ia juga penguasa segala sesuatu yang kita lakukan. Kita adalah pengamat jam, entah karena kodrat atau karena pendidikan.

Perasaan khusus tentang kebingungan membedakan masalah lampau dan masa kini bisa dikaitkan dengan suatu realitas biologis dasar. Tubuh kita penuh jam yang hidup – jam yang mengatur bagaimana kita menghubungkan sebuah bola dengan sebuah tongkat pemukul, kapan kita merasa mengantuk dan barangkali kapan waktu kita habis. Jam hidup ini adalah bioritme dalam tubuh kita.

Bioritme ini sekarang mulai menyingkapkan dirinya pada para ahli biologi. Para ilmuwan makin mendekati kawasan otak yang menghasilkan kesadaran tentang waktu. Ini mencakup kesadaran kita tentang relativitas waktu. Waktu terbang berlalu ketika kita bersenang-senang tapi bergerak-lambat ketika kita duduk mendengarkan sebuah ceramah yang membosankan. Mereka juga mulai memahami hubungan antara berbagai jenis ingatan dan bagaimana peristiwa-peristiwa diatur dan diingat secara kronologis. Kajian-kajian tentang pasien-pasien penyakit saraf dengan berbagai bentuk amnesia, beberapa di antaranya kehilangan kemampuan untuk menilai secara cermat berlalunya jam, bulan dan bahkan banyak dasawarsa, tengah menolong menetapkan dengan tepat kawasan-kawasan otak yang terlibat dalam cara kita mengalami waktu.

Waktu dibutuhkan jiwa manusia

Urutan hal-hal dalam waktu bukan saja menetapkan tempat kita melainkan juga siapa diri kita. Jadi pada akhirnya, kita tidak peduli apakah waktu, dalam arti kosmologis, mempertahankan suatu kebenaran fisikal mendasar atau tidak, yaitu apakah ia suatu fantasi atau tidak. Kalau waktu suatu fantasi, ia fantasi yang padanya kita berpegang teguh. Rasa hormat kita yang dalam pada waktu sebagai dimensi keempat, pelengkap ketiga dimensi spasial, berkaitan banyak dengan suatu kebutuhan jiwa yang dalam untuk memegang tonggak-tonggak waktu yang bermakna yang bisa kita bagi bersama, seperti ulang tahun, Natal, Tahun Baru, Lebaran.

Demikian tulisan Gary Stix, seorang penyunting proyek khusus, dalam “Real Time” (halaman 20-23). Artikelnya diterbitkan Scientific American September 2002.

Riak-Riak dalam Ruang-Waktu

Teori relativitas Einstein meramalkan bahwa bencana-bencana alam yang keras seperti tabrakan-tabrakan lubang hitam akan menyebabkan jalinan ruang alam semesta sendiri bergetar. Meskipun teori ini sudah berisi ramalan ini, para ahli astronomi belum pernah mendeteksi gelombang-gelombang gravitasional secara langsung.

Sebelum mencapai bumi, riak-riak gravitasional itu demikian lemah sehingga mengidentifikasinya dari antara bunyi-bunyian yang mengelilinginya sangat sulit. Upaya identifikasi macam ini bisa dibandingkan dengan upaya menemukan sebutir pasir yang ditambahkan pada semua pantai di Long Island, New York.

Enam interferometer dengan presisi sangat tinggi sudah didirikan pada berbagai tempat di dunia untuk mendeteksi gelombang-gelombang gravitasional itu. Tiga di antaranya ada di Amerika Serikat dan berencana melakukan observasi-observasi ilmiah tentang sinyal-sinyal itu pada bulan Mei 2002. Tapi ketiganya masih berjuang untuk mencapai kepekaan deteksi yang diperlukan.

Ringkasan ini berasal dari artikel “Ripples in Spacetime” (Scientific American April 2002 halaman 49-57) tulisan W. Wayt Gibbs. Gibbs adalah penulis senior majalah Scientific American.

29 Maret 2009

16. Sifat dan Paradoks Waktu

Sifat mirip waktu dari ruangwaktu akan Anda pahami lebih baik kalau Anda tahu lebih dahulu dan secara mendasar tentang sifat dan paradoks waktu. Keanehan waktu, termasuk perbedaan usia karena pengaruh waktu yang berbeda, bisa Anda simak melalui hukum relativitas khusus dari Albert Einstein.

Pandangan alkitabiah tentang waktu yang ditekankan pada konvergensi kearifan ilmiah dan alkitabiah dalam menyoroti penciptaan alam semesta menurut kitab Kejadian dan astronomi abad ke-20 dibahas. Nara sumbernya adalah Dr. Gerald L. Schroeder, seorang fisikawan tamatan MIT di AS yang kemudian pindah ke Israel untuk bekerja di sana dan tinggal di Yerusalem.

Relativitas Khusus Einstein

Pada tahun 1905, Albert Einstein mengajukan postulasinya tentang asas relativitas khususnya. Menurut asas itu, kecepatan cahaya sama dalam semua kerangkanya yang bergerak secara tetap. Kedengaran lugu tapi ini salah satu prestasi terbesar roh manusia, bahkan dipandang sebagai salah satu ciptaan ilmiah terbesar dari akal budi manusia selama 2 juta tahun usia spesis manusia di planet Bumi. Dari asas ini, kita bisa membuka rahasia energi-energi yang luar biasa yang dilepaskan bintang-bintang dan galaksi-galaksi.

Mobil tetap tidak bisa menyamai kecepatan kereta api

Memang, itu suatu pernyataan yang sederhana, tapi kesimpulannya sangat dalam. Untuk memahami asas relativitas khusus ini lebih jauh, kita akan memakai suatu analogi tentang sebuah mobil dan kereta api yang sama-sama berpenumpang. Mobil ini mencoba mendahului kereta api. Anggap saja ada seorang pejalan kaki di trotoar yang mencatat waktu mobil kita. Mobil itu melaju secepat 99 kilometer per jam sementara kereta api itu melaju secepat 100 kilometer per jam. Sejarah wajar, kita di dalam mobil melihat kereta api mendahului kita sejauh 1 kilometer per jam. Kecepatan ekstra ini hasil penambahan atau pengurangan kecepatan, seperti penambahan atau pengurangan bilangan-bilangan biasa yang lain.

Sekarang, kita mengganti kereta api dengan suatu pancaran cahaya, tapi mempertahankan kecepatan cahaya pada 100 kilometer per jam. Pejalan kaki masih mencatat waktu mobil kita; mobil ini melaju pada kecepatan 99 kilometer per jam. Pada kecepatan ini, mobil kita mengejar pancaran cahaya tadi. Terjadi keanehan. Menurut pejalan kaki, kita sebentar akan mencapai kecepatan 100 kilometer per jam karena pengemudi kita menaikkan laju mobil kita agar 1 kilometer di depan kita bisa kita capai untuk berada pada sisi pancaran cahaya itu. Akan tetapi, perhitungan kita keliru. Menurut asas relativitas khusus Einstein, pancaran cahaya yang kita lihat dari dalam mobil kita melaju sejauh 1 kilometer di depan kita sebenarnya melaju 100 kilometer per jam. Lebih aneh lagi, kita melihat pancaran cahaya melaju di depan kita seakan-akan kita dalam keadaan diam. Tidak mungkin, kita bilang. Karena penasaran, sopir mobil kita menancap gas pedal begitu rupa sehingga pejalan kaki di trotoar itu mencatat laju mobil kita pada kecepatan 99,99999 kilometer per jam. Sekarang, kita kira tinggal sedikit sekali kilometer dan kita sudah akan menyamai laju pancaran cahaya. Akan tetapi, ketika kita menengok ke luar jendela mobil, kita melihat pancaran cahaya masih melaju di depan kita pada kecepatan 100 kilometer per jam.

Gila, kata kita yang kebingungan. Bagaimana mungkin kita tidak bisa menyamai kecepatan cahaya setinggi apa pun laju mobil kita dipacu? Lalu, kita menjadi tenang, mempertahankan laju mobil pada kecepatannya yang paling tinggi, dan berpikir jernih. Kita sekarang menarik beberapa kesimpulan yang aneh dan mengejutkan. Pertama, sekuat apa pun mesin mobil kita dipacu, pejalan kaki mengatakan pada kita bahwa kita bisa mendekati tapi tidak mungkin menyamai atau melampaui 100 kilometer per jam. Kecepatan 99,99999 kilometer per jam tampaknya adalah kecepatan maksimum mobil kita. Kedua, sedekat apa pun jarak kita dengan jarak pancaran cahaya, kita masih melihat pancaran cahaya di depan kita pada kecepatan 100 kilometer per jam, seakan-akan kita tidak bergerak sama sekali.

Tidak masuk di akal, kata kita. Bagaimana mungkin kita dalam mobil yang tengah melaju dan pejalan kaki di trotoar yang berdiri di satu tempat bisa mengukur kecepatan pancaran cahaya pada kecepatan yang sama? Dalam kehidupan sehari-hari, ini mustahil. Ini suatu paradoks. Ini seperti suatu lelucon besar dari alam.

Ada hanya satu jalan ke luar dari paradoks ini. Mau tidak mau, kita dituntun pada suatu kesimpulan yang mengejutkan. Kesimpulan ini sangat menggoncangkan pikiran Einstein ketika dia menemukannya pertama kali. Ini satu-satunya pemecahan yang dia temukan bagi teka-teki relativitas waktu tadi: waktu melambat bagi kita di dalam mobil. Kalau pejalan kaki itu mengambil sebuah teleskop dan meneropongi kita dari dalam mobil, dia melihat setiap orang bergerak sangat lambat. Akan tetapi, kita di dalam mobil tidak sekalipun menyadari bahwa gerak kita sangat diperlambat oleh waktu yang melambat. Mengapa tidak? Otak kita pun melambat dan segala sesuatu tampak wajar bagi kita. Lebih mencengangkan lagi, pejalan kaki itu melihat bahwa mobil kita menjadi rata searah dengan geraknya ke depan. Mobil sudah menyusut seperti sebuah akordeon. Dan kita di dalamnya? Tidak sekalipun kita merasakan susutan mobil karena kita juga sudah menyusut.

Ruang dan waktu mengecoh kita

Analogi tadi menunjukkan satu dan lain hal tentang sifat dan paradoks waktu. Kita menyimak dari eksperimen pikiran tadi bahwa ruang dan waktu mengecoh kita. Dalam eksperimen sesungguhnya, para ilmuwan sudah menunjukkan bahwa kecepatan cahaya selalu adalah c, yaitu, velositas atau kecepatan cahaya yang sama, tidak peduli secepat apa pun laju mobil kita. Ini karena semakin cepat kita melaju, semakin lambat jam kita berdetik dan semakin pendek jadinya penggaris kita. Mengapa jam kita melambat dan penggaris kita menyusut secukupnya? Perubahan ini perlu supaya kita memperoleh hasil ukuran yang sama bila kita mengukur kecepatan cahaya.

Akan tetapi, mengapa kita di dalam mobil tidak merasakan akibat distorsi ruang dan waktu? Otak kita berpikir makin lambat, dan tubuh kita juga makin gepeng ketika kita mendekati kecepatan cahaya. Perubahan ini malah suatu “berkat” bagi kita karena tanpa disadari kita sudah diubah menjadi panekuk yang pikirannya menjadi lamban.

