CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

17 November 2009

32. Para Tokoh Alkitabiah Menembus Waktu? (2)

Beberapa Tokoh Alkitabiah sebagai Penembus Waktu

Alkitab menunjukkan bahwa perjalanan menembus waktu memang terjadi berkali-kali. Mereka yang diperbolehkan Allah mengadakan “perjalanan” menembus waktu kami singkatkan dengan istilah “penembus waktu,” suatu terjemahan agak longgar dari istilah bahasa Inggris, “time travelers.” Dalam Perjanjian Lama, mereka mencakup Adam, Henokh, Musa, Elia, Yehezkiel, dan Daniel. Adam dan Henokh hidup jauh sebelum Musa lahir; Yesus dan tokoh-tokoh alkitabiah lain yang disebutkan sesudah Musa jelas hidup sesudah dia. Dalam Perjanjian Baru, mereka adalah Musa, Elia, Yesus, dan Yohanes.

(Tentu ada lebih banyak tokoh alkitabiah lain – seperti Metusalah, Yesaya, Yeremia, dan Paulus – yang juga diperbolehkan Tuhan mengalami perjalanan menembus waktu. Daftar tadi hanya sebagai contoh penjelasan.)

Menurut Gary Stearman, perjalanan menembus waktu menurut Alkitab selalu diadakan dengan suatu maksud. Maksud itu selalu diarahkan ke masa depan. Tampaknya tidak ada contoh yang di dalamnya Allah memperbolehkan tokoh-tokoh alkitabiah bepergian ke masa lampau.

Mereka mampu bepergian menembus waktu ke masa depan karena Allah adalah Tuhan dari kekekalan. Dengan demikian, mereka terhubungkan dengan sumber informasi yang sejati tentang masa depan.

Dalam penjelasannya tentang perjalanan tokoh-tokoh alkitabiah menembus waktu, Gary Stearman sering memakai istilah “dinding dimensional.” Dinding inilah yang ditembusi para penembus waktu ini. Frasa ini menyiratkan ruang hiper, terutama dimensi-dimensi yang lebih “tinggi” dari pada alam semesta caturdimensional kita yang mencakup ruang dan waktu. Ini bisa juga mengacu pada alam semesta paralel, dimensi yang beraneka ragam (multiple), atau realitas yang beraneka ragam. Akan tetapi, fenomena perjalanan menembus waktu dalam Alkitab bisa saja melibatkan dimensi-dimensi atau realitas lain yang belum ditemukan ilmu fisika modern.

Adam

Sumber utama tentang Adam yang bepergian ke masa depan tidak ada dalam Alkitab Kristen. Sumber ini berasal dari tulisan-tulisan kuno orang-orang Yahudi tertentu, seperti komentar-komentar Yahudi tentang Kitab Torat Musa.

Menurut beberapa orang bijak Yahudi kuno, Adam diberi kesempatan oleh Allah untuk melihat masa depan. Ini sesudah dia jatuh ke dalam dosa. Karena dia berdosa, dia akan mati. Dia memang mati ketika berusia 930 tahun. Sebelum mati, Allah mengizinkannya melihat jauh ke depan untuk melihat apakah ada pemimpin lain yang mampu memulihkan dunia kepada kesempurnaannya seperti yang dimaksudkan Allah. Kata orang-orang bijak Yahudi kuno, Adam melihat Daud sebagai pemimpin itu. Tapi dia juga melihat bahwa masa kepemimpinan Daud itu singkat.

Kisah ini memang di luar Alkitab. Entah benar atau tidak, kisah ini menggambarkan pikiran pokok bahwa kekekalan tidak ada di luar umat manusia. Kekekalan ada di dalam orang-orang pilihan Allah. “Jadi, visi nabiyah yang sejati,” Stearman menyimpulkan, “hanyalah kemampuan yang dikaruniakan Allah untuk menatap melintasi dinding dimensional.”

Bagaimanakah dengan cara orang-orang pilihan Allah bepergian menembus waktu ke masa depan? Dengan seluruh tubuhnya atau dalam rohnya? Stearman menjawab, “. . . entah orang pergi ke masa depan dengan tubuhnya, atau hanya bepergian ke sana dalam Roh Allah tidak penting. Kalau roh orang itu bergabung dengan Roh Allah, dia ada di sana.”

Henokh

Petunjuk tentang Henokh, hidup selama 365 tahun, sebagai seorang penembus waktu yang lain terdapat dalam Kitab Kejadian 5:24. “Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah, lalu ia tidak ada lagi, sebab ia telah diangkat oleh Allah.”

