Pengantar: Untuk mempermudah pemahaman Anda tentang Penafsiran Dentuman Besar dari Segi Ilmiah dan Teologis, kami mendahuluinya dengan tulisan baru ini, "Alkitab Menurut Einstein", yang akan disusul dengan suatu tulisan lain tentang waktu, termasuk enam hari penciptaan langit dan bumi menurut Alkitab, dan waktu kosmik sekian miliar tahun yang dipadatkan menjadi enam hari penciptaan ini. Maafkan kami atas kekurangan ini.
Empat pemenang Hadiah Nobel dan seorang ahli ilmu fisika teoritis menyambut positif buku ini. Samuel Ting dari MIT (AS), seorang pemenang Hadiah Nobel dalam bidang Ilmu Fisika mengatakan dia belajar banyak dari buku ini. Dua rekan senegaranya, juga pemenang Hadiah Nobel dalam bidang yang sama, yaitu, Tsung-Dao Lee dan Sheldon Glashow, dan seorang pemenang Hadiah Nobel dalam bidang Kimia, Glenn Seaborg dari AS, memuji buku ini sebagai “alkitab ilmiah”. Michio Kaku, ahli ilmu fisika teoritis tenar yang namanya berkali-kali disebut dalam blog ini, memuji buku ini sebagai suatu karya yang benar-benar hebat. Secara trampil, buku ini menjalin perkembangan terkini dalam ilmu fisika dan kosmologi dengan teologia. "Saya kira Einstein akan merasa bangga dengan karya ini."
Apa judul buku yang disukai dan dipuji itu? The Bible According to Einstein: A Scientific Complement to the Holy Bible for the Third Millennium. Ia diterbitkan di New York 1999 oleh Jupiter Scientific Publishing Company.
“Alkitab Ilmiah”
Buku ini berisi ringkasan informasi ilmiah. Ia mencakup ringkasan pengetahuan umat manusia yang ditulis untuk pembaca awam dan berisi beraneka ragam topik, seperti Ilmu Fisika, Biologi, dan Dentuman Besar. Ia juga berisi kitab-kitab tentang keempat pendiri agama utama sedunia: Musa, Buddha, Yesus, dan Muhammad. Suatu catatan kaki menyebut Hinduisme sebagai agama utama sedunia kelima tapi tanpa pendirinya.
Buku ini juga berjanji melakukan untuk sains apa yang Alkitab lakukan untuk agama Yudaeo-Kristen. Seperti Alkitab yang berisi kearifan rohani, buku ini berisi kearifan ilmiah. Selain itu, buku ini menghubungkan kebenaran dan dalil ilmiah dengan filsafat religius aliran utama.
Mengapa judulnya melibatkan sudut-pandang Einstein? Meskipun nama ilmuwan tenar ini disebut, buku ini tidak mewakili karya-karyanya. Tapi ia memang berisi selingan-selingan prestasi ilmiah cemerlang Einstein, prestasi ilmuwan-ilmuwan lain, dan kepercayaan-kepercayaan religius populer.
Mengapa ia dijuluki “alkitab ilmiah”? Ia memang meniru Alkitab tapi berisi isu-isu ilmiah. Bahkan para penulis dan kontributor pada buku ini pun sengaja tidak disebutkan penerbitnya karena mereka ingin meniru Alkitab. Alkitab yang menjadi tiruan alkitab ilmiah adalah Alkitab Versi Raja James, yaitu, Raja James I (1566-1652) dari Inggris. Inilah salah satu tujuan penerbitan buku ini: untuk meniru Alkitab sedekat-dekatnya dalam hal gaya dan susunannya sambil menggantikan isu-isu religius dengan isu-isu ilmiah.
Simaklah beberapa kutipan dan penjelasannya. Semuanya menyiratkan upaya penerbit untuk mencapai tujuan pertama.
In the “beginning”, there was no beginning. Before the Planck time, there was no time and there was no space. The Universe was in a quantum state with wild fluctuations . . . .
Mirip dengan pembukaan Genesis 1:1, bukan? In the beginning, God created the heavens and the earth. Now the earth was formless and empty, darkness was over the surface of the deep, . . . . Memang mirip, termasuk memakai pasal dan ayat seperti yang ada di Alkitab. Buku ini dimulai dengan suatu versi Kejadian. Kalau Kejadian 1 dalam Alkitab berjudul The Beginning dan Kejadian 2 tentang hari ke-7 disusul judul Adam and Eve, buku mirip Alkitab ini memiliki versinya: Genesis One: The Planck Epoch dan Genesis Two: The Big Bang. Di dalam pasal dua ini, “penciptaan dunia” disajikan dalam kaitan dengan pengetahuan ilmiah kontemporer.