Meskipun demikian, efek-efek relativistik ini terlalu kecil untuk dilihat dalam kehdupan sehari-hari karena kecepatan cahaya begitu tinggi. Anggap saja ada seorang lelaki dewasa bernama Victor yang sekaligus seorang fisikawan yang tahu benar tentang distorsi ruang dan waktu pada kecepatan yang mendekati kecepatan cahaya. Victor juga seorang komuter kereta api Jatinegara-Jakarta Kota. Sambil menunggu di peron stasiun kereta api Jatinegara, dia membayangkan apa jadinya seandainya kecepatan cahaya hanya 50 kilometer per jam, sekarang dialihkan menjadi kecepatan kereta api yang akan ditumpanginya. Dia naik kereta api dan ketika kereta api itu menderu-deru memasuki stasiun Kota, ia tampak terpencet, seperti sebuah akordeon. Kereta api itu menjadi suatu irisan logam yang gepeng setebal 30 sentimeter yang meluncur pada rel kereta api. Setiap orang di dalam mobil-mobil sepanjang rel kereta api itu tampak setipis kertas. Mereka juga secara praktis membeku dalam waktu, seolah-olah mereka patung-patung yang tidak bergerak. Akan tetapi, ketika kereta api itu direm supaya berhenti, ia tiba-tiba mengembang sampai irisan logam berangsur-angsur mengisi seluruh stasiun kereta api Kota.

Meskipun distorsi ini barangkali tampak aneh, Victor dan para penumpang lainnya di dalam kereta api itu sama sekali tidak menyadari perubahan ini. Tubuh mereka dan ruang itu sendiri dipadatkan bersamaan dengan arah gerak kereta api itu; segala-galanya tampak punya bentuknya yang normal. Selanjutnya, otak mereka melambat dan mengakibatkan mereka bertindak wajar di dalam kereta api komuter itu. Ketika kereta api itu akhirnya berhenti di stasiun Kota, Victor dan penumpang lain di dalamnya sama sekali tidak menyadari apa yang mencengangkan mereka yang melihat kereta api itu dari luar. Mereka menyaksikan kereta api yang tadinya menyusut sekarang mengembang secara ajaib sampai ia mengisi seluruh peron itu. Jadi, ketika Victor dan para penumpang turun, mereka tidak menyadari sekalipun bahwa perubahan-perubahan hebat yang disyaratkan relativitas khusus sudah terjadi pada kereta api itu, suatu analogi dari kecepatan cahaya.

Inti Teori Relativitas Khusus

Apa inti teori relativitas khusus Einstein? Ada dua sisi inti teori ini: pertama, waktu adalah matra (dimension) keempat; dan, kedua, hukum alam disederhanakan dan disatukan dalam matra-matra yang lebih tinggi. Kini, waktu dan ruang akan dikaitkan secara dialektik (berlawanan arah) dengan relativitas khusus.

Dua ciri esensial keindahan teori ilmu fisika

Dimensi lebih tinggi ada kaitannya dengan apa yang disebut para fisikawan sebagai “keindahan” dalam teori-teori ilmu fisika. Yang mereka maksudkan dengan keindahan ini punya sekurang-kurangnya dua ciri esensial. Pertama, suatu teori ilmu fisika punya keindahan kalau ia punya suatu simetri yang menyatukan segala-galanya. Suatu contoh dari simetri dalam ilmu fisika adalah kemampuan ruang dan waktu untuk saling bergulir ke dalam dirinya sendiri dalam dimensi-dimensi yang lebih tinggi. Kedua, suatu teori ilmu fisika punya keindahan kalau ia punya kemampuan untuk menjelaskan jumlah yang sangat besar dari data eksperimental dengan ungkapan matematik yang paling irit. Persamaan tenar Einstein E = mc2 dan teori relativitas umumnya yang mengatakan bahwa materi-energi menetapkan kelengkungan ruangwaktu adalah dua contoh dari teori-teori ilmu fisika yang punya keindahan.

Simetri dalam dimensi lebih tinggi

Teori relativitas khusus Einstein pun menunjukkan simetri dalam dimensi-dimensi yang lebih tinggi. Untuk memahami cara dimensi-dimensi lebih tinggi menyederhanakan hukum-hukum alam, kita ingat bahwa benda apa pun punya ukuran panjang, lebar, dan tinggi atau dalam. Simetri tampak ketika kita punya kebebasan untuk merotasi suatu benda sebanyak 90 derajat. Karena itu, kita bisa memutar ukuran panjangnya menjadi ukuran lebar dan ukuran lebarnya menjadi ukur tinggi atau dalam. Dengan suatu rotasi sederhana, kita bisa mengubah-ubah setiap dimensi spasial. Sekarang, kalau waktu adalah matra keempat, maka ada peluang untuk membuat “rotasi-rotasi” yang mengubah ruang menjadi waktu dan waktu menjadi ruang. “Rotasi-rotasi” caturmatra ini justru adalah distorsi ruang dan waktu yang disyaratkan relativitas khusus. Dengan kata lain, ruang dan waktu sudah bercampur dengan satu cara yang esensial, dan dikendalikan oleh relativitas. Kalau begitu, apa artinya waktu sebagai dimensi keempat? Artinya, waktu dan ruang bisa saling berotasi ke dalam dirinya menurut suatu cara yang secara matematik tepat. Mulai sekarang, kedua-duanya harus diperlakukan sebagai dua sisi dari jumlah yang sama: ruangwaktu. Jadi, menambahkan suatu matra yang lebih tinggi menolong kita menyatukan hukum-hukum alam.

Waktu berdetik pada tingkat yang berbeda

Menurut teori relativitas khusus juga, waktu berdetik pada tingkat yang berbeda, tergantung pada seberapa cepatnya seseorang bergerak. Waktu sebagai dimensi keempat berarti waktu secara intrinsik terkait dengan gerak dalam ruang. Seberapa cepatnya suatu jam berdetik tergantung pada seberapa cepatnya ia bergerak dalam ruang. Eksperimen-eksperimen yang rinci yang dilakukan dengan jam atomik yang dikirim ke orbit keliling bumi sudah memberi konfirmasi bahwa suatu jam di bumi dan suatu jam yang ditembak dengan roket ke angkasa luar berdetik pada tempo yang berbeda.

Untuk memahami asas relativitas khusus tentang jam yang berdetik pada tempo yang berbeda, bayangkanlah bahwa kita diundang ke reuni alumnus Fakultas Sastra Universitas Indonesia tahun 1970-an di Balai Sarbini, Jakarta Pusat, pada tanggal 1 September 2007, mulai pukul 7 malam. Pada era ini, semua mahasiswa berusia, katakanlah, 20 tahun pada tahun 1970 – termasuk yang lahir 1 September 1950. Pada malam reuni itu, semua undangan yang datang saling bersalaman sesudah tidak berjumpa selama 37 tahun; sekarang, semuanya sudah berusia 57 tahun. Tanda-tanda menjadi tua tampak di mana-mana: rambut yang dulu hitam dan lebat kini menjadi uban dan jarang, kulit wajah yang dulu segar dan kencang sekarang mulai keriput, tubuh yang dulu gagah dan kuat kini tampak kurang gagah dan agak loyo. Kita semua berasumsi bahwa waktu berdetik secara seragam untuk semuanya. Kita semua beranggapan bahwa masing-masing menjadi tua pada tempat yang sama.

Lalu, kita tiba-tiba dikagetkan oleh kehadiran seorang lelaki yang berbeda sekali dengan kita. Anggap saja namanya Tom yang seperti kita semua berusia 20 tahun juga pada tahun 1970. Tapi yang mencengangkan kita semua ialah bahwa 37 tahun kemudian ketika kita berusia 57 tahun dan membawa bermacam-macam tanda ketuaan pada diri kita, Tom malah tampak masih berusia 20 tahun! Untuk mengikuti reuni ini, dia terbang ribuan kilometer dari Amerika Serikat, tiba di Jakarta 31 Agustus, dan datang menghadiri reuni ini. Sejak 1970, dia pindah ke AS bersama orang tuanya dan menjadi warga A.S. Apa rahasia awet muda Tom?

Seperti seorang profesor ilmu fisika tentang keanehan ruang dan waktu dalam dimensi yang lebih tinggi, Tom menyingkapkan rahasia awet mudanya, suatu pengalaman yang unik. Rahasianya, demikian Tom, ada pada waktu yang berbeda dengan waktu kita dan yang dia alami. Kalau waktu adalah dimensi keempat maka ruang dan waktu saling merotasi ke dalam dirinya dan jam berdetik pada kecepatan yang berbeda, tergantung seberapa cepatnya jam itu bergerak.

Sebagai penerapan asas relativitas khusus ini, Tom yang baru saja kuliah di AS menumpang sebuah roket yang melesat ke ruang angkasa dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya. Karena penerbangan ini suatu proyek eksperimen rahasia pemerintah AS, orang tuanya – ayahnya berusia 40 dan ibunya 35 tahun pada tahun 1970 ketika eksperimen itu diadakan – yang ikut mengantarnya ke landasan peluncuran roket itu mengira puteranya akan kembali dalam waktu beberapa hari. Ternyata, mereka menunggu selama 37 tahun tanpa kabar apa pun dari pemerintah AS tentang Tom. Mereka percaya dia sudah meninggal. Tiba-tiba, Tom muncul di rumah orang tuanya di Los Angeles dan mencengangkan mereka dengan penampilannya. Sementara ayahnya sudah berusia 77 tahun dan ibunya 72 tahun, puteranya malah masih berusia 20 tahun! Mengapa usianya seperti tahun 1970? Rahasianya ada pada kecepatan roket yang ditumpanginya. Roket itu melaju ke ruang angkasa dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya. Karena kecepatan ini, waktu dalam roket itu melambat bagi Tom sementara di Los Angeles waktu berjalan normal. Selisih waktu antara Tom dalam roket yang membawanya ke ruang angkasa dan kembali dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya dan orang tuanya di Los Angeles adalah beberapa menit dibanding 37 tahun. Itulah sebabnya ketika dia mendarat, ke luar roket itu dan bertemu kembali dengan orang tuanya, usianya selama sekian menit perjalanannya .dalam roket sepadan dengan masa 37 tahun yang dialami orang tuanya di Los Angeles. Dalam usia yang sama itulah dia muncul di reuni alumnus Fakultas Sastra UI di Sarbini 1 September 2007 dan mengagetkan kita semua yang sudah tua, bahkan ada di antara kita yang sudah punya cucu.

Resep untuk kita yang ingin tetap berusia 57 tahun dan mereka yang ingin tetap berusia 20 tahun atau lebih muda dari itu? Terbanglah dengan pesawat yang mendekati kecepatan cahaya atau malah lebih dari itu dan pulanglah kembali ke rumah di bumi sesudah terbang antara 1 jam dan 1 bulan atau 30 x 24 jam = 720 jam. Di atas kertas, saran ini bisa Anda laksanakan. Tapi sesungguhnya, saran ini sulit atau mustahil Anda lakukan dengan teknologi penerbangan ruang angkasa masa kini.

Visualisasi tentang sifat dan paradoks waktu bisa Anda akses melalui http://www.youtube.com/. Masuklah ke situs ini lalu ketiklah pada kotak dialog Search frasa seperti: special relativity theory einstein. Lalu, kliklah Search dan Anda akan menonton berbagai visualisasi dari relativitas khusus itu. Suatu pengantar yang baik ke dalam teori relativitas khusus Einstein adalah video berjudul Einstein's Special Theory of Relativity E=mc2 speed of light. Tapi Anda bisa menonton video terkait lainnya untuk lebih memahami secara audio-visual teori yang sulit ini.

Pandangan Teologis tentang Waktu

Bagaimana pandangan teologis alkitabiah tentang sifat dan paradoks waktu? Menurut teologia ini, hukum-hukum alam kekal, tercakup dalam Diri Allah alkitabiah yang kekal, tak bertara. Hukum-hukum alam adalah sedikit ciri dari Ketakbertaraan ini; dari kekekalan Allah yang diproyeksikan ke dalam alam semesta fisikal. Waktu, misalnya, bisa dikatakan adalah proyeksi kekekalan Allah ke dalam suatu alam semesta material yang bertara.

Lima belas miliar tahun sama dengan enam hari penciptaan

Salah satu kisah alkitabiah yang menyangkut waktu dan menimbulkan banyak pertanyaan adalah kisah penciptaan dalam 6 hari dalam kitab Kejadian. Kisah ini, kalau dibaca sesuai naskah harfiahnya, bertabrakan dengan hasil penelitian astronomi abad ke-20 bahwa alam semesta kita berusia antara 15 miliar dan 20 miliar tahun. Kleim mana yang benar: Alkitab atau sains modern?

