Bagaimana memakai sebuah mesin waktu? Anda yang pernah membaca The Time Machine, novel tenar karya H.G. Wells dari Inggris, atau menonton versi filmnya, pasti tahu prosesnya. Sesudah mesin waktu versi Wells selesai dibuat, “pilot” mesin itu duduk di sebuah kursi di ruang tamu, memutar-mutar beberapa tombol, melihat cahaya yang berkedip-kedip, dan menyaksikan panorama yang luas sekali dari sejarah, termasuk beberapa perang dunia yang destruktif, naik dan runtuhnya peradaban-peradaban yang besar, atau hasil-hasil keajaiban ilmiah masa depan.
Mesin Waktu Gagasan Kip Thorne
Tapi mesin waktu menurut rekaan ilmiah Wells tadi berbeda dengan salah satu versi Kip Thorne. Mesin waktu versi Thorne terdiri dari dua kamar, setiap kamar berisi dua lempeng logam yang sejajar. Lalu, medan listrik yang kuat sekali diciptakan di antara pasangan lempeng ini. Medan listrik ini lebih besar dari apa pun yang bisa dihasilkan teknologi abad ke-20 dan masa kini. Akan tetapi, ukuran medan listrik seperti inilah yang mampu menyobek jalinan ruang-waktu, dan menciptakan sebuah lubang dalam ruang angkasa, lubang yang menghubungkan kedua kamar tadi. Selanjutnya, satu kamar ditempatkan di dalam sebuah kapal ruang angkasa yang digerakkan roket dan kecepatannya dipacu sampai mendekati kecepatan cahaya, sementara kamar yang lain tetap ada di bumi. Sebuah lubang cacing bisa menghubungkan dua kawasan ruang angkasa dengan waktu yang berbeda; karena itu, sebuah jam di kamar yang pertama berdetik lebih lambat dari jam di kamar yang kedua. Waktu berlalu pada tingkat yang berbeda pada kedua ujung lubang cacing; karena itu, siapa pun yang jatuh ke dalam salah satu ujung lubang cacing itu akan segera terlontar memasuki masa lampau atau masa depan.
Sebuah mesin waktu yang lain dibayangkan juga oleh Thorne dan rekan-rekannya. Kalau materi aneh-aneh bisa ditemukan dan dibentuk seperti logam, maka bentuk mesin waktu yang dipandang ideal adalah sebuah silinder. Seorang manusia berdiri di pusat silinder. Materi eksotik itu lalu melengkungkan ruang dan waktu di sekitar silinder itu, dan menciptakan sebuah lubang cacing yang menghubungkan suatu bagian yang jauh dari alam semesta dengan waktu yang berbeda. Di pusat pusaran itu terdapat seorang manusia, yang kemudian mengalami tekanan gravitasional tidak lebih dari 1 g ketika dia kemudian dihisap ke dalam lubang cacing itu dan menemukan dirinya sendiri di ujung lain dari alam semesta.
Memanfaarkan energi negatif
Sepintas lalu, penalaran matematik Thorne tanpa cela. Persamaan-persamaan Einstein memang menunjukkan bahwa pemecahan-pemecahan melalui lubang cacing mengizinkan waktu berlalu pada tingkat yang berbeda di setiap ujung lubang cacing, sehingga perjalanan menembus waktu, pada prinsipnya, bisa diadakan. Untuk itu, yang pertama-tama harus diciptakan adalah lubang cacing. Akan tetapi, masalah utama yang segera disadari Thorne dan kedua koleganya adalah bagaimana memanfaatkan energi yang cukup untuk menciptakan dan mempertahankan sebuah lubang cacing dengan memakai materi eksotik atau aneh-aneh.
Biasanya, salah satu prinsip dasar dalam ilmu fisika elementer ialah bahwa semua benda punya energi positif. Benda-benda ini mencakup molekul yang bergetar, mobil yang bergerak, burung yang terbang, dan roket yang membubung tinggi. (Menurut definisi, kevakuman yang kosong dari ruang angkasa punya energi nol.) Akan tetapi, kalau kita bisa menghasilkan benda dengan “energi-energi negatif” (yaitu, sesuatu yang punya suatu isi energi kurang dari kevakuman tadi), maka kita boleh jadi mampu menghasilkan konfigurasi atau bentuk yang aneh-aneh dari ruang dan waktu yang di dalamnya waktu dilengkungkan menjadi sebuah lingkaran.