Bukan ayat dan pasal-pasal tadi saja yang mirip dengan Genesis 1:1. Ayat lain mengingatkan kita pada cara khas Allah berbicara melalui hamba-Nya pada umat Israel, yaitu, dengan memakai pembukaaan, “Thou shall . . . .” Simaklah kalimat perintah berikut: Thou shall never be a witness of the present, for the speed of light is finite. What the eye sees is in the past. “Firman” yang disampaikan pun berisi wibawa yang luar biasa. Seperti shall yang selalu dipakai Allah untuk menetapkan dan menegakkan hukum-hukum-Nya dalam Alkitab, alkitab ilmiah pun memakai shall di dalamnya untuk menegakkan wibawa dari kebenaran tentang kecepatan cahaya.
Mirip dengan gaya percakapan sehari-hari dalam narasi Alkitab yang sering memulai kalimat dengan kata penghubung seperti and, hence, thus, dan but serta frasa penghubung seperti thus it came to pass atau it came to pass, kedua ayat berikut mengingatkan kita pada kisah-kisah Perjanjian Lama seperti yang terdapat dalam Torat Musa. Kutipan berikut tentang asal usul bahasa manusia pertama dan keturunannya:
It was a cloudless day in the Pleistocence (a geological era about 300,000 years ago). The women and children of a tribe of homo sapiens (wise man) sat in the sun outside their caves. And a baby crawled to where the woods began. And the mother stood up and yelled out “na, na, na.” And back and forth she waved her hand. But the child crawled behind a bush. And the mother hurried over to the baby and did bring him back.
Thus it came to pass that archaic home sapiens seemed to learn to give meaning to the grunts and sounds they made.
Alkitab pun sering berisi riwayat hidup tokoh-tokoh religius terkenal, seperti Musa, Daud, dan Yesus. Mirip biografi alkitabiah ini, buku yang lain ini pun berisi biografi tokoh ilmuwan terkenal, seperti Albert Einstein. Simak kutipan tiga kalimat berikut tentang riwayat hidupnya.
And on March 14, 1879, in Ulm, Germany, Albert Einstein, the scientific version of a prophet and a saint, was born.
And in 1960, it came to pass that, in a laboratory, two scientists measured the wavelength of some laser light . . . (and it) did agree with calculations from the Einstein theory. And a prophesy of a prophet was confirmed.
Hence, in the span of just eleven years, much of the “old testament” of physics was rewritten. Thus, Albert Einstein rewrote the gospel of Sir Isaac Newton.
Seakan-akan tidak mau “kalah” dengan Dasa Firman dalam Perjanjian Lama, buku ini pun memiliki versi Dasa Firmannya: “Dasa Firman Ilmiah.” Tapi kalau inti Dasa Firman dalam Alkitab tentang kasih kepada Tuhan Allah dan sesama manusia, inti Dasa Firman Ilmiah buku ini berbeda: alam, gravitasi, geometri, ruang, elektromagnetisme, listrik, ilmu fisika nuklir, mekanika kuantum, dan sejumlah besar gagasan ilmiah lainnya.
Kalau Alkitab memiliki Kejadian sebagai kitab tentang awal dan Wahyu Yohanes sebagai kitab terakhirnya, buku lain ini pun memiliki “kitab awal” (Genesis ilmiah) dan “kitab akhir”. Kalimat berikut dikutip dari The Final Word buku ini: So know the Universe as it be now. And know that it be vast and black. And know that it be a countless galaxies but that most of it be void.
Seperti Alkitab, buku ini pun mempunyai versi “perjanjian lama” dan “perjanjian baru” tapi dengan urutan terbalik: perjanjian baru ilmiah mendahului perjanjian lama ilmiah. Perjanjian baru ilmiah memberi jawaban atas asal usul kerohanian dan kecerdasan manusia, hukum-hukum alam, pembentukan materi dari unsur-unsur yang lebih kecil, dan banyak hal lain. Perjanjian lama ilmiah mengisahkan secara ajaib alam semesta, bumi, dan kehidupan. Ia merinci cara manusia muncul; cara bumi, matahari, dan bulan dijadikan; dan cara alam semesta lahir.
Seperti Alkitab, buku ini pun terdiri dari kitab-kitab ilmiah dan setiap kitab ilmiah terdiri dari pasal-pasal dan ayat-ayat ilmiah. Ada, misalnya, Kitab Kejadian, Kitab Darwin, Kitab Mazmur, Kitab Tawarikh, Kitab Para Nabi, Kitab Tata Surya, dan Kitab Ilmu Fisika – semuanya ilmiah. Pasal satu dan dua Kitab Kejadian masing-masing adalah The Planck Epoch dan The Big Bang. Setiap pasal dijelaskan melalui ayat-ayat ilmiah terkait. Tawarikh terdiri dari Kitab Musa, Kitab Buddha, Kitab Yesus, dan Kitab Muhammad. Masing-masing membicarakan ke-4 pendiri agama utama sedunia ini.