Jawab Dr. Gerard L. Schroeder, seorang fisikawan tamatan MIT AS yang membatasi usia alam semesta menurut sains pada 15 miliar tahun, bahwa kedua-duanya benar! Sifat-sifat tertentu waktu memungkinkan 15 miliar tahun usia alam semesta, menurut astronomi modern, sama dengan 6 hari penciptaan, menurut kitab Kejadian. Setiap hari dalam kisah penciptaan alkitabiah tadi sama dengan 24 jam.

Bagian-bagian yang relevan dari jawaban Schroeder saya ringkaskan untuk Anda. Ini dia jelaskan dalam salah satu bukunya, The Science of God the Convergence of Scientific and Biblical Wisdom (New York: The Free Press, 1997).

Sesudah mengajar di MIT, dia pindah ke Lembaga Weizmann di Israel dan tinggal di Yerusalem. Publikasi ilmiahnya banyak; hasil-hasil penelitiannya dilaporkan mingguan Time dan Newsweek, dan koran-koran terkemuka di manca negara. Selama 25 tahun, Schroeder menekuni juga suatu kajian tentang penafsiran alkitabiah dengan fokus pada kitab Kejadian dalam bahasa Ibrani asli.

Dua perspektif yang berbeda tentang suatu keseluruhan

Menurutnya, Alkitab dan sains bisa dilihat sebagai dua perspektif yang berbeda tentang suatu keseluruhan yang tunggal. Dalam bukunya, dia menawarkan suatu pembahasan yang cemerlang dan beragam tentang berbagai topik, termasuk perkembangan alam semesta. Kepercayaan religius dipertinggi oleh suatu penyelidikan yang cermat tentang dunia, dan sains yang jujur menghendaki kerendahan hati ketika dihadapkan pada kekayaan yang mencengangkan dari penciptaan hidup.

Dr. Schroeder mengatakan tidak ada dikotomi antara sains dan agama. Yang ada adalah dualitas: ada kebenaran ilmiah dan ada kebenaran rohani. Masing-masing timbul dari sumber yang berbeda: pengetahuan dan kecerdasan yang menghasilkan kebenaran ilmiah dan iman yang menjadi landasan bagi kebenaran rohani.

Dengan memakai logika, pengetahuan ilmiah, dan penafsiran alkitabiah dari naskah-naskah kuno, dia membahas dualitas sains dan Alkitab untuk mencapai konvergensi kearifan ilmiah dan alkitabiah. Untuk itu, dia mengandalkan keajekan (consistency) inheren dari alam. “Keajekan alam adalah suatu doktrin dasar dari semua penyelidikan ilmiah,” tandasnya. Keajekan ini adalah juga suatu doktrin dasar dari agama alkitabiah. Lanjutnya, hukum-hukum alam memadai untuk menyalurkan alam semesta kita ke arah pengembangan dan pelestarian hidup.

Penafsiran alkitabiah dan ilmiah tentang penciptaan enam hari

Jadi, bagaimana usia enam hari dari kisah penciptaan menurut Alkitab bisa didamaikan dengan kisah penciptaan alam semesta 15 miliar tahun yang lalu, menurut astronomi modern? Schroeder mendamaikan kedua asal usul penciptaan yang berbeda ini melalui penafsiran alkitabiah dan ilmiah yang cemerlang.

Ada korelasi yang secara mengherankan baik antara waktu kosmik dalam kisah penciptaan alkitabiah dan waktu yang terikat pada Bumi. Waktu akitabiah adalah enam hari penciptaan langit dan bumi; waktu Bumi adalah waktu sesudah Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, waktu penciptaan alam semesta 15 miliar tahun yang lalu. Waktu pernciptaan selama enam hari berturut-turut boleh dibilang adalah waktu yang terkompresi dari waktu penciptaan alam semesta yang berusia 15 miliar tahun.

Keanehan waktu yang terkompresi tadi disebut dua kali dalam Alkitab. Dalam Mazmur 90:4, kita baca: Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam. (Ayat relevan lain terdapat dalam 2 Petrus 3:8: “. . . di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari.) Waktu alkitabiah boleh jadi berbeda dengan waktu yang kita kenal sekarang.

Untuk memahami dua contoh relativitas khusus ini, kita tidak boleh mengandalkan arti harfiah kedua ayat tadi. Menurut Schroeder, kita harus menggali lebih dalam, menggali makna tersembunyi kedua ayat tadi yang punya kaitan dengan kisah penciptaan.

Untuk memerikan waktu dalam Alkitab secara tepat, kita membaginya dalam dua kategori. Pertama, keenam hari pertama dan, kedua, semua waktu sesudah itu.

Berbeda dengan kisah penciptaan alam semesta menurut astronomi modern yang di dalamnya urutan waktu penciptaan disebut, kisah penciptaan selama enam hari dalam Alkitab tidak berisi rincian per hari tentang detik atau menit ke berapa daratan dipisahkan dari air dan tumbuhan muncul – dua dari sekian peristiwa besar yang terjadi. Yang diberikan adalah semacam refrein dari waktu 24 jam sesudah ciptaan-ciptaan selesai. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama. Bentuk kalimat yang sama diulangi dengan menggantikan kata “pertama” dengan “kedua”, “ketiga”, “keempat”, “kelima”, dan “keenam”. Tapi begitu manusia pertama muncul dan jatuh ke dalam dosa, peristiwa-peristiwa sekarang menjadi penyebab timbulnya aliran waktu. Misalnya, Adam dan Hawa – yang sudah diusir dari Eden – hidup 130 tahun. Seth hidup 105 tahun. Inilah awal kalender-kalender bumi. Keenam hari penciptaan tidak dicakup dalam kalender bumi ini karena dalam enam hari yang masing-masing berdurasi 24 jam itu tersimpan semua rahasia dan usia alam semesta.

Semua rahasia dan usia alam semesta seperti apa? Penafsiran suatu kebenaran yang tersembunyi dalam naskah harfiah atau naskah permukaan Alkitab menunjukkan bahwa keenam hari penciptaan pertama bisa diukur dari sudut-pandang suatu jam penunjuk waktu universal berdasarkan panjang gelombang cahaya. Panjang-gelombang cahaya itu mulai dengan Dentuman Besar, awal terciptanya alam semesta kita. Ini adalah suatu durasi yang sangat bertepatan dengan usia 15 miliar tahun dari alam semesta kita, seperti yang diukur dalam tahun-tahun di Bumi.

Akan tetapi, durasi keenam hari dalam kitab Kejadian dilihat secara berbeda dari tiga sudut-pandang yang berbeda juga. Setiap sudut-pandang ini saling bertautan.

Dari sudut-pandang Alkitab, waktu ciptaan yang dimulai pada hari pertama dilihat mengalir ke arah depan. Setiap hari dari enam hari penciptaan sama dengan 24 jam.

Waktu penciptaan mengalir ke belakang

Dari sudut-pandang Bumi, waktu penciptaan yang dimulai 15 miliar tahun yang lalu dilihat mengalir ke arah belakang. Padanan antara hari penciptaan menurut Alkitab dan usia penciptaan menurut waktu Bumi demikian:

  • Hari satu 24 jam = 8 miliar tahun.
  • Hari dua 24 jam = 4 miliar tahun.
  • Hari tiga 24 jam = 2 miliar tahun.
  • Hari empat 24 jam = 1 miliar tahun.
  • Hari lima 24 jam = 0.5 miliar tahun.
  • Hari enam 24 jam = 1.25 miliar tahun.

Dari sudut-pandang Adam sebagai manusia pertama yang diciptakan, perkiraan jumlah tahun sebelum dia jatuh ke dalam dosa dimulai setiap hari.

  • Hari satu 24 jam = 15. 75 miliar tahun.
  • Hari dua 24 jam = 7.75 miliar tahun.
  • Hari tiga 24 jam = 3.75 miliar tahun.
  • Hari empat 24 jam = 1.75 miliar tahun.
  • Hari lima 24 jam = 0.75 miliar tahun.
  • Hari enam 24 jam = 0.25 miliar tahun

Menurut Gerald L. Schroeder, kisah penciptaan menurut kitab Kejadian dan astronomi abad ke-20 sama-sama betul tentang waktu munculnya umat manusia. “Ketika orang bertanya apakah enam hari atau 15 miliar tahun berlalu sebelum munculnya umat manusia,” komentarnya, “jawaban yang betul adalah ‘ya.’”

Penjelasan lebih lanjut Schroeder tentang sifat dan paradoks waktu dalam hubungan dengan kisah penciptaan langit dan bumi diperjelas dalam tulisan berikut. Tulisan ini mengenai berbagai penafsiran ilmiah dan teologis tentang Dentuman Besar.

27 Maret 2009

15. Alkitab Menurut Einstein

The Bible According to Einstein: A Scientific Complement to the Holy Bible for the Third Millennium

Pengantar: Untuk mempermudah pemahaman Anda tentang Penafsiran Dentuman Besar dari Segi Ilmiah dan Teologis, kami mendahuluinya dengan tulisan baru ini, "Alkitab Menurut Einstein", yang akan disusul dengan suatu tulisan lain tentang waktu, termasuk enam hari penciptaan langit dan bumi menurut Alkitab, dan waktu kosmik sekian miliar tahun yang dipadatkan menjadi enam hari penciptaan ini. Maafkan kami atas kekurangan ini.

Empat pemenang Hadiah Nobel dan seorang ahli ilmu fisika teoritis menyambut positif buku ini. Samuel Ting dari MIT (AS), seorang pemenang Hadiah Nobel dalam bidang Ilmu Fisika mengatakan dia belajar banyak dari buku ini. Dua rekan senegaranya, juga pemenang Hadiah Nobel dalam bidang yang sama, yaitu, Tsung-Dao Lee dan Sheldon Glashow, dan seorang pemenang Hadiah Nobel dalam bidang Kimia, Glenn Seaborg dari AS, memuji buku ini sebagai “alkitab ilmiah”. Michio Kaku, ahli ilmu fisika teoritis tenar yang namanya berkali-kali disebut dalam blog ini, memuji buku ini sebagai suatu karya yang benar-benar hebat. Secara trampil, buku ini menjalin perkembangan terkini dalam ilmu fisika dan kosmologi dengan teologia. "Saya kira Einstein akan merasa bangga dengan karya ini."

Apa judul buku yang disukai dan dipuji itu? The Bible According to Einstein: A Scientific Complement to the Holy Bible for the Third Millennium. Ia diterbitkan di New York 1999 oleh Jupiter Scientific Publishing Company.

56f803cb87fe7b60[1]

“Alkitab Ilmiah”

Buku ini berisi ringkasan informasi ilmiah. Ia mencakup ringkasan pengetahuan umat manusia yang ditulis untuk pembaca awam dan berisi beraneka ragam topik, seperti Ilmu Fisika, Biologi, dan Dentuman Besar. Ia juga berisi kitab-kitab tentang keempat pendiri agama utama sedunia: Musa, Buddha, Yesus, dan Muhammad. Suatu catatan kaki menyebut Hinduisme sebagai agama utama sedunia kelima tapi tanpa pendirinya.

Buku ini juga berjanji melakukan untuk sains apa yang Alkitab lakukan untuk agama Yudaeo-Kristen. Seperti Alkitab yang berisi kearifan rohani, buku ini berisi kearifan ilmiah. Selain itu, buku ini menghubungkan kebenaran dan dalil ilmiah dengan filsafat religius aliran utama.

Mengapa judulnya melibatkan sudut-pandang Einstein? Meskipun nama ilmuwan tenar ini disebut, buku ini tidak mewakili karya-karyanya. Tapi ia memang berisi selingan-selingan prestasi ilmiah cemerlang Einstein, prestasi ilmuwan-ilmuwan lain, dan kepercayaan-kepercayaan religius populer.

