Tanggapan berbagai orang Kristen atas teori tentang ruang hiper bermacam-macam. Salah satu situs Web yang di dalamnya Anda bisa mengikuti diskusi yang hangat tentang ruang hiper adalah http://forums.christianity.com/ dengan judul "Physics, the 4th dimension and the Truth". Topik ini dibuat 2 September 2003. Diskusi mereka mencakup berbagai macam pokok.
Berbagai Masalah Ruang Hiper
Tampaknya para peserta diskusi itu adalah orang-orang Kristen awam. Mereka bukan pendeta, pastor, fisikawan, dan matematikawan. Meskipun demikian, mereka tampaknya pernah menempuh pendidikan tinggi. Peserta dengan nama samaran imapedestrian, misalnya, adalah seorang ahli analisis keuangan yang berminat pada teori tentang ruang hiper. Karena profesinya, dia diperkirakan punya keahlian yang cukup baik dalam ilmu matematika, suatu cabang sains yang berharga baginya untuk memahami sisi matematik dari teori-teori tentang ruang hiper. Peserta lain dengan inisial jcsd pernah kuliah ilmu fisika selama satu tahun, kemudian kuliah sejarah, dan kini berencana kembali kuliah ilmu fisika, khususnya, mekanika kuantum dan teori relativitas. Peserta-peserta lain memberi kesan serupa bahwa mereka berpendidikan tinggi tapi bukan profesional dalam ilmu fisika dan matematika.
Situs Web ini berasal dari Amerika Serikat. Ini negara adi daya yang penduduknya sangat maju dalam kesadaran tentang iptek dan pendidikan tinggi. Ini memperkuat dugaan bahwa para peserta diskusi ini berasal dari golongan profesional atau terdidik tinggi.
Tampaknya sebagian di antaranya memahami dengan cukup baik teori Einstein tentang relativitas, termasuk relativitas waktu. Relativitas Einstein yang menambahkan waktu pada ruang tridimensional yang berkaitan dengan teori tentang ruang hiper tampak mereka pahami relatif lebih baik dari pada teori-teori kemudian hari tentang dimensi-dimensi lebih tinggi. Ini tidak sulit dijelaskan. Teori relativitas sudah muncul lebih lama dari pada teori-teori tentang dimensi-dimensi lebih tinggi. Usia lebih tua dari teori relativitas membuatnya menjadi lebih popular, lebih luas dikenal dan dipahami secara baik, dari pada teori tentang dimensi-dimensi lebih tinggi.
Sebagian di antaranya menyuratkan atau menyiratkan bahwa mereka sudah membaca karya-karya ilmiah tentang ruang hiper. Peserta imapedestrian, misalnya, secara jelas menyatakan bahwa dia membaca Hyperspace karya Dr. Michio Kaku. Peserta lain dengan nama samaran Curioustraveller menyarankan buku The Elegant Universe tulisan fisikawan Brian Greene pada mereka yang ingin memahami dimensi-dimensi lebih tinggi, termasuk ruang dasadimensional, lebih jauh. Sarannya menyiratkan bahwa dia mesti sudah membaca buku ini.
Ada di antara para peserta diskusi itu yang didorong oleh iman Kristianinya untuk memahami imannya lebih baik melalui teori-teori tentang ruang hiper atau bahkan membelanya terhadap perkembangan sains. Mereka mencakup imapedestrian, Al_b4real, Curioustraveller, boughtv/thought, dan Saints Alive – semuanya nama-nama samaran. Selain itu, ada yang memperjelas teori-teori tentang ruang hiper sebagai tanggapan mereka terhadap peserta-peserta tadi yang dipandang kurang atau salah memahami teori-teori ini. Kelompok ini mencakup jcsd, Jesus Fish, dan Veritas – inisial dan nama-nama samaran.
Mengapa Teori tentang Ruang Hiper ?