Begitu akrabnya Henokh dengan Allah sehingga dia mampu melangkah menembus dinding dimensional – dengan seluruh tubuhnya. Ini berarti dia seorang penembus waktu. Di sebelah halangan dimensional itu, dia bisa saja bepergian dalam Roh Allah ke titik apa pun dalam jalur waktu penebusan.

Selanjutnya, kita punya bukti alkitabiah tentang visinya mengenai masa depan. Ini bisa kita baca dalam Surat Yudas 1:14. Juga tentang mereka Henokh, keturunan ketujuh dari Adam, telah bernubuat, katanya: “Sesungguhnya Tuhan datang dengan beribu-ribu orang kudus-Nya . . . .”

“Henokh sebenarnya menyaksikan Kedatangan Kedua Kali dari Kristus!” komentar Stearman. “Apakah dia ada di sana? Ya . . . Tuhan membawanya ke sana.”

Musa

Seperti Adam dan Henokh, Musa - hidup sekitar abad ke-15 atau barangkali abad ke-13 sebelum Masehi - adalah juga seorang penembus waktu. Dia menembus dinding dimensional melalui penulisan Kitab Torat. Kelima bukunya mencakup rentangan waktu yang sebagian besar dia sendiri tidak alami, yaitu dari masa sebelum penciptaan Bumi sampai dengan pendirian Kerajaan Allah di Bumi. Dalam masa lampau ini, Musa belum lahir; dalam masa depan ini, Musa tidak tinggal di dalamnya karena sudah meninggal jauh sebelum Yesus lahir di Betlehem. Bagaimanakah Musa mampu menulis demikian cermat tentang kedua masa ini yang tidak dia alami sendiri? Menurut Stearman, Musa diperbolehkan Allah mengetahui kebenaran-Nya pada kedua masa ini melalui suatu perjalanan menembus waktu. Dengan menembus dinding dimensional dan masuk ke dalam kekekalan Allah, Musa diberi kuasa oleh Allah untuk melihat apa yang kita sebut masa lampau dan masa depan sekaligus dan memberi kesaksian tentang rencana penebusan Allah bagi manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa.

Tentang masa lampau itu, Musa menulis tentang asal mula Penciptaan. Dalam Kitab Kejadian 1:1, dia menyatakan: “Pada mulanya, Allah menciptakan langit dan bumi.”

Tentang masa depan itu, Musa menubuatkan hari ketika “Gunung Batu” Israel akan mengadakan pembalasan terhadap darah yang tertumpah dari para nabi-Nya dan terhadap Israel. “Gunung Batu” (Ulangan 32:4) itu adalah suatu metafora dari Yesus Kristus. Hari yang membawa berkat ini ditulis Musa dalam “Nyanyian Musa” (Ulangan 32:43): Bersorak-sorailah, hai bangsa-bangsa karena umat-Nya, sebab Ia membalaskan darah hamba-hamba-Nya, Ia membalas dendam kepada lawan-Nya, dan mengadakan pendamaian bagi tanah umat-Nya.”

Bukan saja masa lampau dan masa depan yang diketahui Musa sebagai seorang penembus waktu. Dia juga dimampukan Allah mengetahui kebenaran-Nya yang kekal. Ini berdasarkan uraian sandi-sandi Alkitab yang dilakukan Dr. Eliyahu Rips dan rekan-rekan seprofesinya di Israel. Melalui suatu program komputer, mereka menemukan bahwa Kitab Torat Musa berisi juga lapisan makna yang tersimpan sebagai sandi-sandi dan baru bisa diuraikan secara cepat melalui program khusus itu.

Sebenarnya orang-orang bijak Israel sejak zaman Musa sudah mengetahui selama berabad-abad makna berlapis-lapis dari kelima kitab Musa itu. Vilna Gaon, seorang bijak Yahudi abad ke-18, menulis bahwa setiap kata Kitab Torat mencakup masa lampau, masa kini, masa depan, dan bahkan sampai dengan akhir zaman “rincian dari setiap spesis dan setiap orang secara individual, dan rincian dari rincian dari segala sesuatu yang sudah terjadi padanya sejak hari kelahiran sampai kematiannya.” Jadi, untuk mencari tahu leluhur pertama Anda, diri Anda, dan keturunan masa depanmu, Anda bisa menemukan riwayat hidupmu tersimpan dalam bentuk sandi dalam Kitab Torat Musa!