Mengapa ia dijuluki “alkitab ilmiah”? Ia memang meniru Alkitab tapi berisi isu-isu ilmiah. Bahkan para penulis dan kontributor pada buku ini pun sengaja tidak disebutkan penerbitnya karena mereka ingin meniru Alkitab. Alkitab yang menjadi tiruan alkitab ilmiah adalah Alkitab Versi Raja James, yaitu, Raja James I (1566-1652) dari Inggris. Inilah salah satu tujuan penerbitan buku ini: untuk meniru Alkitab sedekat-dekatnya dalam hal gaya dan susunannya sambil menggantikan isu-isu religius dengan isu-isu ilmiah.

Simaklah beberapa kutipan dan penjelasannya. Semuanya menyiratkan upaya penerbit untuk mencapai tujuan pertama.

In the “beginning”, there was no beginning. Before the Planck time, there was no time and there was no space. The Universe was in a quantum state with wild fluctuations . . . .

Mirip dengan pembukaan Genesis 1:1, bukan? In the beginning, God created the heavens and the earth. Now the earth was formless and empty, darkness was over the surface of the deep, . . . . Memang mirip, termasuk memakai pasal dan ayat seperti yang ada di Alkitab. Buku ini dimulai dengan suatu versi Kejadian. Kalau Kejadian 1 dalam Alkitab berjudul The Beginning dan Kejadian 2 tentang hari ke-7 disusul judul Adam and Eve, buku mirip Alkitab ini memiliki versinya: Genesis One: The Planck Epoch dan Genesis Two: The Big Bang. Di dalam pasal dua ini, “penciptaan dunia” disajikan dalam kaitan dengan pengetahuan ilmiah kontemporer.

Bukan ayat dan pasal-pasal tadi saja yang mirip dengan Genesis 1:1. Ayat lain mengingatkan kita pada cara khas Allah berbicara melalui hamba-Nya pada umat Israel, yaitu, dengan memakai pembukaaan, “Thou shall . . . .” Simaklah kalimat perintah berikut: Thou shall never be a witness of the present, for the speed of light is finite. What the eye sees is in the past. “Firman” yang disampaikan pun berisi wibawa yang luar biasa. Seperti shall yang selalu dipakai Allah untuk menetapkan dan menegakkan hukum-hukum-Nya dalam Alkitab, alkitab ilmiah pun memakai shall di dalamnya untuk menegakkan wibawa dari kebenaran tentang kecepatan cahaya.

Mirip dengan gaya percakapan sehari-hari dalam narasi Alkitab yang sering memulai kalimat dengan kata penghubung seperti and, hence, thus, dan but serta frasa penghubung seperti thus it came to pass atau it came to pass, kedua ayat berikut mengingatkan kita pada kisah-kisah Perjanjian Lama seperti yang terdapat dalam Torat Musa. Kutipan berikut tentang asal usul bahasa manusia pertama dan keturunannya:

It was a cloudless day in the Pleistocence (a geological era about 300,000 years ago). The women and children of a tribe of homo sapiens (wise man) sat in the sun outside their caves. And a baby crawled to where the woods began. And the mother stood up and yelled out “na, na, na.” And back and forth she waved her hand. But the child crawled behind a bush. And the mother hurried over to the baby and did bring him back.

Thus it came to pass that archaic home sapiens seemed to learn to give meaning to the grunts and sounds they made.

Alkitab pun sering berisi riwayat hidup tokoh-tokoh religius terkenal, seperti Musa, Daud, dan Yesus. Mirip biografi alkitabiah ini, buku yang lain ini pun berisi biografi tokoh ilmuwan terkenal, seperti Albert Einstein. Simak kutipan tiga kalimat berikut tentang riwayat hidupnya.

And on March 14, 1879, in Ulm, Germany, Albert Einstein, the scientific version of a prophet and a saint, was born.

And in 1960, it came to pass that, in a laboratory, two scientists measured the wavelength of some laser light . . . (and it) did agree with calculations from the Einstein theory. And a prophesy of a prophet was confirmed.

Hence, in the span of just eleven years, much of the “old testament” of physics was rewritten. Thus, Albert Einstein rewrote the gospel of Sir Isaac Newton.

Seakan-akan tidak mau “kalah” dengan Dasa Firman dalam Perjanjian Lama, buku ini pun memiliki versi Dasa Firmannya: “Dasa Firman Ilmiah.” Tapi kalau inti Dasa Firman dalam Alkitab tentang kasih kepada Tuhan Allah dan sesama manusia, inti Dasa Firman Ilmiah buku ini berbeda: alam, gravitasi, geometri, ruang, elektromagnetisme, listrik, ilmu fisika nuklir, mekanika kuantum, dan sejumlah besar gagasan ilmiah lainnya.

Kalau Alkitab memiliki Kejadian sebagai kitab tentang awal dan Wahyu Yohanes sebagai kitab terakhirnya, buku lain ini pun memiliki “kitab awal” (Genesis ilmiah) dan “kitab akhir”. Kalimat berikut dikutip dari The Final Word buku ini: So know the Universe as it be now. And know that it be vast and black. And know that it be a countless galaxies but that most of it be void.

Seperti Alkitab, buku ini pun mempunyai versi “perjanjian lama” dan “perjanjian baru” tapi dengan urutan terbalik: perjanjian baru ilmiah mendahului perjanjian lama ilmiah. Perjanjian baru ilmiah memberi jawaban atas asal usul kerohanian dan kecerdasan manusia, hukum-hukum alam, pembentukan materi dari unsur-unsur yang lebih kecil, dan banyak hal lain. Perjanjian lama ilmiah mengisahkan secara ajaib alam semesta, bumi, dan kehidupan. Ia merinci cara manusia muncul; cara bumi, matahari, dan bulan dijadikan; dan cara alam semesta lahir.

Seperti Alkitab, buku ini pun terdiri dari kitab-kitab ilmiah dan setiap kitab ilmiah terdiri dari pasal-pasal dan ayat-ayat ilmiah. Ada, misalnya, Kitab Kejadian, Kitab Darwin, Kitab Mazmur, Kitab Tawarikh, Kitab Para Nabi, Kitab Tata Surya, dan Kitab Ilmu Fisika – semuanya ilmiah. Pasal satu dan dua Kitab Kejadian masing-masing adalah The Planck Epoch dan The Big Bang. Setiap pasal dijelaskan melalui ayat-ayat ilmiah terkait. Tawarikh terdiri dari Kitab Musa, Kitab Buddha, Kitab Yesus, dan Kitab Muhammad. Masing-masing membicarakan ke-4 pendiri agama utama sedunia ini.

Daya komunikatif, cara penyajian, dan keluwesannya pun mirip dengan daya komunikatif, cara penyajian, dan keluwesan Alkitab. Seperti Alkitab, buku ini ditulis

  • dengan bahasa yang dominan puitis yang melibatkan metafora dan simile;
  • dengan menggunakan istilah-istilah yang sederhana begitu rupa sehingga konsep ilmiah yang sangat sulit seperti teori relativitas umum Einstein bisa dipahami pembaca awam;
  • dan dengan tidak mengharuskan pembaca membacanya dari awal sampai dengan akhir tapi dengan membiarkannya membaca bagian yang menarik perhatiannya pada saat dibaca.

Penjelasan sejauh ini berkaitan dengan tujuan pertama penerbitan buku ini. Tujuan ini berhasil.

Perasaan Terpesona

Lalu, apa tujuan kedua penerbitan buku ini? Untuk menciptakan suatu perasaan terpesona.

Tapi penerbit kurang berhasil menjabarkan tujuan kedua. Meskipun kewibawaan Alkitab bisa kita rasakan melalui The Bible According to Einstein, buku ini berisi kekurangan. Ia kurang membangkitkan rasa terpesona yang dahsyat dari Alkitab, seperti yang pembacanya rasakan melalui mujizat ilahi yang spektakuler semisal terbelahnya Laut Teberau, aksi-aksi spektakuler yang dituntun secara ilahi seperti runtuhnya tembok Yerikho dan kehebatan Daud menewaskan Goliath, dan keagungan yang sangat tinggi dari ajaran Kristen seperti kasih ilahi. Penjelasan ilmiah tentang ke sepuluh bala yang menimpa orang Mesir sebelum umat Israel pimpinan Musa dan Harun diizinkan Firaun pergi dari Mesir, misalnya, menekankan fakta-fakta ilmiah tanpa dampak emosional dari mujizat ilahi yang terjadi. Fakta-fakta yang dikemukakan, meskipun masuk di akal, menimbulkan pada pembacanya keragu-raguan akan kebenarannya.

Bagaimanakah penjelasan alkitab ilmiah tentang berbagai bala yang menimpa orang Mesir ketika Firaun menolak permintaan Musa agar umat Israel dibebaskan? Longsoran lumpur dari tanah merah mengubah Sungai Nil menjadi merah dan mengganggu habitat katak-katak. Karena gangguan ekosistem ini, katak-katak itu segera melompat ke semua jalan di Mesir. Sebuah letusan gunung berapi mengakibatkan bala kegelapan dan suatu gerhana matahari mengakibatkan matahari menjadi gelap.

Anda yang terbiasa dengan daya pesona hebat dari kisah ini hanya disodori penjelasan faktual yang terasa “kering” dan meragukan. Di mana mujizatnya? Apa benar ada pengaruh letusan gunung berapi terhadap rangkaian bala itu?

Penjelasan faktual tentang penyeberangan umat Israel dengan selamat lewat air laut yang terbelah menjadi dua dinding pun lemah dalam daya pesonanya dan meragukan. Laut Teberau dikatakan dangkal dan, karena itu, Musa memerintahkan murid-muridnya untuk membendungnya lalu mengalihkan air laut itu. Sesudah umat Israel menyeberang, bendungan itu dibobol dan banjir air laut itu membunuh banyak tentara Firaun. Anda yang sangat terkesan dengan kisah aslinya di Alkitab akan terheran-heran membaca apa yang tidak ada dalam kitab Keluaran: Musa mempunyai murid-murid dan merekalah yang berjasa bagi keselamatan umat Israel! Ini jelas suatu penjelasan faktual yang bertentangan dengan kesaksian Alkitab.

Kesaksian Alkitab dan konfliknya dengan kesaksian ilmiah seperti inilah yang menjadi tujuan utama penerbitan The Bible According to Einstein. Apa tujuan utamanya? Untuk menunjukkan kekuatan sains dan kuasa roh. Meskipun tujuan utama ini menyiratkan suatu pengakuan akan wibawa dan nilai sains dan Alkitab, konflik antara kedua sumber kebenaran ini sering terjadi karena salah pengertian. Meskipun demikian, buku ini memberi kita wawasan bahwa pengetahuan yang berimbang dari kita membutuhkan kearifan ilmiah dan religius, yang dalam buku ini adalah kearifan alkitabiah.

Dua macam kearifan ini kita butuh juga untuk memperjelas masalah waktu penciptaan langit dan bumi, menurut Kejadian dalam Alkitab. Apakah enam hari penciptaan dalam kitab ini mengacu pada hari-hari menurut kalender modern kita - setiap hari berisi 24 jam - atau merujuk pada waktu kosmik - yang mencakup juga dasa dimensi - sebanyak sekian miliar tahun yang dipadatkan menjadi enam hari? Tulisan berikut akan menjawab pertanyaan ini.

26 Maret 2009

17. Dentuman Besar: Penafsiran Ilmiah dan Teologis

Teori tentang Dentuman Besar mendapat reaksi negatif dan sambutan positif dari kalangan Kristen dan Yahudi. Apa pertimbangan ilmiah dan teologis golongan yang menentang dan mendukung teori ini?

Kontra Teori Dentuman Besar

Kelompok Kristen yang menolak teori Dentuman Besar mengatakan teori ini bermasalah. Ia bermasalah dari segi ilmiah dan teologis Kristen, seperti yang mereka pahami dan tafsirkan.

Apakah masalah-masalah itu?