Konsep ini agak sederhana tapi penamaan ilmiahnya oleh Kip Thorne dan kawan-kawannya kedengaran rumit: averaged weak energy condition, disingkat AWEC. Thorne berhati-hati untuk menunjukkan bahwa AWEC harus dilanggar; energi untuk sementara harus menjadi negatif agar perjalanan menembus waktu berhasil. Akan tetapi, energi negatif, berdasarkan sejarah iptek, sudah menjadi sesuatu yang sangat dibenci oleh kaum relativis. Mereka menyadari energi negatif punya kemungkinan menimbulkan antigravitasi dan sejumlah gejala fisikal lain yang belum pernah dilihat secara eksperimental.
Teori kuantum: sumber energi negatif
Tapi Thorne cepat menunjukkan bahwa ada suatu cara untuk memperoleh energi negatif: melalui teori kuantum. Pada tahun 1948, fisikawan Belanda Hendrik Casimir menunjukkan bahwa teori kuantum bisa menciptakan energi negatif.
Prof. Dr. Hendrik Casimir
Ambillah dua lempeng logam paralel yang luas dan tak bermuatan. Biasanya, akal sehat mengatakan kedua lempeng ini, karena Asas Ketakpastian Heisenberg, sebenarnya sarat dengan kegiatan, dengan triliunan zarah dan anti-zarah yang secara terus-menerus muncul dan lenyap. Triliunan pasangan partikel yang saling berlawanan ini tidak diketahui asal-muasal munculnya dan lenyap dalam kevakuman. Karena zarah-zarah dan anti-zarah ini berlalu begitu cepat, mereka, banyak kali, tidak bisa diamati, dan mereka tidak melanggar hukum-hukum ilmu fisika apa pun. “Partikel-partikel maya” ini menciptakan suatu forsa tarik bersih antara dua lempeng ini yang oleh Casimir diramalkan bisa diukur.
Untuk mengingatkan Anda kembali, Asas Ketakpastian Heisenberg adalah suatu asas teori kuantum. Asas ini menyatakan bahwa ada pasangan kuantitas seperti suatu lokasi dan kecepatan zarah yang tidak bisa diketahui secara serempak dengan ketepatan yang mutlak. Asas ketakpastian menetapkan suatu batas pada sebaik apakah sepasang kuantitas seperti itu bisa diketahui. Dalam prakteknya, ini berarti kalau kecepatan suatu partikel diketahui secara tepat, kita tidak mungkin tahu di mana partikel itu berada. Sebaliknya, kalau kita tahu lokasi partikel itu dengan pasti, kecepatannya tidak diketahui. Dengan membatasi apa yang bisa kita tahu, asas ketakpastian Heisenberg menetapkan suatu “kekaburan” pada alam. Kalau kita melihat terlalu dekat, segala sesuatu kabur seperti suatu gambar koran yang melebur menjadi titik-titik yang tidak berarti.
Ketika Casimir menerbitkan makalahnya untuk pertama kali, makalah itu berhadapan dengan kesangsian yang sangat besar. Maklumlah, bagaimana mungkin dua benda yang netral secara elektrik bisa saling menarik, dan dengan demikian melanggar hukum listrik klasikal yang lazim? Ini tidak pernah didengar. Akan tetapi, pada tahun 1958, seorang fisikawan lain asal Belanda M.J. Sparnaay mengamati efek ini dalam laboratorium, persis seperti yang sudah diramalkan Casimir. Sejak itu, efek ini dinamakan efek Casimir.
Suatu cara untuk memanfaatkan efek Casimir adalah dengan menempatkan dua lempeng sejajar pengantar energi yang luas di tempat masuk setiap lubang cacing. Dengan cara demikian, kita bisa menciptakan energi negatif di ujung lubang cacing itu.
Mesin waktu Thorne tampak menjanjikan
Menjelang akhir abad ke-20, mesin waktu yang digagaskan Kip Thorne dan kedua rekannya tampaknya menjanjikan. Semua sepakat faktor penentu adalah menghasilkan suatu teori gravitasi yang benar-benar dikuantisasi untuk memecahkan secara tuntas hambatan-hambatan terhadap realisasi pembuatan mesin waktu. Misalnya, Stephen Hawking menunjukkan bahwa radiasi yang dipancarkan di tempat masuk ke lubang cacing akan sangat besar dan akan menyumbang balik pada isi materi-energi persamaan-persamaan matematik Einstein. Umpan balik pada persamaan Einstein akan mendistorsi tempat masuk ke lubang cacing, bahkan barangkali menutupnya untuk selama-lamanya. Akan tetapi, Thorne tidak setuju bahwa radiasi akan cukup untuk menutup tempat masuk itu.