Daya komunikatif, cara penyajian, dan keluwesannya pun mirip dengan daya komunikatif, cara penyajian, dan keluwesan Alkitab. Seperti Alkitab, buku ini ditulis
- dengan bahasa yang dominan puitis yang melibatkan metafora dan simile;
- dengan menggunakan istilah-istilah yang sederhana begitu rupa sehingga konsep ilmiah yang sangat sulit seperti teori relativitas umum Einstein bisa dipahami pembaca awam;
- dan dengan tidak mengharuskan pembaca membacanya dari awal sampai dengan akhir tapi dengan membiarkannya membaca bagian yang menarik perhatiannya pada saat dibaca.
Penjelasan sejauh ini berkaitan dengan tujuan pertama penerbitan buku ini. Tujuan ini berhasil.
Perasaan Terpesona
Lalu, apa tujuan kedua penerbitan buku ini? Untuk menciptakan suatu perasaan terpesona.
Tapi penerbit kurang berhasil menjabarkan tujuan kedua. Meskipun kewibawaan Alkitab bisa kita rasakan melalui The Bible According to Einstein, buku ini berisi kekurangan. Ia kurang membangkitkan rasa terpesona yang dahsyat dari Alkitab, seperti yang pembacanya rasakan melalui mujizat ilahi yang spektakuler semisal terbelahnya Laut Teberau, aksi-aksi spektakuler yang dituntun secara ilahi seperti runtuhnya tembok Yerikho dan kehebatan Daud menewaskan Goliath, dan keagungan yang sangat tinggi dari ajaran Kristen seperti kasih ilahi. Penjelasan ilmiah tentang ke sepuluh bala yang menimpa orang Mesir sebelum umat Israel pimpinan Musa dan Harun diizinkan Firaun pergi dari Mesir, misalnya, menekankan fakta-fakta ilmiah tanpa dampak emosional dari mujizat ilahi yang terjadi. Fakta-fakta yang dikemukakan, meskipun masuk di akal, menimbulkan pada pembacanya keragu-raguan akan kebenarannya.
Bagaimanakah penjelasan alkitab ilmiah tentang berbagai bala yang menimpa orang Mesir ketika Firaun menolak permintaan Musa agar umat Israel dibebaskan? Longsoran lumpur dari tanah merah mengubah Sungai Nil menjadi merah dan mengganggu habitat katak-katak. Karena gangguan ekosistem ini, katak-katak itu segera melompat ke semua jalan di Mesir. Sebuah letusan gunung berapi mengakibatkan bala kegelapan dan suatu gerhana matahari mengakibatkan matahari menjadi gelap.
Anda yang terbiasa dengan daya pesona hebat dari kisah ini hanya disodori penjelasan faktual yang terasa “kering” dan meragukan. Di mana mujizatnya? Apa benar ada pengaruh letusan gunung berapi terhadap rangkaian bala itu?
Penjelasan faktual tentang penyeberangan umat Israel dengan selamat lewat air laut yang terbelah menjadi dua dinding pun lemah dalam daya pesonanya dan meragukan. Laut Teberau dikatakan dangkal dan, karena itu, Musa memerintahkan murid-muridnya untuk membendungnya lalu mengalihkan air laut itu. Sesudah umat Israel menyeberang, bendungan itu dibobol dan banjir air laut itu membunuh banyak tentara Firaun. Anda yang sangat terkesan dengan kisah aslinya di Alkitab akan terheran-heran membaca apa yang tidak ada dalam kitab Keluaran: Musa mempunyai murid-murid dan merekalah yang berjasa bagi keselamatan umat Israel! Ini jelas suatu penjelasan faktual yang bertentangan dengan kesaksian Alkitab.
Kesaksian Alkitab dan konfliknya dengan kesaksian ilmiah seperti inilah yang menjadi tujuan utama penerbitan The Bible According to Einstein. Apa tujuan utamanya? Untuk menunjukkan kekuatan sains dan kuasa roh. Meskipun tujuan utama ini menyiratkan suatu pengakuan akan wibawa dan nilai sains dan Alkitab, konflik antara kedua sumber kebenaran ini sering terjadi karena salah pengertian. Meskipun demikian, buku ini memberi kita wawasan bahwa pengetahuan yang berimbang dari kita membutuhkan kearifan ilmiah dan religius, yang dalam buku ini adalah kearifan alkitabiah.
Dua macam kearifan ini kita butuh juga untuk memperjelas masalah waktu penciptaan langit dan bumi, menurut Kejadian dalam Alkitab. Apakah enam hari penciptaan dalam kitab ini mengacu pada hari-hari menurut kalender modern kita - setiap hari berisi 24 jam - atau merujuk pada waktu kosmik - yang mencakup juga dasa dimensi - sebanyak sekian miliar tahun yang dipadatkan menjadi enam hari? Tulisan berikut akan menjawab pertanyaan ini.
0 komentar:
Posting Komentar