  1. Teori ini, termasuk ramalannya, belum mendapatkan konfirmasi ilmiah.
  2. Secara filsafati, teori ini tidak bisa diterima karena ia terlalu sederhana, sangat tidak memuaskan.
  3. Asal-usul materi dari ketiadaan atau kekosongan tidak logis. Materi yang dibentuk dalam ketiadaan atau kekosongan menunjukkan swa-penciptaan (self-creation). Ini berlawanan dengan hukum termodinamika pertama tentang kekekalan energi: energi tidak bisa diciptakan atau dihancurkan, tapi hanya bisa diubah dari satu bentuk ke bentuk lain.
  4. Tidak masuk di akal teori bahwa Dentuman Besar melalui ledakan, kekacauan, menghasilkan ketertiban yang bertambah dalam alam semesta. Ledakan yang seharusnya menimbulkan kekacauan tapi oleh teori Dentuman Besar malah menghasilkan ketertiban sebenarnya bukan ledakan.
  5. Ledakan Dentuman Besar sebenarnya menghasilkan kekacauan. Ini bertentangan dengan ketertiban yang ada dalam alam di sekitar kita, seperti otak manusia seberat 3 pon itu. Ledakan ini yang menghasilkan kekacauan tidak mungkin menghasilkan ketertiban dalam otak manusia berupa 120 triliun hubungan neuron dengan sekitar 10 ribu neuron lain.
  6. Teori Dentuman Besar tidak alkitabiah karena bertentangan dengan Kejadian 1:1. Bumi kita tidak dihasilkan melalui suatu ledakan yang mengakibatkan ia menjadi bola api yang berpijar-pijar. Bumi, sesuai Kejadian 1:1, diciptakan di awal dengan suatu permukaan yang ditutupi air.
  7. Penciptaan alam semesta, terang, dan hidup itu sendiri melalui serangkaian perintah Allah. Tapi Dentuman Besar mengatakan, sesudah ledakan awal, pekerjaan Allah menjadi sedikit. Tidak terlibatnya Allah dalam penciptaan berlawanan dengan Alkitab.
  8. Ciptaan Allah terjadi serempak (Mazmur 33:6, 9). Teori Dentuman Besar adalah suatu penjelasan mekanistik atau alami dari ciptaan. Ia menyiratkan teori evolusi. Ia, karena itu, anti alkitabiah.
  9. Ada terlalu banyak masalah lain yang mengakibatkan teori Dentuman Besar bertentangan dengan sains dan Alkitab. Beberapa contoh. Teori ini berdasarkan asumsi bahwa ada konsentrasi awal energi. Dari mana asalnya fluktuasi energi dalam kekosongan? Kemudian, ada eksperimen yang mengatakan alam semesta tidak berusia 15 miliar tahun tapi hanya 10 ribu tahun. Akhirnya, alam semesta yang berkembang mestinya berisi kehidupan di mana-mana. Mana kehidupan itu?

Tentang penciptaan alam semesta dari ketiadaan atau kekosongan, kita sudah tahu dari tulisan sebelumnya bahwa ini mendapat dukungan alkitabiah. Tohu atau penciptaan ex nihilio, penciptaan alam semesta dari blok-blok bangunan dasar materi, dikukuhkan dalam Kejadian 1. Pengukuhan ini diketahui melalui penafsiran yang cermat dari bacaan ini.

Pro Teori Dentuman Besar

Ahli-ahli lain yang tidak tahu masalah-masalah tadi memberi tanggapan ilmiah dan teologis atas teori Dentuman Besar yang menjawab sebagian pertanyaan itu. Steven Ball, Chuck Missler, Hugh Ross, dan Peter Zoeller-Greer dari kalangan Kristen dan Gerald L. Schroeder dari kalangan Yahudi memberi penafsiran ilmiah dan teologis yang akan menjawab pertanyaan-pertanyaan selebihnya.

Steven Ball: Takut ada teori evolusi Darwin

Steven Ball, Ph.D. adalah seroang fisikawan dan juga seorang Kristen asal Amerika Serikat. Dia bekerja pada NASA, lembaga penerbangan ruang angkasa tenar asal AS itu.

Apa sebabnya ada kelompok Kristen yang menentang teori Dentuman Besar? Menurut Dr. Steven Ball, mereka takut ada teori evolusi Darwin di balik teori Dentuman Besar. Jangan-jangan teori Dentuman Besar suatu alat lain dari ilmuwan evolusioner untuk menolak Allah sebagai Pencipta alam semesta dan isinya.

Padahal, menurut Ball, bukti-bukti ilmiah menyingkapkan suatu alam semesta yang ajek (consistent) dengan kisah Kejadian dalam Alkitab. Kisah ini bisa diverisifikasi oleh sains modern.

Para ilmuwan, termasuk ahli kosmologi dan ahli biologi evolusioner, sudah secara sukses menantang asumsi bahwa teori Dentuman Besar sebenarnya adalah suatu teori evolusioner yang lain. Teori terjadinya alam semesta ini tidak menopang teori evolusi Darwin karena kerumitan yang luar biasa dari kehidupan bertentangan dengan asal-usul yang sederhana dari teori evolusi. Kemudian, upaya untuk meniadakan Allah sebagai Sumber ciri-ciri hebat alam semesta kita tidak menemukan banyak dukungan dan bukti ilmiah.

Dukungan dan bukti itu bisa diamati dari penemuan kosmologi modern. Sains ini mendukung pernyataan teologis bahwa Allah yang Mahatahu dan Mahakuasa menciptakan alam semesta dari suatu awal. Teori Dentuman Besar yang dihasilkan kosmologi modern hanyalah suatu pembahasan ilmiah tentang cara alam semesta berubah secara hebat sejak awal. Ia, misalnya, didukung penemuan Radiasi Latar Belakang Mikrogelombang Kosmik tahun 1965 yang menunjukkan bahwa alam semesta memiliki suatu awal yang sangat panas dan eksplosif. Semua materi, ruang, dan waktu diciptakan dari awal. Meskipun teori Dentuman Besar suatu pembahasan ilmiah, ia malah menyiratkan sang Pencipta alam semesta dari suatu awal. Sesungguhnya, bukti-bukti kosmologi modern mengacu pada sang Pencipta yang memiliki hikmat pengetahuan yang tak terkira, hikmat pengetahuan yang melampaui alam semesta itu sendiri.

Argumen Dr. Ball sejauh ini sekaligus membantah beberapa kritik kelompok Kristen di awal tulisan ini yang menentang teori Dentuman Besar. Pertama, Allah memang Sumber terciptanya alam semesta. Kedua, ada awal Penciptaan alam semesta dan Allah yang di luar ruangwaktu adala Sumber awal Penciptaan ini.

Selanjutnya, teori Dentuman Besar bisa diandalkan oleh orang Kristen karena ia memiliki suatu landasan ilmiah yang baik. Mengapa begitu? Pertama, bukti empiris yang dikemukakan teori ini adalah alasan utama penerimaannya yang makin berkembang. Bukti empiris ini jauh lebih berharga daripada kerangka tafsiran atau pandangan filsafati yang berat sebelah karena bukti tidak menghormati siapa pun. Ia tidak bisa dipaksa agar sesuai dengan teori favorit seseorang. Bukti empiris ini membela dirinya sendiri. Kedua, ia sudah lolos ujian yang ketat bahkan oleh para pengecamnya yang paling tangguh sekalipun. Ketiga, teori Dentuman Besar adalah salah satu prestasi ilmiah paling hebat masa kini. Ia salah satu saksi paling kuat dari validitas kisah Kejadian karena ia jelas mengatakan ada suatu awal. Keempat, teori ini memiliki suatu kekuatan prediktif yang mengesankan dan, karena itu, memenuhi suatu kriterium sains yang baik.

Kalau teori Dentuman Besar memiliki bobot seperti ini, mengapa ada orang Kristen yang menolaknya? Ia ditolak mereka yang mengatakan ada konflik antara teori ini dengan kisah Kejadian tentang asal usul alam semesta. Kelompok Kristen yang menolak teori ini beralasan bahwa ia terlalu sederhana, belum mendapat konfirmasi ilmiah, dan bertentangan dengan Kejadian 1:1. Mereka juga beralasan bahwa alam semesta jauh lebih muda usianya (10.000 tahun) daripada usia 15 miliar tahun dan bahwa ketertiban tidak mungkin dihasilkan kekacauan yang timbul di alam semesta karena ledakan yang berasal dari Detuman Besar. Terhadap penolakan ini, Dr. Steven Ball mengatakan asal usul ini bukan suatu tema yang dirinci dalam Alkitab. Karena itu, kita harus hati-hati untuk tidak membaca terlalu banyak berdasarkan pandangan yang kita sukai, pandangan yang dipengaruhi banyak fakta di luar Alkitab.

Meskipun demikian, Alkitab memang tampak sepakat dengan beberapa pokok yang disiratkan teori Dentuman Besar. Pokok-pokok apa? Dr. Steven Ball menjawab pertanyan ini dengan memperjelas dukungan dan bukti ilmiah terhadap faktor Allah dalam Penciptaan.

Pertama, selain mengatakan ada awal mula Penciptaan, Alkitab mendapat dukungan teori ini karena Alkitab menunjukkan bahwa semua materi di alam semesta sekarang diciptakan dalam satu saat oleh Pencipta yang ada di luar ruangwaktu. Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat (Ibrani 11:3).

Kedua, Alkitab tidak merinci cara dan waktu Allah membentuk alam semesta dan bumi seperti yang kita lihat sekarang. Pada awal mula, bumi sangat kacau balau. Lalu, Allah memulai suatu proses pengalihragaman kekosongan tanpa bentuk menjadi suatu tempat tinggal yang cocok untuk kehidupan. Proses penciptaan ini terjadi dalam “enam hari” penciptaan. Tidak jelas kerangka waktu apakah yang diacu oleh “hari”: apakah ini 24 jam atau masa yang lebih lama? Apa pun juga, ada proses penciptaan oleh Allah yang di dalamnya kekacauan diubah menjadi ketertiban yang menunjang kehidupan di bumi.

Apa yang disebut “proses” oleh Ball disebut “waktu kosmik” oleh Dr. Gerald L. Schroeder. Akan tetapi, rincian pandangan Schroeder tentang proses atau waktu ini akan dikemukakan sebentar lagi.

Ketiga, teori Dentuman Besar menyatakan sesuatu tentang proses ini. Bumi baru cocok untuk kehidupan sesudah mengalami suatu proses persiapan selama miliaran tahun.

Keempat, kendati proses persiapan yang panjang untuk menunjang kehidupan ini, Bumi terkena dampak entropi dari hukum termodinamika kedua. Kehidupan dan segala sesuatu yang lain mengalami entropi dalam sistem terbuka dan tertutup yang sudah dijelaskan dalam tulisan sebelumnya.

Kelima, ketika mengkritik teori Dentuman Besar, orang harus hati-hati untuk tidak mencampuradukkan fokus teori ini dengan fokus kisah penciptaan langit dan bumi. Fokus teori Dentuman Besar pada kelahiran dan perkembangan alam semesta; fokus kisah Kejadian dalam Alkitab pada bumi. Karena itu, kita sulit memakai kisah Kejadian sebagai suatu dasar untuk menilai apakah teori Dentuman Besar sesuai atau bertentangan dengan Alkitab.

Keenam, untuk memahami kisah penciptaan dalam Alkitab dan teori Dentuman Besar, para peneliti harus memahami konsep astronomi zaman kuno dari Perjanjian Lama sebelum mereka mencoba mengaitkan kisah penciptaan alkitabiah dengan konsep astronomi modern. Penulis kisah penciptaan langit dan bumi dalam Kejadian 1 dipengaruhi oleh konsep astronomi zaman sebelum Masehi. Sementara itu, astronomi modern mulai 400 tahun yang lalu. Meskipun Kejadian sebagai suatu kitab suci itu benar karena penulisnya diilhami Roh Kudus, konsep astronomi kuno yang dipakainya tanpa banyak dukungan sains modern. Tidak banyak juga dukungan sains modern pada beberapa orang penulis Perjanjian Lama lainnya yang memakai astronomi kuno untuk memerikan alam semesta ciptaan Allah.