Kebenaran Firman Allah, kreasionisme, afiliasi religius, tempat tinggal makhluk-mahkluk adi alami menurut Alkitab (termasuk malaikat Allah, iblis dan Setan), relativitas waktu, lokasi sorga, dan manifestasi kuasa Yesus yang diduga dilakukan dalam ruang hiper mendorong minat beberapa peserta pada teori-teori tentang ruang hiper. Sikap dasar mereka adalah membela kebenaran alkitabiah. Kreasionisme adalah suatu teori di kalangan aliran-aliran Kristen tertentu yang menyatakan bahwa alam semesta diciptakan Allah dalam enam hari. Para penganut paham ini dengan demikian menolak teori evolusi Darwin yang menyatakan bahwa ada evolusi yang berlangsung secara kebetulan selama miliaran tahun dari makhluk-mahkluk sangat primitif yang bersel tunggal menjadi makhluk-mahkluk bersel sangat rumit seperti manusia. Secara tersirat, mereka juga diduga menolak teori Penciptaan dalam delapan tahap, seperti yang dijelaskan dalam tulisan yang lalu, dan bahwa alam semesta berusia antara 1o miliar dan 15 miliar tahun.
Imapedestrian, misalnya, didorong untuk memahami teori-teori tentang ruang hiper lebih baik oleh keinginannya untuk membela “Kebenaran yang tidak dapat dibantah dari Tuhan dan Pencipta [kita].” Sesudah meringkaskan apa yang diketahuinya dari buku Michio Kaku tentang dimensi ke-4 dan ke-10 serta dimensi-dimensi lain yang lebih tinggi, dia mengakui kesulitannya untuk memastikan kebenaran teori-teori ini. Apa pun juga, “iman kita tidak didasarkan pada penemuan atau bukti ilmiah, tapi iman itu hanya menyingkapkan adanya sang Pencipta dan dari titik ini memutuskan agama atau kepercayaan manakah yang mempertahankan kebenaran". Lanjutnya, keselamatan yang disediakan Yesus bagi orang Kristen adalah “kebenaran” dan “kebenaran ini tidak perlu didukung oleh bukti ilmiah”. Mengapa tidak perlu? Kebenaran tentang keselamatan itu “masalah hati dan iman”. Yang bukan masalah hati dan iman, yaitu yang menjadi “masalah akal sehat dan logika,” adalah pembuktian tentang penciptaan dunia ini dan semua bagiannya. Selanjutnya, dia menasehati orang Kristen supaya tidak melihat sains sebagai ancaman terhadap imannya. “Penelitian, eksperimen dan logika yang jujur akan selalu memberi kesaksian tentang Pencipta Yang Agung.”
Sangat menarik memperhatikan caranya imapedestrian mengakhiri komentarnya. Setiap komentarnya diakhiri dengan mengutip 2 Korintus 12:9: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.”
Imapedestrian tampak bertentangan dalam pendiriannya tentang hubungan antara iman Kristen dan sains. Di satu pihak, dia memutlakkan kebenaran Firman Allah; karena itu, kebenaran mutlak ini – yaitu, keselamatan oleh dan dari Yesus Kristus – tidak memerlukan verifikasi ilmiah. Di pihak lain, dia membedakan antara kebenaran yang mutlak dari Allah – yaitu, keselamatan – dan kebenaran Allah yang lain – yaitu, penciptaan dunia – yang bisa diverifikasi secara ilmiah asal ada syarat-syarat yang harus dipenuhi. Dalam hal pertama, kebenaran itu hanya bisa dipahami oleh hati dan iman. Dalam hal kedua, kebenaran itu bisa dipahami melalui akal sehat dan logika yang jujur. Tentu konsep keselamatan oleh dan dari Yesus adalah kebenaran yang melampaui pemahaman manusia. Akan tetapi, ini tidak berarti kita tidak boleh memahaminya melalui pemikiran ilmiah juga. Sejauh pemikiran ilmiah dituntun oleh Roh Kudus untuk memahami konsep kebenaran itu, mengapa ia diabaikan begitu saja? Imapedestrian tidak punya jawaban atas pertanyaan ini.