Dalam hubungan dengan perjalanan menembus waktu, apa artinya penemuan sandi-sandi Alkitab dalam Kitab Torat Musa? “Hanya Roh Allah, dalam persekutuan dengan roh Musa, itulah yang bisa menghasilkan suatu dokumen transendental seperti itu,” jawab Gary Stearman. “Sesungguhnya, ia kekal dalam arti ia melampaui ruang dan waktu dari dimensi kita.”

Musa jelas bergaul langsung dengan Tuhan. Dia ditunjukkan hal-hal yang memutuskan ikatan-ikatan pengetahuan kita. Musa diisi dengan Cahaya Allah.

Daya-hidupnya utuh sekalipun ketika dia berusia 120 tahun dia dibawa ke tempat pemakamannya dalam keadaan sehat-walafiat.

Jadi, Musa adalah seorang penembus waktu. Tapi perjalanannya bukan tanpa maksud. Perjalanannya secara khusus disingkapkan kepada kita sebagai bagian dari jalur waktu penebusan.

Elia

Seperti Henokh, nabi Elia – hidup dalam abad ke-9 s.M. - begitu akrabnya dengan Tuhan sehingga dia diangkat hidup-hidup ke sorga. Perjalanannya menembus dinding dimensional ini bisa kita baca dalam 2 Raja-Raja 2:1, 10 dan 11. Kedua ayat pertama menjelaskan caranya Allah menaikkan Elia ke sorga: “dalam angin badai” (ayat 1) dan dengan “kereta berapi dengan kuda berapi yang memisahkan” Elia dan Elisa (ayat 10). Pada ayat 11, kita baca: “Sedang mereka berjalan-jalan sambil berkata-kata, tiba-tiba datanglah kereta berapi dengan kuda berapi memisahkan keduanya, lalu naiklah Elia ke sorga dalam angin badai.”

Jelas, Elia menjadi seorang penembus waktu ketika dia menaiki kereta berapi. Dinding dimensional ditembusi ketika dia terpisah dari Elisa dan memasuki dimensi sorga. Elia punya akses ke seluruh jalur waktu, akses yang diperoleh bagi pelayanan Allah yang sebelumnya dilakukan Elia di dunia.

Yehezkiel

Yehezkiel, salah seorang dari nabi-nabi utama Israel kuno abad ke-6 s.M., bepergian berkali-kali ke masa depan. Perjalanannya ke masa depan mencakup penglihatannya tentang berkumpulnya kembali bangsa Israel dan gambaran yang paling rinci dari semua kitab dalam Alkitab tentang pertempuran modern. Dia melihat invasi ke Israel masa depan oleh “Gog di tanah Magog” (Yehezkiel 38:2). Nubuatnya begitu lengkap sehingga Yehezkiel tampaknya menyampaikan suatu laporan pandangan mata. Dia melihat pasukan yang menyerang “muncul seperti angin badai dan datang seperti awan yang menutupi seluruh bumi . . . (Yehezkiel 38:9). Dia melihat kekalahan Gog, dan menawarkan kepada kita suatu pemandangan tentang tempat pemakaman yang sangat luas di “Lembah Khalayak Ramai Gog” (Yehezkiel 39:11, 15). Kalau dia melihat peristiwa-peristiwa akibat pertempuran modern di Israel masa depan itu, dia pasti ada di sana jauh sebelum nubuatnya akan digenapi.

Akal budi “modern” mungkin berkeberatan atas pernyataan ini. Maklum, kita punya televisi dan bisa “melihat” sesuatu pada suatu jarak. Barangkali, Yehezkiel melihat pertempuran masa depan ini pada sejenis layar televisi angkasa. Sesungguhnya, Alkitab mengatakan Yehezkiel dibawa ke dalam dunia rohani, tempat dia memang melihat masa depan. Dia ada di sana.

Dalam pasal 40 sampai dengan 48, dia mengatakan bahwa “kekuasaan TUHAN meliputi aku dan dibawa-Nya aku dalam penglihatan-penglihatan ilahi ke tanah Israel” (Yehezkiel 40:1-2), termasuk ke Yerusalem. Di kota ini, dia melihat kota ini dan Bait Allah Ketiga di masa depan.