Ketujuh, meskipun demikian, acuan-acuan alkitabiah pada astronomi kuno tentang proses yang dipakai Allah dalam penciptaan langit sangat mirip dengan yang diperikan teori Dentuman Besar. Ada 10 kali dalam Perjanjian Lama – termasuk, dalam 5 kitab PL yang terpisah – kita menemukan acuan astronomi kuno tentang penciptaan yang di dalamnya Allah “membentangkan langit".

Beginilah firman Allah, TUHAN, yang menciptakan langit dan membentangkannya, . . . (Yesaya 42:5).

Dia yang bertakhta di atas bulatan bumi yang penduduknya seperti belalang; Dia yang membentangkan langit seperti kain dan memasangnya seperti kemah kediaman (Yesaya 40:22)

Sangat menarik bahwa ayat kedua memerikan bumi sebagai bulatan. Dari mana penulisnya tahu bumi itu bulatan? Umumnya, orang zaman itu percaya bumi datar. Lalu, gagasan bahwa bumi adalah suatu bulatan yang beredar keliling titik-titik yang pasti dalam ruang dikemukakan pertama kali dalam zaman kuno oleh Pythagoras, seorang filsuf Yunani Kuno yang hidup antara kira-kira tahun 582 dan 507 s.M. Gagasan ini dia kemukakan sekitar tahun 530 s.M. Sementara itu, Yesaya – seorang nabi besar Israel kuno – yang aktif sebagai nabi antara tahun 791 dan 688 s.M. jelas mesti hidup, sekurang-kurangnya, lebih dari seabad sebelum Pythagoras. Bagaimanakah Yesaya mengetahui bahwa bumi suatu bulatan tanpa sekalipun membaca hasil pemikiran Pythagoras? Yesaya pasti dilhami secara ilahi ketika dia menulis bahwa bumi adalah suatu bulatan ketika kebanyakan orang pada zaman itu percaya bumi datar.

Selanjutnya, pokok tentang bentangan langit muncul juga dalam Mazmur 104:1b-2. Mazmur ini berbicara tentang kebesaran TUHAN dalam segala ciptaan-Nya. Engkau yang berpakaian keagungan dan semarak, yang berselimutkan terang seperti kain, yang membentangkan langit seperti tenda.

Yeremia 10:2 pun memerikan bentangan langit ini. TUHANLAH yang menjadikan bumi dengan kekuatan-Nya, yang menegakkan dunia dengan kebijaksanaan-Nya, dan yang membentangkan langit dengan akal budi-Nya.

Ada ayat-ayat serupa yang memerikan juga bentangan langit. Itu ada dalam Ayub 9:8 dan Zakharia 12:1.

t045753a

Galaksi Bima Sakti mencakup tata surya tempat Bumi kita berada. Pusat Bumi Sakti  terletak sejauh 30.000 tahun cahaya dari Bumi kita.  Menurut kesaksian alkitabiah, Allah membentangkan langit yang mencakup galaksi Bima Sakti.

Proses penciptaan bentangan langit tadi menunjukkan bahasa yang berbeda dengan bahasa sains modern. Meskipun demikian, proses penciptaan ini tampaknya mirip dengan apa yang kita pahami masa kini tentang ekspansi alam semesta. Lebih dari 2000 tahun yang lalu, Alkitab sudah berbicara tentang bentangan langit, yaitu, tentang ekspansi alam semesta yang ditemukan sains modern 80 tahun terakhir.

Jadi, bukti alam semesta fisikal mendukung kecermatan Alkitab. Kedua-duanya berbicara tentang suatu saat penciptaan semua materi, ruang dan waktu. Ini suatu proses persiapan yang perlu bagi planet Bumi agar ia menjadi suatu tempat yang cocok bagi kehidupan. Terbentangnya langit yang kita pahami sekarang sebagai pengembangan alam semesta memberi kesaksian yang menggenapi suatu nubuat dalam Mazmur 19:1-4. Mazmur ini dikutip dalam bentuk liriknya untuk suatu lagu mazmur, demikian:

Angkasa yang megah

penuh ceritera

Pencipta yang kudus:

siang pewarta-Nya,

malam pengkhotbah-Nya,

bergilir ganti t’rus,

tiada suaranya,

namun beritanya

sampai ke ujung bumi,

hingga karunia

hikmat Penciptanya

selalu dimaklumi!

(terbitan Yamuger. Jakarta:

BPK Gunung Mulia, 1986

halaman 24-25)

 

Chuck Missler: Keretakan dasa dimensi karena dosa Adam dan Hawa

Angkasa yang megah penuh cerita Pencipta, seperti yang dijelaskan teori Dentuman Besar yang mendapat sambutan positif di kalangan Kristen, tidak saja dijelaskan secara ilmiah dan teologis oleh Dr. Steven Ball. Chuck Missler, seorang ahli teologia Kristen asal Amerika Serikat, juga mendukung teori Dentuman Besar. Tapi dia membatasi perhatiannya pada dasa dimensi dan penafsirannya berdasarkan Alkitab.

Gagasan tentang dasa dimensi yang ada sebelum Dentuman Besar bukan hal baru. Nahmanides, seorang sarjana Ibrani kuno yang menulis dalam abad ke-12, menyimpulkan adanya dasa dimensi sesudah dia meneliti naskah kitab Kejadian. Menurut tafsirannya, alam semesta memiliki sepuluh dimensi, empat diketahui sementara enam di luar pengetahuan kita.

Apa penyebab dasa dimensi itu terpisah menjadi dua bagian? Berbeda dengan penjelasan teori Dentuman Besar, Missler menjawab keretakan dasa dimensi itu diakibatkan kejatuhan Adam dan Hawa ke dalam dosa, seperti yang dikisahkan dalam Kejadian 3 Perjanjian Lama! Kekacauan yang timbul sebagai akibat kejatuhan itu memisahkan dasa dimensi asli di Taman Eden atau Firdaus menjadi “dunia jasmani” dan “dunia rohani”, lanjut Missler.

Tampaknya, ada suatu dasar alkitabiah bagi suatu ikatan erat asli antara dunia jasmani dan rohani. Dasar ini ada dalam Kejadian 1:31: Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam. Menurut suatu terjemahan lain, frasa “sungguh amat baik” diterjemahkan sebagai “. . . itu suatu ketertiban yang menyatu.” Dasa dimensi yang adalah kesatuan dunia jasmani dan rohani dalam arti teologis tersirat dari frasa “itu suatu ketertiban yang menyatu” dalam ayat ini.

Diduga ilmu fisika modern diakibatkan kejatuhan manusia ke dalam dosa, kata Chuck Missler. Termasuk di dalam ilmu ini adalah entropi, suatu bagian dari hukum termodinamika kedua (dalam arti luas). Entropi menunjukkan bahwa alam semesta yang sebelumnya utuh kemudian menuju kehancuran.

Keutuhannya menunjukkan pengurangan entropi dan bertambahnya ketertiban (informasi). Kondisi asli Penciptaan ini diperikan dalam Kejadian 1 sebagai suatu rangkaian enam tahap. Istilah-istilah Ibrani kuno yang dipakai untuk mengartikan pengurangan entropi (kekacaubalauan) adalah erey dan boker. Dalam Kejadian 1, setiap istilah ini diterjemahkan berturut-turut sebagai “petang” dan “pagi".

Erey artinya keadaan acak-acakan yang gelap, kabur – entropi maksimum. Ketika kegelapan menutupi pandangan kita, kita kehilangan kemampuan mengenali ketertiban atau pola. Kegelapan itu “belum berbentuk dan kosong".

Boker adalah munculnya terang ketika hal-hal mulai bisa dikenal dan dilihat. Ketertiban mulai muncul.

Dari penjelasan Chuck Missler tadi, kita menyimak bahwa terpisahnya dasa dimensi mengakibatkan realitas terbelah menjadi realitas jasmani dan rohani sesudah kejatuhan manusia ke dalam dosa. Mengingat retaknya dasa dimensi secara fisikal terjadi sekitar 15 miliar tahun yang lalu sementara Adam dan Hawa dijadikan barangkali 6000 tahun atau jutaan tahun yang lalu, kita menemukan ketidakcocokan penafsiran Missler tentang waktu kejatuhan manusia ke dalam dosa dengan usia terpisahnya dasa dimensi. Agar cocok dengan momen terbelahnya dasa dimensi, Adam dan Hawa harus mengalami juga kejatuhannya ke dalam dosa 15 miliar tahun yang lalu. Tapi Bumi baru ada sekitar 4.5 miliar tahun yang lalu dan Taman Eden yang mencakup fauna dan flora yang lengkap dan sempurna dan pasangan manusia pertama ciptaan Allah, Adam dan Hawa, mesti ada selambat-lambatnya 11.000 tahun yang lalu, yaitu, pada zaman geologis Holosin (Holocene) Pada zaman ini, spesis tanaman dan hewan masa kini berkembang, dan manusia modern mengembangkan peradaban dan menguasai Bumi. Pendek kata, “teori” Chuck Missler tentang waktu terpisahnya dasa dimensi secara fisikal tanpa dukungan kosmologi dan paleontologi modern.

Akan tetapi, penafsiran Chuck Missler benar kalau gagasannya tentang pemisahan antara dunia jasmani dan dunia rohani sesudah Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa dan waktu pemisahan dikukuhkan Alkitab. Timbulnya entropi sebagai akibat timbulnya dosa di Eden dan pemisahan antara dunia jasmani dan rohani adalah suatu penafsiran yang tampaknya sesuai dengan Alkitab. Kapan pemisahan dan entropi ini mulai di Taman Eden? Missler tidak menjelaskannya. Schroeder mengatakan kejatuhan Adam dan Hawa ke dalam dosa terjadi sekitar 6.000 tahun yang lalu. (Alasannya akan dijelaskan sebentar.) Kalau jangka waktu ini kita terima sebagai benar, maka perpisahan antara dunia jasmani caturdimensional dan dunia rohani saddimensional itu dan entropi yang memasuki dunia mesti terjadi pertama kali, dalam arti teologis, sekitar 6 milenium yang lalu.

Hugh Ross: Penciptaan melampaui dimensi dan hakekat alam semesta

Cendekiawan Kristen lain yang menanggapi teori Dentuman Besar secara positif adalah Hugh Ross, Ph.D. dari Amerika Serikat. Dia juga mencoba menjelaskan dimensi-dimensi ruang hiper dari sudut-pandang alkitabiah.

Dia sepakat dengan teori Dentuman Besar tentang awal penciptaan dan usia alam semesta. Mengukuhkan pernyataan alkitabiah, Dr. Ross mengatakan waktu penciptaan alam semesta mempunyai suatu awal. Dia menerima pernyataan kosmologi bahwa alam semesta berusia 15 miliar tahun.

Tapi Dr. Hugh Ross mengatakan kisah Penciptaan melampaui penjelasan ilmiah tentang penciptaan alam semesta. Sementara mengakui teori ilmu fisika modern tentang asal usul umum materi, energi, ruang, dan waktu, dia menambahkan bahwa asal usul ini membuktikan bahwa Penciptaan itu melampaui dimensi dan hakekat alam semesta. Penemuan ilmiah tentang asal usul alam semesta yang memperkuat dan yang diperluas kisah Kejadian dalam Alkitab adalah “suatu argumen yang kuat bagi doktrin alkitabiah tentang Allah".

Apakah Allah? Ross menjawab Allah kekal. Allah yang berada di luar ruangwaktu menciptakan alam semesta. Dia akan tetap ada sesudah alam semesta berakhir.