Imapedestrian juga memberi petunjuk bahwa dia pendukung Kreasionisme dan senang mengidentifikasi afiliasi religius para ilmuwan tentang teori-teori ruang hiper. Menurutnya, upaya para fisikawan dan matematikawan untuk menyatukan hukum-hukum alam menjadi suatu teori medan terpadu menunjukkan upaya mereka untuk melepaskan diri dari teori-teori “kebetulan” dan “evolusi". Upaya ini juga mengarah pada pandangan kreasonis. Tapi dia tidak menjelaskan bagaimana kaitan antara Kreasionisme dan upaya dalam ilmu fisika untuk merumuskan teori medan terpadu, istilah Einstein untuk apa yang kemudian disebut “Teori Segala Sesuatu”. Tentang Kaku, imapedestrian menduga fisikawan ini membela pandangan Kreasionisme. Buktinya? Dia selalu mengacu pada penciptaan alam semesta sebagai Penciptaan dengan huruf P besar. Tapi dia tidak tahu apakah Dr. Michio Kaku seorang Kristen atau tidak.
Jcsd menanggapi keinginan imapedestrian untuk mengetahui latar belakang religius Kaku. Menurutnya, para fisikawan umumnya bersifat agnostik; dengan kata lain, mereka percaya bahwa tidak ada apa pun yang bisa diketahui tentang Allah atau yang bisa diketahui tentang apa pun kecuali tentang benda material. Ini tidak seluruhnya benar. Fisikawan-fisikawan besar seperti Isaac Newton dan Albert Einstein percaya bahwa Allah ada. Bagi Einstein, Allah yang dia percayai bukanlah Allah dari Mujizat (God of Miracles) melainkan Allah dari Ketertiban (God of Order). Fisikawan-fisikawan lain yang percaya akan Allah menaruh minat yang sungguh-sungguh pada Allah dari Ketertiban.
Lalu, apakah Dr. Michio Kaku seorang Kristen. Kaku mengatakan bahwa semasa kecil, dia, yang orang tuanya penganut Buddhisme di Jepang, pernah mengikuti Sekolah Minggu. Tapi dia tidak menjelaskan apakah dia kemudian menjadi orang Kristen atau tidak.
Relativitas Waktu dan Kekekalan
Tentang relativitas waktu, imapedestrian memperluasnya untuk menjelaskan konsep alkitabiah tentang kekekalan dari makhluk-mahkluk yang tinggal dalam dimensi-dimensi yang lebih tinggi melalui suatu spekulasi. Menurut perkiraannya, makhluk-makhluk yang mengalami dimensi-dimensi lebih tinggi hidup dalam kekekalan sementara manusia yang mengalami dunia tridimensional mengalami kefanaan. Makhluk-mahkluk apa pun yang tinggal dalam suatu dimensi yang lebih tinggi tidak akan menikmati waktu. Mereka hidup dalam kekekalan dan mencakup para malaikat Allah, para iblis, dan Setan. Kekekalan yang mereka alami meniadakan perbedaan kuantitatif dari waktu - dalam kekekalan. Misalnya, 10.000 tahun yang kita alami di dunia berbeda dengan 1detik; tapi dalam kekekalan, 10.000 tahun sama dengan 1 detik. Selain itu, mereka tidak mengalami perubahan dan karena itu tidak punya peluang untuk diselamatkan. Secara teologis, kita, manusia, punya peluang untuk diselamatkan karena kita punya waktu. Waktu artinya perubahan; karena itu, kita yang hidup dalam waktu mengalami perubahan. Akan tetapi, begitu kita meninggal, kita mengalami kekekalan dan tidak bisa berubah. Jadi, manusia mengalami waktu atau perubahan ketika dia hidup di dunia tapi mengalami kekekalan ketika dia mati. Kita memperhatikan penalarannya untuk menjelaskan konsep-konsep alkitabiah tertentu secara spekulatif dari perspektif teori-teori tentang ruang hiper.
Curioustraveller memperjelas relativitas waktu dalam kaitan dengan kekekalan Allah. Dia memakai foton, sebuah partikel gelombang, sebagai suatu analogi. Foton dipersepsi sebagai cahaya oleh manusia. Cahaya merambat (di ruang hampa) dengan kecepatan sekitar 300.000 kilometer per detik. Bayangkan bahwa Anda punya seorang kembar. Anda berdua adalah sepasang foton. Ketika sama-sama berusia 20 tahun, kembarmu meninggalkan Anda di Bumi dan ikut terbang dalam sebuah pesawat ruang angkasa yang melaju pada kecepatan 99,99% dari kecepatan cahaya menuju sebuah planet lain jauh di luar tata surya kita. Ketika dia kembali ke Bumi melalui pesawat itu, apa yang terjadi? Anda di Bumi yang mengalami perpisahan dengan dia selama 30 puluh tahun kini berusia 50 tahun. Apakah kembarmu juga berusia 50 tahun? Tidak. Dari sudut-pandang Anda, dia tampak seperti masih berusia 20 tahun! Dengan kata lain, Anda menjadi tua tapi kembarmu tampak muda. Serupa dengan Anda berdua, foton-foton tidak menjadi lebih “tua”.
Analogi tentang kembarmu yang tampak muda karena mengalami efek relativitas waktu bisa menolong menjelaskan kekekalan Allah. Dia Mahahadir dengan dua cara: Dia “meruang” dan “mewaktu”, mengutip pemikiran Rendra, seniman tenar itu. Dengan kata lain, Allah ada pada semua ruang atau tempat pada titik apa pun dalam waktu di mana pun ruang dan waktu ada di alam semesta. Jadi, dari perspektif Allah, tidak ada masa lampau, masa kini, dan masa depan. Dengan kata lain, 1.000 tahun sama dengan 1 hari bagi-Nya.
Peserta diskusi dengan nama samaran Al_b4real mencoba menjelaskan konsep yang sulit mengenai kekekalan Allah dengan merujuk pada Alkitab. Salah satu rujukannya adalah Yohanes 8:58: Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.” Dengan kata lain, Yesus tetap ada pada titik waktu apa pun dari gerak linear waktu karena sifat-Nya yang kekal. Rujukan lain adalah Yeremia 1:5: Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.” Dengan kata lain, Allah sudah tahu kelahiran Yeremia sebelum dia lahir dan juga sudah tahu jabatannya sebelum dia menjadi nabi! Ayat-ayat ini menyiratkan bahwa Allah Mahadir dengan meruang dan mewaktu, suatu atribut-Nya yang sulit kita pahami karena keterbatasan akal budi kita sebagai makhluk tridimensional.
Pemahaman yang Kurang Memadai
Tidak semua peserta diskusi punya pemahaman yang memadai tentang ciri-ciri dimensi yang lebih tinggi. Ini mengakibatkan mereka yang berpikir mereka tahu info yang benar tentang ciri-ciri itu menyampaikan info itu pada mereka yang kurang memahami ciri-ciri ini.
Imapedestrian tidak paham istilah “simetri tolok” (gauge symmetry) yang dia baca dalam Hyperspace. Jcsd yang pernah kuliah ilmu fisika selama setahun menjelaskan pada rekan diskusinya bahwa simetri tolok pada dasarnya adalah hukum-hukum ilmu fisika yang tidak berubah ketika terjadi transformasi tolok. Karena istilah “tranformasi tolok” belum jelas, imapedestrian bertanya pada jcsd apa yang dimaksud dengan istilah “tolok”? Yang ditanya memberi tanggapan yang belum juga memperjelas definisi “simetri tolok”. Secara jujur, jcsd mengakui bahwa simetri tolok adalah matematika yang cukup rumit dan dia tidak punya pemahaman yang lengkap tentang matematika ini. Sejauh yang dia pahami, teori tentang simetri tolok berkaitan dengan teori kelompok dan topologi, khususnya, teori tentang perbedaan cara rotasi dalam kawasan yang berbeda-beda. Setahu dia, teori tolok lebih berkaitan dengan cara pengamat yang berbeda-beda mempersepsi hal-hal, terutama ruang-waktu yang dilengkungkan. Penjelasan ini pun tidak memperjelas istilah “tolok” pada imapedestrian. Kita memperhatikan bahwa para peserta diskusi ingin saling menolong untuk memahami dimensi-dimensi lebih tinggi dengan mengandalkan pengetahuannya yang kurang memadai dan tepat tentang ruang hiper.