Di sinilah tempatnya teori adidawai masuk. Teori adidawai adalah suatu teori kuantum-mekanikal yang mencakup teori relativitas umum Einstein sebagai suatu bagian perangkat matematik (subset); karena itu, teori adidawai bisa dipakai untuk menghitung koreksi terhadap teori lubang cacing yang asli. Pada dasarnya, teori ini akan memampukan kita menetapkan apakah kondisi AWEC secara fisikal bisa diwujudkan, dan apakah jalan masuk ke lubang cacing tetap terbuka bagi pelancong atau petualang yang menembus waktu untuk menikmati suatu perjalanan ke masa lampau.
Hawking masih belum sepenuhnya setuju dengan gagasan Thorne tentang lubang-lubang cacingnya. Akan tetapi, ini ironis karena Hawking sendiri sudah mengusulkan suatu teori lubang cacing yang baru yang bahkan makin fantastik. Alih-alih menghubungkan masa kini dengan masa lampau, lubang cacing, menurut usulan Hawking, dipakai untuk menghubungkan alam semesta kita dengan sejumlah tak terbatas daru alam semesta paralel!
Mesin Waktu R.L. Mallet
Barangkali, untuk pertama kali, seorang fisikawan Amerika Serikat dari etnik Afrika Amerika ikut “meramaikan” rencana pembuatan mesin waktu. Dialah Dr. Ronald L. Mallet (lahir 1945).
Mallet seorang pakar teori partikel dan medan. Dia juga terkenal karena pemikirannya tentang perjalanan menembus waktu, kosmologi kuantum, dan astrofisika relativistik. Dia tamatan Universitas Negara Bagian Pennsylvania dan Universitas Connecticut, AS.
Apa yang mendorongnya untuk merancang sebuah mesin waktu? Kerinduannya yang sangat dalam dan bertahan lama untuk bertemu kembali dengan ayahnya yang sudah meninggal dunia. Pada usia 10 tahun, Ronald Mallet kehilangan ayahnya yang sangat dikasihinya: dia meninggal dunia pada usia 33 tahun karena serangan jantung.
Kerinduan untuk bertemu kembali dengan ayahnya tampak mendapat suatu jalan ke luar melalui Time Machine karya H.G. Wells. Tapi Ronald hanya membaca versi komik bergambar dari novel rekaan ilmiah terkenal itu.
Dengan diilhami oleh komik bergambar Time Machine, Ronald bertekad untuk kembali dalam waktu untuk menyelamatkan ayahnya. Dia perlu merancang suatu mesin waktu agar tekadnya terlaksana. Gagasan ini lalu menjadi suatu obsesi seumur hidupnya.
Sesudah menjadi seorang fisikawan, Dr. Ronald L. Mallet sudah bekerja cukup lama untuk mewujudkan rencananya membangun sebuah mesin waktu. Teknologi ini akan didasarkan pada sifat-sifat berbentuk cincin dari suatu laser di dalam konteks teori relativitas umum Einstein. Menurutnya, laser dengan energi yang cukup bisa menghasilkan di antaranya CTCs yang akan memampukannya mengadakan perjalanan menembus waktu ke masa depan.
Akan tetapi, gagasan dan rencananya bukan tanpa cela. Berbagai kritik tentang teori dan rencananya sudah diajukan beberapa fisikawan lain.
Anda yang berminat memahami lebih jauh siapa, apa, gagasan dan rencana Dr. Mallet bisa mengakses http://www.youtube.com/. Ketiklah di kotak Search: discovery – first time machine dan Anda akan ditawari beberapa pilihan video. Kliklah versi full (lengkap) dengan judul yang sama dengan yang sudah Anda ketik tadi dan Anda akan menonton sambil mendengarkan penjelasan lebih jauh tentang rencana Dr. R.L. Mallet.
Perjalanan Nabi Alkitabiah Menembus Waktu?
Mencengangkan membaca kleim Stearsman, seorang ahli teologia Kristen asal AS bahwa banyak nabi Israel kuno bahkan sudah mengadakan perjalanan menembus waktu ke masa depan yang jauh! Menurutnya, gagasan ilmu fisika teoritis modern tentang perjalanan menembus waktu sebenarnya dipengaruhi Alkitab! Simaklah argumennya berdasarkan ringkasan sebuah buku khusus tentang perjalanan menembus waktu dalam Alkitab dalam tulisan berikutnya.
0 komentar:
Posting Komentar