Allah yang kekal ini menunjukkan hakekat dan karya tangan-Nya dalam kosmos. Pernyataan-pernyataan alkitabiah manakah tentang hakekat dan karya-Nya yang relevan dengan kosmologi modern, termasuk yang relevan dengan ruang hiper? Dr. Hugh Ross menjawab dengan memberikan beberapa catatan:

  1. Allah ada sebelum alam semesta ada. Dia ada di luar namun hadir di mana-mana dalam alam semesta.
  2. Waktu mempunyai suatu awal. Keberadaan Allah mendahului waktu.
  3. Yesus Kristus menciptakan alam semesta. Dia tanpa awal dan tidak diciptakan.
  4. Allah menciptakan alam semesta dari apa yang tidak bisa dideteksi oleh pancaindera.
  5. Sesudah kebangkitan Yesus dari maut, Dia bisa melewati tembok-tembok dengan tubuh jasmani-Nya, suatu bukti dari ekstradimensionalitas-Nya, dari penguasaan-Nya akan ruang hiper atau ruang multidimensional.
  6. Allah sangat dekat, namun kita tidak bisa melihat-Nya. Ini suatu bukti lain dari ekstradimensionalitas-Nya.
  7. Allah merancang alam semesta begitu rupa sehingga ia bisa menunjang kehidupan manusia. Ini hasil kosmologi baru.
  8. Alkitab berisi berbagai doktrin paradoksikal seperti Trinitas, kehendak bebas dan masa depan yang sudah ditentukan sebelumnya, rasa aman kekal, baptisan dalam Roh Kudus, sorga, neraka, dan karunia-karunia Roh. Semua doktrin paradoksikal ini bisa dijelaskan dan dipahami di dalam batas realitas ekstradimensional, dengan kata lain, di dalam batas ruang hiper atau ruang super hiper.

Pokok tujuh yang dikemukakan Dr. Ross membantah alasan lain kelompok Kristen bahwa kehidupan di alam semesta tidak ada. Bumi, secara khusus, menunjang kehidupan yang rumit dan berlimpah-limpah. Kehidupan diduga berkembang juga pada planet-planet tertentu di galaksi asalkan ada sekurang-kurangnya air cair dan atmosfir penunjangnya di sana.

Peter Zoeller-Greet: Allah ahli matematika dan ilmu fisika kuantum

Berbeda dengan ketiga sumber Kristen yang menyoroti dan menafsirkan teori Dentuman Besar, Peter Zoeller-Greer, seorang cendekiawan Kristen yang lain, mengagumi kemahatahuan Allah. Para ahli ilmu fisika modern heran mengapa ilmu yang digelutinya bisa dijelaskan dengan begitu baik dan benar melalui ilmu matematika. Mereka pun kaget dan terganggu logikanya dengan penemuan keanehan dan paradoks dalam dunia kuantum. Peter Zoeller-Greer yang tampaknya sudah tahu tentang sikap para ahli ilmu fisika modern bertindak lebih jauh. Dia melihat di dalam sikap ini suatu pengakuan taklangsung tentang keagungan ciptaan Allah yang mahatahu. Baginya, Allah bukan saja seorang ahli matematika; Dia juga seorang ahli ilmu fisika kuantum. Ini dua sisi dari kemahatahuan-Nya.

Gerald L. Schroeder: Waktu pra-Adam dan pasca-Adam

Akhirnya, apa pandangan cendekiawan Yahudi tentang Dentuman Besar? Mewakili golongan Yahudi, Dr. Gerald L. Schroeder akan menjawab pertanyaan ini. Ini kita awali dengan ringkasan penjelasan Schroeder tentang bohu.

Dari tulisan sebelumnya, kita sudah tahu bahwa “kosong” dalam Kejadian 1:2a aslinya adalah bohu dalam bahasa Ibrani kuno. Kita juga sudah tahu bahwa bohu sebenarnya berarti diisi dengan blok-blok bangunan dasar materi.

Kapan bohu dalam Alkitab mulai? Ia mulai sesaat sesudah Dentuman Besar ketika materi stabil seperti yang kita tahu dibentuk dari energi. Waktu alkitabiah terjadi dengan munculmya materi; karena itu, jam alkitabiah mulai pada bohu. Sebagai akibatnya, usia semua materi di alam semesta mulai dari bohu, dari bumi yang kosong. Inilah saat kuark-kuark menjadi terkurung dan tidak bisa lagi bergerak bebas, yaitu, sebelum 3 menit pertama sesudah Dentuman Besar atau antara 10-33 dan 10-10 detik sesudah Dentuman Besar.

Sebelum kita beranjak lebih jauh, kita perlu mengingat kembali konsep waktu Penciptaan menurut tradisi Ibrani kuno. Kalender alkitabiah dibagi dalam keenam hari pertama Kejadian dan semua waktu sesudah keenam hari pertama itu.

Seluruh enam hari itu mengacu pada suatu masa yang mencakup seluruh alam semesta. Masa ini tidak berdasarkan perspektif Bumi karena Bumi belum tercipta dalam dua hari pertama dari keenam hari Penciptaan itu. Masa enam hari ini bisa dibayangkan sebagai jam Alkitab prapenciptaan Adam, suatu jam kosmik yang berlaku untuk semua lokasi, yang melihat ke arah depan dalam waktu sejak penciptaan alam semesta. Seluruh sejarah alam semesta bisa dipadatkan dalam masa enam hari itu.

Perspektif Alkitab yang melihat ke depan dari awal kita tahu dari naskah Kejadian 1 yang mencatat hari pertama sebagai hari satu, bukan hari pertama. Bentuk ordinal komparatif dari angka dipakai untuk hari kedua, ketiga, dan seterusnya, tapi Kejadian 1 memakai bentuk kardinal mutlak untuk hari satu. Mengapa? Kitab ini tengah melihat waktu dari awalnya, suatu perspektif yang tidak ada bandingannya dengan waktu lain.

Semua waktu sesudah keenam hari pertama mengacu pada kalender alkitabiah yang berlaku sesudah Adam diciptakan dan jatuh ke dalam dosa. Itulah waktu berdasarkan perspektif Bumi, waktu yang dikukuhkan oleh arkeologi tentang sejarah dalam Perjanjian Lama. Periode pasca-Adam ini mencakup Zaman Perunggu awal, awal tulisan, dan pertempuran di Yerikho yang sangat cocok dengan tanggal-tanggal yang ditelusuri pada kalender alkitabiah untuk peristiwa-peristiwa ini. Dalam waktu pasca-Adam atau waktu berdasarkan perspektif Bumi, kita melihat ke belakang dan menemukan bahwa alam semesta berusia 15 miliar tahun. Kurun ini cocok dengan jam lokal kita dan tidak bisa dipadatkan menjadi waktu pra-Adam.

Alkitab tidak hanya mengatakan ada enam hari yang berlalu antara penciptaan alam semesta dan penciptaan Adam. Ia juga mencatat peristiwa-peristiwa kunci yang terjadi setiap hari. Peristiwa-peristiwa kunci dalam Alkitab ini lalu dibandingkan dengan peristiwa-peristiwa kunci yang terjadi menurut sains. Ternyata ada kecocokan di antara kedua sumber perbandingan ini.

Tapi kecocokan ini harus dipahami dalam dua macam waktu: waktu pra-Adam, yaitu masa enam hari, dan waktu pasca-Adam. Waktu pasca-Adam sudah kita tahu karena sudah kita ukur. Tapi bagaimana kita mengetahui waktu pra-Adam dan menetapkannya?

t026023a

Adam dan Hawa, menurut lukisan Albert Durer (1504), seorang seniman Jerman. Dr. Gerald L. Schroeder memakai tokoh Adam sebelum dia diciptakan Allah (menurut kisah Kejadian dalam Alkitab) melalui istilah "waktu pra-Adam"  untuk mengidentifikasi waktu kosmik.

Kita perlu menetapkan penunjuk jam kosmik kita, yaitu jam pra-Adam. Penunjuknya adalah cahaya sebagai gelombang. Keenam hari pertama bisa diukur dari sudut-pandang suatu jam penunjuk waktu berdasarkan panjang gelombang cahaya yang dimulai dari Dentuman Besar. Durasi ini cocok sekali dengan usia alam semesta yang diukur berdasarkan waktu Bumi, yaitu, 15 miliar tahun.

Suatu sumber radiasi kosmik yang berasal dari Dentuman Besar dan masih tersisa sebagai suatu gaung Dentuman Besar di alam semesta ditemukan 1965. Sumber ini disebut Radiasi Latar Belakang Kosmik; dalam bahasa Inggris disebut Cosmic Background Radiation, disingkat CBR.

Menurut Schroeder, frekuensi CBR membentuk dasar waktu kosmik yang cocok. Ia adalah jam Alkitab dari kisah Kejadian 1.

Jam kosmik Kejadian 1 berdasarkan panjang gelombang, frekuensi, dan suhu CBR. Seorang pengamat bisa mencatat ciri-ciri ini hanya kalau dia menerima radiasi CBR. Pengembangan alam semesta ikut merentangkan ruang angkasa; perentangan ini bisa mengubah ciri-ciri CBR secara luar biasa dari kondisinya di masa lampau ketika ia dipancarkan pertama kali. Kalau frekuensi yang diterima (jumlah siklus gelombang per detik) diambil untuk mewakili tingkat “detikan” jam Kejadian 1, maka meningkatkan panjang gelombang dan frekuensi gelombang yang lebih rendah, yang disebabkan perentangan ruang angkasa, menunjukkan suatu perlambatan jam Kejadian 1 dan karena itu suatu perubahan persepsi waktu ketika melihat peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau yang jauh.

Asas persepsi waktu yang berubah ini bisa diperjelas melalui suatu contoh. Bayangkan Anda berada pada zaman ayah atau kakekmu menerima kiriman pos melalui tukang pos yang bersepeda. Anda menerima sepucuk surat dari Timo, seorang sahabatmu. Di dalam suratnya, dia berjanji akan mengirim surat lain dalam waktu enam hari. Tanpa Anda tahu, dia bersepeda selama enam hari berturut-turut menjauh dari rumahmu. Seperti yang dijanjikannya, dia mengirimkan surat kedua pada hari keenam. Tapi sekarang, karena perjalanannya yang makin jauh dari rumahmu, pengiriman suratnya membutuhkan enam hari tambahan. Ini mengakibatkan surat temanmu tiba di tanganmu dua belas hari sesudah surat pertama. Kalau jangka waktu antara kedua surat itu menandakan aliran waktu, Anda akan menganggap bahwa dua belas hari yang Anda alami sama dengan enam hari dari Timo. Persepsi yang timbul ialah bahwa waktu Timo berlalu separuh dari waktumu.

Dalam surat kedua, Timo menulis bahwa dia sekarang akan mengirim surat setiap hari. Tanpa Anda tahu, dia kembali dari perjalanannya dan tengah menuju Anda dengan bersepeda bersama surat yang akan dikirimnya. Setiap hari sesuai janjinya, temanmu mengirimkan sepucuk surat. Karena dia tengah melakukan perjalanan balik menuju Anda, setiap surat membutuhkan sehari yang berkurang dari hari surat sebelumnya tiba. Ini berarti, keenam surat yang dikirimnya tiba satu demi satu, dengan selang waktu sekian menit. Anda hanya bisa menganggap bahwa waktunya selama enam hari yang lewat berlalu lebih cepat daripada waktu yang Anda alami. Persepsimu adalah bahwa suatu hari penuh sudah berlalu dalam beberapa menit baginya, yaitu, waktu antara tibanya setiap surat. Kalau surat-surat itu adalah satu-satunya hubungan antara dia dan Anda, Anda tidak akan mungkin untuk tahu apakah tingkat yang berubah dari aliran waktu benar-benar terjadi atau hanyalah persepsi. Kita tahu hanya karena kita melihat Timo dan Anda, sesuatu yang dia dan Anda tidak bisa lakukan.