Keterbatasan pengetahuan ini bisa kita amati juga dari penjelasan jcsd tentang ruang caturdimensional dan dimensi spasial ke-4. Penjelasannya membingungkan kita. Dia memberi kesan tidak tahu persis beda antara kedua jenis dimensi ini. Misalnya, alih-alih menyatakan ruang caturdimensional mencakup ruang tridimensional ditambah waktu, dia membingungkan pembaca dengan menyatakan bahwa ada 4 dimensi ruang-waktu dalam relativitas Einstein. Pada kesempatan lain, dia membingungkan kita lagi dengan mengatakan bahwa waktu sebagai dimensi ke-4 [dari ruang-waktu] berbeda secara intrinsik dengan ketiga dimensi ruang-waktu yang lain. Penjelasannya akan lebih mudah dipahami seandainya dia mengatakan waktu sebagai dimensi ke-4 dari ruang tridimensional berbeda secara instrinsik dengan dimensi spasial keempat (w,x,y,z).
Seorang peserta lain dengan nama samaran Jesus Fish menunjukkan pemahaman yang memadai tentang ruang caturdimensional yang mencakup ruang tridimensional ditambah waktu. Tapi dia tidak mengerti dimensi-dimensi yang lain. Jelaslah bahwa dia tanpa pengetahuan tentang ruang hiper.
Curioustraveller menjelaskan kepada imapedestrian ciri-ciri ruang tridimensional dan teori dawai. Menurutnya, ruang caturdimensional – ruang ditambah waktu – berlaku untuk semua jarak kecuali untuk jarak-jarak yang paling kecil. Teori dawai membahas apa yang terjadi pada ukuran mahakecil, tempat dimensi spasial punya kurva atau kelengkungan yang mendekati sifat ananta.
Berbicara tentang alam semesta saddimensional yang “terlipat” menjadi sangat kecil, imapedestrian memberi tanggapannya. Dia bertanya apakah dimensi-dimensi yang terlipat menjadi sangat kecil itu mampu mendukung hidup atau kehidupan.
Jcsd menanggapi pertanyaan ini. Dalam teori dawai, Anda tidak bisa berbicara tentang makhluk-makhluk dari dimensi-dimensi yang lebih tinggi. Kecuali alam semesta caturdimensional, dimensi-dimensi lain “terlipat – dia lupa nama dimensi-dimensi yang terlipat ini – pada skala yang sangat kecil, skala yang tidak bisa kita lihat. Secara mendasar, ada 10 dimensi untuk fermion-fermion – partikel-partikel yang mencakup elektron, proton, dan neutron – dan 22 dimensi untuk boson-boson – partikel-partikel yang mencakup foton dan meson. Dalam teori dawai juga, partikel-partikel elementer adalah hasil gelombang-gelombang tegak (standing waves) pada dawai-dawai sangat kecil atau ikalan-ikalan. (Gelombang tegak – disebut juga gelombang stasiuner atau gelombang pegun – adalah istilah ilmu fisika yang mengacu pada “gelombang” yang tidak merambat.) Singkat kata, makhluk-mahkluk bisa ditemukan dalam ruang caturdimensional tapi tidak dalam dimensi-dimensi yang sangat kecil.
Lokasi Sorga – dan Neraka?
Lalu, di mana lokasi sorga – dan secara tersirat lokasi neraka? Peserta diskusi yang hangat ini dengan nama samaran Saints Alive berspekulasi bahwa lokasi itu ada dalam dimensi-dimensi yang lebih tinggi. Dia memperingatkan peserta-peserta diskusi bahwa keberadaan dimensi-dimensi lebih tinggi belum dibuktikan dengan cara apa pun. Keberadaan ini dihipotesis untuk menjelaskan susunan materi dan partikel-partikel. Karena itu, dia mengatakan secara hati-hati bahwa dimensi-dimensi ini boleh jadi ada. Kalaupun ada, belum ada eksperimen yang dirancang untuk membuktikan keberadaan dimensi-dimensi lebih tinggi itu. Mengapa belum ada? Energi yang dibutuhkan untuk mengadakan eksperimen itu terlalu tinggi.