Pasal 41 mulai: “Kemudian dibawanya aku ke dalam ruang besar Bait Suci . . .” (ayat 1). Pasal 42 memberi kita suatu pemandangan yang lain: “Lalu dibawanya aku ke pelataran luar bagian utara dan dibawanya aku ke bilik-bilik sebelah utara . . .” (ayat 1). Pasal 43 menyatakan: “Lalu dibawanya aku ke pintu gerbang, yaitu pintu gerbang yang menghadap ke sebelah timur” (ayat 1)

Akhirnya, Yehezkiel dibawa ke suatu titik yang menguntungkan. Titik ini memampukannya melihat sebuah sungai air yang mengalir dari Bait Allah itu. Titik tempat dia berdiri tidak sekadar suatu lokasi geografik. Sesungguhnya, titik itu adalah suatu koordinat ruang dan waktu. Titik menguntungkan Yehezkiel bergeser secara progresif untuk memampukannya melihat apa yang Tuhan kehendaki supaya dia lihat. Dia ada di sana sebagai seorang penembus waktu. Tujuannya adalah untuk menawarkan kepada Israel pengharapan yang datang bersama dengan kepastian tentang pembangunan Bait Allah Ketiga.

Daniel

Nabi Daniel adalah seorang visioner yang hidup dalam pengasingan di Babilonia kuno abad ke-6 s.M. Sebagai visioner, dia diperbolehkan Allah untuk bepergian dalam dimensi sorgawi.

Dalam penglihatan-penglihatannya pada malam hari, dia diperbolehkan melihat penyingkapan peristiwa-peristiwa masa depan. Ini mencakup susunan geopolitik dari kerajaan-kerajaan kafir masa depan, dan dua nubuat khusus tentang Antikristus. Nubuatnya yang pertama menguraikan secara rinci tujuh puluh minggu dan “Pembinasa yang keji.” Nubuatnya yang kedua menghubungkan dia kepada masa Alexander Agung dan Kaum Seleusid.

Apakah Daniel seorang “penembus waktu”? Ya, kalau orang menafsirkan penglihatan-penglihatannya sebagai perjalanan-perjalanan ke luar dari tubuhnya. Dalam kasus Daniel, dia “melihat” masa depan, tapi tampaknya tidak mengunjunginya. Seorang utusan malaikat datang padanya dan menuntun penglihatannya yang terakhir tentang masa depan.

Yesus

Akan tetapi, visi-visinya dikukuhkan dalam Perjanjian Baru oleh Yesus, diperkirakan lahir tahun 4 Masehi dan wafat sekitar 30 tahun kemudian karena penyaliban-Nya oleh pemerintah Roma kuno di Yudea. Sebagai Putera Allah, Yesus sudah hadir dalam semua peristiwa masa depan itu. Ketika lahir di dunia, Yesus menunjukkan dua sifat: Dia punya sifat manusiawi dan ilahi. Dalam kemanusiaan-Nya, Dia terkunci selama suatu jangka waktu yang singkat dalam kedagingan tubuh-Nya. Dalam keilahian-Nya, Dia Mahahadir. Dengan penuh kuasa, Dia berbicara tentang masa depan: “Jadi apabila kamu melihat Pembinasa keji berdiri di tempat kudus, menurut firman yang disampaikan oleh nabi Daniel – para pembaca hendaklah memperhatikannya – maka orang-orang di Yudea haruslah melarikan diri ke pegunungan” (Matius 24:15, 16). Di sini, Dia mengukuhkan kebenaran dari penglihatan Daniel dengan pengetahuan-Nya sendiri yang pasti tentang peristiwa-peristiwa masa depan. Yesus memang pernah di sana.

PengetahuanNya yang pasti tentang masa depan nyata dari kata-kata-Nya kepada murid-murid-Nya. Kepada mereka, Dia pernah berkata: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Anak Manusia datang sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya” (Matius 16:28).

Yesus, Musa dan Elia

Dalam kisah tentang Transfigurasi, kita memerhatikan bahwa dimensi sorgawi menunjukkan hakekat yang tidak ada di dunia tridimensional kita. Pada suatu hari, Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes, saudaranya, “dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendiri saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mereka: wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang. Maka nampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan dia” (Matius 17:1-3). Di puncak gunung itulah Yesus bertemu dengan Musa dan Elia yang datang ke sana melalui perjalanan menembus waktu. Perubahan wajah dan pakaian Yesus menunjukkan kondisi yang berasal dari dimensi sorgawi. Tapi Matius tidak menjelaskan bagaimana sampai ketiga murid Yesus mengenal kedua tamu sorgawi Yesus sebagai Musa dan Elia, dua orang nabi Israel masa purba yang hidup dan wafat jauh sebelum mereka lahir. Apa pun juga Transfigurasi itu menunjukkan bahwa untuk sejenak masa lampau, masa kini, dan masa depan digabungkan menjadi suatu masa kini yang kekal.