Sekarang, gagasan ini kita hubungkan dengan CBR yang berubah. Alih-alih surat-surat Timo (pengirim surat) yang bepergian, kita akan memakai suatu radiasi pemancar, dan sebagai pengganti Anda (penerima surat) kita akan memakai seorang pengamat radiasi. Frekuensi radiasi dan suhu radiasi berhubungan langsung; karena itu, kita akan mengacu pada suhu seakan-akan ia frekuensi. Anggaplah bahwa CBR dipancarkan pada 3 x 1012 oK (suhu CBR kira-kira ketika kuark terkurung oleh proton dan neutron). Sementara merambat melewati ruang dan waktu, CBR diamati jauh kemudian pada 3 oK, suhu CBR masa kini. Pemancar memberitahu pada kita bahwa dia mengirimkan 3 x 1012 gelombang per detik, tapi pengamat menerima hanya 3 gelombang per detik, atau sejuta juta kali lebih kecil daripada yang dikleim. Sejuta juta detik pengamatan dibutuhkan untuk menerima informasi yang oleh pemancar dikleim sudah dikirim dalam satu detik, dan enam juta juta hari bagi informasi yang dikirim dalam enam hari. Enam juta-juta hari sama dengan 16 miliar tahun (perkiraan usia alam semesta)! Akibat pengembangan alam semesta pada radiasi ialah bahwa faktor pengembangan yang sama berlaku untuk mengamati tingkat peristiwa-peristiwa di masa lampau.

Sesungguhnya, berlalunya waktu lokal yang cocok bisa sama dalam kedua era tadi. Tapi karena perentangan ruang angkasa ketika informasi lalu-lalang di antara kedua era itu (dikenal sebagai ingsutan merah ketika mengacu pada frekuensi radiasi), persepsi waktu relatif menjadi sangat berbeda.

Istilah “ingsutan merah” berkaitan dengan CBR. CBR adalah jam kosmik. Frekuensi gelombang CBR adalah tingkat tempat jam kosmik berdetik. Koordinat yang bisa diukur secara langsung sepanjang garis penampakan ke dalam ruang angkasa bukanlah waktu melainkan ingsutan merah yang ditandai huruf z. Ingsutan merah (redshift dalam bahasa Inggris) adalah rasio frekuensi CBR pada suatu jarak di masa lampau relatif dengan frekuensi CBR yang diamati masa kini. Segera sesudah Dentuman Besar, ketika alam semesta masih sangat padat, semua radiasi yang menyebar ke alam semesta yang sangat luas masa kini dipres di dalam suatu ruang primordial yang kecil. Konsentrasi energi yang hebat ini mengakibatkan suhu dan frekuensi gelombang CBR berjuta-juta kali lebih besar daripada suhu ruang angkasa masa kini, yaitu 2.73 oK (sekitar minus 270oC). Waktu itu, jam kosmik “berdetik” jauh lebih cepat daripada detikannya sekarang.

t014334a

Spektrum Matahari

Ahli astronomi memakai suatu alat bernama spektometer  untuk memisahkan cahaya Matahari, suatu bintang, menjadi panjang gelombangnya . Spektrum Matahari menunjukkan garis-garis hitam yang disebabkan penyerapan cahaya oleh unsur-unsur kimia. Spektrum A berwarna sangat merah sementara sprektrum B dan C masing-masing berwarna merah. Semua warna ini disebabkan oleh oksigen ruang angkasa. Selain Matahari, bintang-bintang lain dan galaksi-galaksi juga mempunyai spektrum-spektrum.  Para ahli astronomi bisa memakai garis-garis hitam dalam spketrum-spektrum galaksi sebagai penanda untuk melihat sejauh mana cahaya galaksi beringsut. Ingsutan spektrum galaksi menunjukkan bahwa galaksi itu tengah bergerak dalam hubungan dengan Bumi. Ingsutan merah yang berkaitan dengan CBR adalah jam kosmik sebagai petunjuk waktu pra-Adam.

Perentangan radiasi kosmik karena pengembangan alam semesta sejuta juta kali lipat sejak bohu menimbulkan rasio sejuta-juta banding satu dalam persepsi waktu ini. CBR sebagau jam kosmik mencatat berlalunya satu menit sementara kita di Bumi mengalami sejuta-juta menit. Dinosaurus menguasai Bumi selama 120 juta tahun, sebagaimana yang kita ukur melalui perspesi waktu kita. Periode dinosaurus diukur melalui rerasan nuklida radioaktif di Bumi dan jam itu cocok untuk sistem kita di bumi. Tapi untuk mengetahui waktu kosmik, kita harus membagi waktu bumi dengan sejuta juta. Dengan rasio sejuta juta banding satu ini, 120 juta tahun Bumi berlangsung selama beberapa jam saja.

Dalam hubungan dengan teologia modern, apa arti rasio tadi bagi usia alam semesta? Usia ini mencakup hari, tahun, dan milenium. Masa ini dicakup dalam perentangan persepsi kosmik dari waktu, yaitu, 15 miliar tahun usia alam semesta, oleh suatu faktor dari sejuta juta. Pembagian 15 miliar tahun dengan sejuta-juta mengurangi 15 miliar tahun itu menjadi enam hari!

Jadi, kisah Kejadian dan sains sama-sama benar. Apakah munculnya umat manusia di Bumi sesudah enam hari Penciptaan atau sesudah penciptaan alam semesta 15 miliar tahun yang lalu? Umat manusia muncul sesudah kedua masa tadi!

Tabel berikut meringkaskan perbandingan masa penciptaan enam hari dalam Kejadian dan masa 15 miliar tahun dari kosmologi modern. Rasio masa ciptaannya adalah sejuta-juta banding satu.

PERBANDINGAN

WAKTU PENCIPTAAN ENAM HARI DAN 15 MILIAR TAHUN

Jam Alkitab sejak hari satu ke masa depan Jam Bumi sejak hari ini ke masa lampau

Ingsutan merah (z)

Perspektif Alkitab sejak hari satu

Perkiraan tahun pra-Adam sejak setiap hari

Hari satu 24 jam

8 miliar tahun

1

15.75 miliar tahun

Hari dua 24 jam

4 miliar tahun

2.0 x 1012

7.75 miliar tahun

Hari tiga 24 jam

2 miliar tahun

3.0 x 1012

3.75 miliar tahun

Hari empat 24 jam

1 miliar tahun

3.5 x 1012

1.75 miliar tahun

Hari lima 24 jam

0.5 miliar tahun

3.7 x 1012

0.75 miliar tahun

Hari enam 24 jam

o.25 miliar tahun

3.9 x 1012

0.25 miliar tahun

Menjelang akhir hari enam

4.0 x 1012

Total enam hari yang masing-masing berlangsung 24 jam

15-15.75 miliar tahun

 

Di samping menyediakan suatu masa yang diperhitungkan dari alam semesta, kita sudah menetapkan suatu kurun untuk setiap hari. Periode ini memampukan kita membandingkan urutan pengamatan ilmiah tentang kosmologi dan paleontologi dengan peristiwa-peristiwa seitap hari yang diperikan dalam Kejadian 1. Kecocokannya, hari demi hari, antara pemerian alkitabiah tentang kejadian kosmik kita dan pemerian yang disediakan sains luar biasa. Kecocokan ini diringkaskan dalam tabel berikut.

KECOCOKAN PEMERIAN MASA PENCIPTAAN ANTARA ALKITAB DAN SAINS

Jumlah hari

Awal hari (tahun BP*)

Akhir hari (tahun BP*)

Peristiwa utama setiap hari:

pemerian

alkitabiah

Peristiwa utama setiap hari:

pemerian

ilmiah

Satu

15.750.000.000

7.750.000.000

Penciptaan alam semesta; terang dipisahkan dari gelap (Kej 1:1-5).

Dentuman Besar menandakan penciptaan alam semesta; terang terlepas ketika elektron mengikatkan diri pada inti atom; galaksi mulai terbentuk.

Dua

7.750.000.000

3.750.000.000

Cakrawala terbentuk (Kej 1:6-8).

Cakram Bima Sakti terbentuk; Matahari, sebuah bintang urutan utama, terbentuk.

Tiga

3.750.000.000

1.750.000.000

Samudra dan daratan muncul; hidup pertama, tanaman, muncul (Kej 1:9-13); kabalah, suatu sumber literer Yahudi, menyatakan ini menandakan hanya awal kehidupan tanaman, yang kemudian berkembang pada hari-hari berikutnya.

Bumi sudah mendingin dan air cair muncul 3.8 miliar tahun yang lalu diikuti hampir secara serempak oleh bentuk pertama hidup: bakteri dan ganggang fotosintetik.

Empat

1.750.000.000

750.000.000

Matahari, Bulan, dan bintang-bintang tampak di langit (Kej 1:14-19).

Atmosfir Bumi menjadi tembus-pandang; fotosintesis menghasilkan atmosfir yang kaya akan oksigen.

Lima

750.000.000

250.000.000

Kehidupan hewan pertama berleriapan secara melimpah dalam air; diikuti oleh binatang melata dan binatang bersayap (Kej 1:20-23).

Binatang multiseluler pertama; perairan berkeriapan dengan kehidupan binatang yang mermiliki rancangan tubuh dasar untuk semua binatang masa depan; serangga bersayap muncul.

Enam

250.000.000 sekitar 6.000 Hewan darat; mamalia; umat manusia (Kej 1:24-31). Kepunahan masif menghancurkan lebih daripada 90% kehidupan. Tanah dihuni kembali: hominid kemudian manusia.

* Jumlah tahun yang disebutkan dalam tabel ini dihitung dari masa kini ke masa lampau. Istilah yang digunakan Gerald L. Schroeder untuk menandakan kurun masa kini ke masa lampau adalah Before Present, disingkat BP.

Bagaimanakah memahami rentangan waktu dalam tabel kedua tadi kalau ini dibandingkan dengan ke delapan tahap kelahiran alam semesta melalui Dentuman Besar, seperti yang dijelaskan dalam tulisan sebelumnya? Ke delapan tahap itu sebenarnya meringkaskan tahapan kelahiran alam semesta yang lebih rinci.

Tapi untuk kebutuhan pemahaman Anda sekarang ini, ke delapan tahap itu dirasa memadai untuk memahami tahap-tahap terjadinya alam semeata masa kini. Mengingat akan ringkasan tahap-tahap yang rinci ini, perbandingan antara kedua-duanya menghasilkan perkiraan saja, seperti berikut:

  • Hari satu. Kurun 7 miliar tahun (antara 15.750.000 dan 7.750.000.000 tahun yang lalu) berlangsung antara tahap pertama dan sebelum tahap ketujuh.
  • Hari dua. Kurun 4 miliar tahun (antara 7.750.000.000 dan 3.750.000.000 tahun yang lalu) berlangsung antara pra tahap ke tujuh dan tahap ke tujuh.
  • Hari tiga. Kurun 2 miliar tahun (antara 3.750.000.000 dan 1.750.000.000 tahun yang lalu) berlangsung antara tahap ke tujuh dan ke delapan.
  • Hari empat: Kurun 1 miliar tahun (antara 1.750.000.00 dan 750.000.000 tahun yang lalu) berlangsung antara tahap ke tujuh dan ke delapan.
  • Hari lima: Kurun 500.000 tahun (antara 750.000.000 dan 250.000.000 tahun yang lalu) berlangsung antara tahap ke tujuh dan ke delapan.
  • Hari enam: Kurun sekitar 250.000 tahun (antara 250.000 dan sekitar 6.000 tahun yang lalu) berlangsung antara tahap ke tujuh dan ke delapan.

Pemerian ilmiah dalam tabel tadi menyinggung juga usia geologis dalam paleontologi. Misalnya, munculnya bentuk hidup pertama – bakteri dan ganggang fotosintetik – menunjukkan kurun geologis antara 4.6 miliar dan 2.5 miliar tahun yang lalu di bumi. Contoh-contoh ini dan contoh-contoh lain tentang berkembangnya kehidupan di bumi dan kondisi yang menunjangnya dalam tabel tersebut tentu kurang lengkap. Anda yang ingin mengetahui zaman geologis yang lengkap dianjurkan membaca acuan khusus tentang jangka waktu ini.