Tapi ilmu matematika menunjukkan bahwa keberadaan dimensi-dimensi lebih tinggi adalah suatu kemungkinan yang logis. Kalau dimensi-dimensi ini ada (entah dalam bentuk terlipat atau terbentang), makhluk-makhluk adi alami seperti malaikat-malaikat Allah kemungkinan tinggal di sana. Sorga sendiri – dan secara tersirat neraka – bisa jadi ada pada tempat-tempat ini. “Saya menduga realitas bisa saja jauh lebih banyak dari pada yang mampu kita lihat atau pahami sekarang ini,” simpulnya.
Kita memerhatikan bahwa komentar Saints Alive bukan saja menunjukkan kehati-hatiannya. Komentarnya menunjukkan juga pengetahuannnya yang cukup cermat tentang ciri-ciri dimensi yang lebih tinggi dari ruang hiper. Dengan demikian, lokasi sesungguhnya dari sorga dan neraka dan tempat tinggal para malaikat – dari perspektif ilmu fisika modern – belum bisa dipastikan.
Manifestasi Kuasa Yesus
Bagaimana tentang berbagai manifestasi kuasa Yesus yang diduga ditunjukkan-Nya dalam dimensi-dimensi yang lebih tinggi? Peserta diskusi dengan nama samaran boughtv/thought mencoba menjawab pertanyaan ini. Dia mencela pengetahuan yang makin meningkat, penggenapan dari suatu nubuat nabi Daniel, sebagai biang kerok penodaan “Nama Yang Diurapi” – Yesus Kristus. Tapi dia tidak menjelaskan bagaimana nama Yesus dinodai oleh pengetahuan yang makin bertambah. Mungkin yang dia maksudkan adalah spekulasi-spekulasi atau teori-teori yang belum dibuktikan tentang dimensi-dimensi yang lebih tinggi dalam ruang hiper. Mengapa kita perlu menjelaskan kuasa Yesus dengan berpekulasi tentang dimensi-dimensi yang lebih tinggi? Bukankah fakta-fakta dalam Alkitab berbicara jelas tentang manifestasi kuasa-Nya, tanpa harus memakai ilmu fisika modern untuk menjelaskan manifestasi ini? Alkitab memberi kesaksian tentang manifestasi kuasa ini: Dia berjalan menembus dinding, berjalan di atas air, mengetahui pikiran musuh-musuh-Nya, dan bangkit dari antara orang mati. Tidak peduli apakah manifestasi kuasa Yesus berasal dari dimensi-dimensi yang lebih tinggi atau tidak, “Dialah [Pemimpin] kita dalam semua hal ini.”
Minat pada Kaitan antara IPTEK dan Alkitab
Seperti yang sudah dikatakan, para peserta diskusi yang hangat tadi sepakat dalam satu hal: membela kebenaran alkitabiah. Teori-teori tentang ruang hiper – termasuk tentang ruang-waktu, dimensi-dimensi lebih tinggi, dan Teori Segala Sesuatu – tampak dipahami dengan cukup memadai oleh sebagian peserta, kurang memadai oleh peserta lain, atau bahkan tidak dipahami. Peserta lain tampaknya skeptis terhadap teori-teori tadi dan tetap memegang teguh iman Kristianinya sebagai satu-satunya kebenaran atau fakta. Apa pun juga, mereka umumnya menunjukkan kesungguhan untuk memanfaatkan teori-teori ruang hiper tadi – banyak yang belum dibuktikan melalui eksperimen-eksperimen – untuk menolongnya memahami berbagai kebenaran dalam Alkitab. Kebenaran ini mencakup relativitas waktu dan kekekalan Allah, para malaikat, iblis dan Setan; lokasi sorga dan secara tersirat neraka; dan berbagai manifestasi kuasa Yesus yang diduga terjadi dalam dimensi-dimensi yang lebih tinggi. Singkat kata, mereka mencoba memahami kebenaran alkitabiah lebih jauh dari sudut-pandang sains dan teknologi.
0 komentar:
Posting Komentar