Yohanes

Yohanes adalah penulis Kitab Wahyu, kitab terakhir dalam Perjanjian Baru. Dia menulis kitab ini sekitar tahun 95 Masehi ketika dia sudah berusia lanjut dan hidup sebagai seorang hukuman Roma kuno di Patmos, sebuah pulau di Laut Aegea, barat-daya Turki masa kini. Sebagai penembus waktu yang terakhir dari para tokoh alkitabiah yang menembus dinding dimensional, Yohanes diangkat secara jasmani ke dalam dimensi sorgawi dan diizinkan untuk menyaksikan masa penyesakan orang Kristen, Kerajaan Allah di Bumi, dan kemuliaan dari Bumi yang dipulihkan. Perjalanannya dimulai ketika Kristus yang bangkit dari maut muncul padanya, dan memberinya serangkaian pesan pada tujuh gereja khusus.

Lalu, dia secara utuh diperbolehkan melewati sebuah pintu dimensional. Sementara ini terjadi, dia diantar ke dalam dunia yang kekal tempat masa depan bisa dilihat dari berbagai macam sudut-pandang.

Kemudian dari pada itu aku melihat: Sesungguhnya sebuah pintu terbuka di sorga dan suara yang dahulu yang telah kudengar, berkata kepadaku seperti bunyi sangkakala, katanya: Naiklah ke mari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini. Segera aku dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang (Wahyu 4:1-2).

Roh Yohanes, dalam persekutuan dengan Roh Tuhan, kini bergerak ke ruang takhta ilahi untuk suatu prosedur formal. Prosedur ini akan menyingkapkan serangkaian penghakiman atas dunia orang-orang kafir. Anak Domba Allah mengambil sebuah kitab yang dimeteraikan, dan mulai membukanya, dan sebagai akibatnya melepaskan murka sorga atas umat manusia yang tidak bertobat dan berdosa.

Yohanes adalah seorang saksi mata dari peristiwa ini. Dia melaporkannya sementara ia tersingkap. Tapi dari perspektif kita, peristiwa itu belum terjadi. Yohanes memang benar-benar bepergian ke masa depan dalam waktu.

Sementara meterai-meterai itu dibuka satu demi satu, Yohanes melihat Antikristus, perang, kelaparan, dan wabah penyakit. Lebih penting, dia melihat Keduabelas Suku Israel yang tengah berjuang mengatasi pencobaan yang didatangkan atas mereka oleh Setan dan Antikristus.

Dia juga melihat orang-orang kudus dari masa kesesakan itu dan perjuangan-perjuangan yang mereka lakukan ketika sistem Antikristus muncul dan berkuasa. Lalu, dia menyaksikan kehancuran Babel dan Kedatangan Yang Kedua Kali yang berjaya dari Kristus.

Penghakiman-penghakiman ini muncul dalam tiga perangkat dari tujuh: meterai, sangkakala, dan pencobaan-pencobaan. Menurut berbagai penafsiran, penghakiman-penghakiman ini mencakup gempa bumi, bencana dari luar angkasa, gerombolan-gerombolan orang jahat, penyakit-penyakit, pergeseran kutub, dan keretakan global. Ketiga perangkat dari tujuh itu semuanya berisi unsur-unsur dari penghakiman-penghakiman ini.

Sudut-pandang Yohanes sebagai seorang penembus waktu – yang dituntun oleh Roh Tuhan – dicapai dengan suatu maksud. Seperti para nabi dari Perjanjian Lama, Yohanes mendapat penglihatan-penglihatan tentang peristiwa-peristiwa yang akan menyampaikan suatu pesan khsus kepada mereka yang akan mempelajari cerita Alkitab ini.

Jadi, Yohanes dituntun dengan pesan tentang penghakiman, pemulihan dan damai-sejahtera yang kekal. Tapi timing relatif yang tepat dari peristiwa-peristiwa ini masih belum bisa dipastikan.

Bagian dari Ruang Hiper

Uraian Gary Stearman membatasi ruang hiper pada perjalanan menembus waktu yang dilakukan beberapa orang tokoh alkitabiah. Tersirat dari uraian ini penerapan ruang hiper – khususnya, dimensi-dimensi yang lebih “tinggi,” alam semesta paralel, lubang-lubang cacing, non-lokalitas, dan dimensi-dimensi spiritual – oleh para penembus waktu dalam Alkitab.

0 komentar: